Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dijuluki Planet Merah, Ilmuwan Temukan Langit Malam Mars Berwarna Hijau

Kompas.com - 22/11/2023, 07:30 WIB
Diva Lufiana Putri,
Farid Firdaus

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Mars adalah planet keempat terdekat dari Matahari yang mendapat julukan Planet Merah karena permukaannya berwarna kemerahan.

Namun, tak selamanya seluruh permukaan planet tetangga Bumi ini tampak kemerahan. Saat malam, tepat saat Matahari terbenam, cahaya hijau menghiasi langit dan atmosfer Mars.

Langit Mars berwarna hijau tersebut ditemukan oleh ExoMars Trace Gas Orbiter (TGO) milik Badan Antariksa Eropa (ESA) saat menjalankan misinya mengorbit planet ini.

Dilansir dari Science Alert, Kamis (16/11/2023), fenomena cahaya ini disebut airglow atau nightglow karena terjadi pada malam hari.

Sebenarnya, nightglow adalah fenomena yang relatif umum terjadi di atmosfer planet-planet Tata Surya.

Beberapa faktor dapat menyebabkan atmosfer planet memancarkan cahayanya sendiri saat malam hari.

Salah satunya, pada siang hari, sinar Matahari akan memecah senyawa kimia atau molekul yang disebut sebagai proses fotodisosiasi.

Namun, saat malam, jauh dari paparan radiasi Matahari, atom-atom dapat bersatu kembali menjadi molekul dan melepaskan kelebihan energi dalam bentuk foton atau partikel cahaya.


Warna langit Mars hijau saat malam

Di Bumi, cahaya malam yang terlihat dari luar angkasa berwarna hijau, keemasan, atau kemerahan.

Sedangkan di planet lain, keadaannya tampak kurang spektakuler saat dilihat oleh mata manusia.

Kendati demikian, cahaya malam inframerah dan ultraviolet yang terlihat di langit Mars mengundang rasa penasaran ilmuwan untuk mempelajari data dari Trace Gas Orbiter.

Baca juga: Angin Dingin Gunung Washington Cetak Rekor Suhu Terendah, Disebut Lebih Dingin dari Mars

Ilmuwan planet dari Universitas Liege, Belgia, Jean-Claude Gerard mengatakan, tim mengarahkan instrumen ke tepi atmosfer Mars untuk mencari tanda-tanda cahaya malam pada gelombang ultraviolet.

Mereka pun menemukannya, sebuah nightglow berwarna hijau pada ketinggian sekitar 40-60 kilometer.

"Pengamatan ini tidak terduga dan menarik untuk perjalanan ke Planet Merah di masa depan," ujar Gerard.

Gerard dan rekan-rekan ilmuwan juga menuangkan temuan tersebut dalam jurnal Nature Astronomy yang terbit pada 9 November 2023 lalu.

Baca juga: Uji Coba Kirim Manusia ke Mars, Roket Starship Milik Elon Musk Meledak Usai Diluncurkan

Mirip aurora, tetapi sumber dan penyebab berbeda

Ilustrasi MarsNASA Ilustrasi Mars

Dikutip dari Live Science, Jumat (17/11/2023), meski tampak mirip dengan aurora yang menghiasi bagian kutub Bumi, fenomena ini memiliki sumber dan penyebab berbeda.

Fenomena aurora terjadi saat partikel bermuatan, baik proton (positif) atau elektron (negatif) dari angin Matahari menabrak partikel-partikel di atmosfer Bumi.

Sedangkan, nightglow terjadi saat dua atom oksigen (O) bergabung membentuk molekul oksigen atau O2.

Proses tersebut memancarkan cahaya kehijauan yang cukup terang untuk dilihat dari permukaan tanah Mars.

Baca juga: Sampel Batuan Menguak Indikasi Adanya Kehidupan Purba di Mars

Menurut peneliti, Mars memiliki atmosfer yang sangat tipis. Mencari tahu apa yang ada di dalamnya dapat membantu manusia mengetahui ke mana perginya sisa atmosfer di planet ini.

Kondisi tersebut pun dapat membantu manusia mencari tahu alasan beberapa dunia tampak indah dan layak huni seperti Bumi, atau sebaliknya.

Pada akhirnya, temuan akan menarik bagi para ilmuwan yang mencari dunia layak huni di tempat lain di galaksi ini.

"Cahaya malam O2 ini seharusnya bisa diamati dari pengorbit Mars serta dari permukaan Mars dengan mata telanjang dalam kondisi langit cerah," tulis para peneliti.

"Pengamatan ini membuka jalan bagi pengamatan global masa depan terhadap sirkulasi atmosfer Mars dengan instrumentasi yang lebih sederhana dan berbiaya rendah," sambungnya.

Baca juga: Empat Tahun Jelajahi Mars, InSight Undur Diri dengan Kirimkan Selfie Terakhir

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Alasan Semua Kereta Harus Berhenti di Stasiun Cipeundeuy, Bukan untuk Menaikturunkan Penumpang

Alasan Semua Kereta Harus Berhenti di Stasiun Cipeundeuy, Bukan untuk Menaikturunkan Penumpang

Tren
Indonesia Vs Guinea, Berikut Perjalanan Kedua Tim hingga Bertemu di Babak Playoff Olimpiade Paris 2024

Indonesia Vs Guinea, Berikut Perjalanan Kedua Tim hingga Bertemu di Babak Playoff Olimpiade Paris 2024

Tren
Pelatih Guinea soal Laga Lawan Indonesia: Harus Menang Bagaimanapun Caranya

Pelatih Guinea soal Laga Lawan Indonesia: Harus Menang Bagaimanapun Caranya

Tren
8 Pencetak Gol Terbaik di Piala Asia U23 2024, Ada Dua dari Indonesia

8 Pencetak Gol Terbaik di Piala Asia U23 2024, Ada Dua dari Indonesia

Tren
WHO Temukan 3 Kasus di Riyadh, Ketahui Penyebab dan Pencegahan MERS- CoV Selama Ibadah Haji

WHO Temukan 3 Kasus di Riyadh, Ketahui Penyebab dan Pencegahan MERS- CoV Selama Ibadah Haji

Tren
Pertandingan Indonesia Vs Guinea Malam Ini, Pukul Berapa?

Pertandingan Indonesia Vs Guinea Malam Ini, Pukul Berapa?

Tren
Benarkah Antidepresan Bisa Memicu Hilang Ingatan? Ini Penjelasan Ahli

Benarkah Antidepresan Bisa Memicu Hilang Ingatan? Ini Penjelasan Ahli

Tren
WHO Peringatkan Potensi Wabah MERS-CoV di Arab Saudi Saat Musim Haji

WHO Peringatkan Potensi Wabah MERS-CoV di Arab Saudi Saat Musim Haji

Tren
Mengapa Lumba-lumba Berenang Depan Perahu? Ini Alasannya Menurut Sains

Mengapa Lumba-lumba Berenang Depan Perahu? Ini Alasannya Menurut Sains

Tren
Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Tren
Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Tren
3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

Tren
Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Tren
Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Tren
Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com