KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat agar mewaspadai potensi cuaca ekstrem dalam beberapa hari ke depan.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan, cuaca ekstrem yang dimaksud meliputi puting beliung, hujan lebat, petir, dan hujan es.
"Dampak yang dapat ditimbulkannya, seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang, dan jalan licin dalam satu minggu ke depan," ujarnya kepada Kompas.com, Senin (27/11/2023).
Baca juga: 8 Wilayah Kurang Hujan Terpanjang di Indonesia hingga Pertengahan November 2023
Guswanto menjelaskan, datangnya cuaca ekstrem pada akhir November 2023 tidak dapat dilepaskan dari beberapa faktor.
Pertama, nilai Southern Oscillation Index (SOI), Indian Ocean Dipole (IOD), dan Nino 3.4 dalam skala global tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia.
Saat ini pula, Madden Julian Oscillation (MJO) berada pada kuadran 1 (Western Hem. and Pacific) yang menunjukkan kondisi tidak signifikan di wilayah Indonesia hingga sepekan ke depan.
Di sisi lain, akrtivitas gelombang atmosfer Rossby ekuator diprakirakan aktif di berbagai wilayah.
Di antaranya adalah sebagian besar Sumatera, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Tenggara, Maluku, Papua Barat, dan Papua.
"Sementara itu, gelombang Kelvin terpantau di wilayah Sumatera bagian utara dan tengah, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi kecuali Sulawesi Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, dan Papua," jelas Guswanto.
"Sehingga, faktor-faktor tersebut mendukung potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut," tambahnya.
Baca juga: Alasan Masih Ada Wilayah Indonesia yang Belum Memasuki Musim Hujan
Guswanto juga menambahkan, BMKG mendeteksi adanya bibit siklon tropis 99W di Laut Natuna utara.
Kondisi tersebut membentuk daerah konvergensi memanjang di Laut Natuna, Laut China Selatan, dan Selat Malaka.
Bibit siklon tropis 99W juga membentuk daerah konfluensi di Laut Natuna, dan Laut China Selatan.
Sementara itu, Guswanto mengatakan, ada pula sirkulasi siklonik yang berada di Samudera hindia barat Aceh, dan Selat Karimata timur Kepulauan Bangka Belitung.
Kemunculan sirkulasi siklonik di daerah tersebut membentuk daerah konvergensi di Aceh, dari Sumatera Selatan hingga Kalimantan Barat, dan Kalimantan Utara hingga Kalimantan Tengah.
Daerah konvergensi lainnya juga terpantau di Filipina bagian Selatan, di Laut Maluku, dan dari Papua bagian Tengah hingga Papua Barat.
BMKG juga mendeteksi adanya daerah konfluensi dari Selat Makassar hingga Laut Jawa.
"Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan dan ketinggian gelombang laut di sekitar wilayah bibit siklon tropis, dan di sepanjang daerah konvergensi, dan konfluensi tersebut," terang Guswanto.
Baca juga: BMKG Ungkap Beberapa Wilayah yang Alami Kurang Hujan Terpanjang, Ini Daftarnya