Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bayi-bayi Prematur Meninggal Usai Bahan Bakar di RS Gaza Habis

Kompas.com - 12/11/2023, 12:30 WIB
Erwina Rachmi Puspapertiwi,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Serangan Israel ke Gaza yang terjadi sejak 7 Oktober 2023 berimbas pada banyak hal, termasuk pemutusan listrik dan internet serta pembatasan bahan bakar ke wilayah tersebut.

Hal ini memengaruhi kehidupan warga Palestina, terutama mereka yang berada di rumah sakit.

Kondisi ini bahkan menyebabkan Rumah Sakit Al Shifa yang merupakan rumah sakit terbesar di Gaza berhenti beroperasi usai kehabisan bahan bakar untuk menyalakan listrik.

Akibatnya, dua bayi prematur yang dirawat di inkubator meninggal dunia. 

Rumah Sakit Al Shifa tercatat menampung total 45 bayi, dengan 37 bayi berada di ruang intensif perawatan neonatal dan terancam tak selamat jika rumah sakit tak segera memiliki bahan bakar guna menyalakan inkubator.

Baca juga: Kisah di Balik Foto Ikonik Pemuda Bawa Bendera Palestina dan Katapel


Dua bayi prematur meninggal

Direktur RS Al Shifa di Gaza, Palestina, Mohammed Abu Salmiya mengungkapkan, dua bayi prematur yang dirawat di inkubator meninggal pada Sabtu (11/11/2023).

Hal ini terjadi setelah unit perawatan intensif neonatal rumah sakit itu berhenti beroperasi akibat tidak ada listrik.

“Kita berbicara tentang bayi prematur yang memerlukan perawatan sangat intensif," kata Abu Salmiya, kepala kompleks medis tersebut, diberitakan Al Jazeera (11/11/2023).

Menurut dia, kedua bayi meninggal karena rumah sakit kekurangan bahan bakar untuk menyalakan listrik di inkubator yang memungkinkan bayi prematur mendapat suhu hangat dan aliran oksigen konstan.

Suhu yang rendah dan kekurangan aliran oksigen membuat kedua bayi prematur meninggal dunia. Untuk mencegah hal ini, pihak rumah sakit telah menggunakan metode manual untuk menjaga mereka tetap hidup.

“Kami punya listrik sampai pagi. Begitu listrik padam, bayi-bayi yang baru lahir ini akan meninggal sama seperti anak-anak lainnya,” ujar Abu Salmiya.

Tak hanya bayi prematur, ahli bedah RS Al Shifa Mohammed Obeid mengatakan seorang pasien dewasa juga meninggal karena tidak ada listrik untuk ventilatornya.

“Kami ingin seseorang memberi kami jaminan mengevakuasi pasien, karena kami memiliki sekitar 600 pasien rawat inap,” katanya.

Baca juga: Lingkungan RS Indonesia di Gaza Dihantam 11 Rudal, Bagaimana Kondisinya Saat Ini?

Total puluhan bayi di RS Al Shifa

Ilustrasi bayi prematur di inkubator.Shutterstock Ilustrasi bayi prematur di inkubator.
Juru bicara Kementerian Kesehatan Palestina Ashraf Al-Qidra mengatakan, terdapat sekitar 45 bayi lain yang masih berada di RS Al Shifa hingga Sabtu pagi.

“Situasinya lebih buruk dari yang bisa dibayangkan siapa pun. Kami terkepung di dalam Kompleks Medis Al-Shifa, dan pendudukan telah menargetkan sebagian besar bangunan di dalamnya,” kata Qidra, dikutip dari Arab News (11/11/2023).

Kegagalan menyalurkan bahan bakar ke rumah sakit akan berisiko membunuh bayi-bayi itu akibat tidak mendapatkan oksigen dan obat memadai.

Operasional RS Al Shifa juga terpaksa berhenti karena tidak memiliki listrik dan internet sejak Sabtu malam.

Padahal, rumah sakit besar itu menjadi tempat pasien, staf medis, dan ribuan pengungsi berlindung di sekitar gedung RS Al Shifa.

Baca juga: Mengenang dr Mueen, Alumni UGM dan UNS yang Jadi Korban Serangan Israel di Gaza

Serangan menyasar rumah sakit

Terpisah, Israel mengeklaim RS Al Shifa di Gaza sebagai pusat komando kelompok Hamas. Namun mereka membantah menyerang rumah sakit tersebut.

Pihak Israel juga menyerukan agar para dokter, pasien, dan ribuan pengungsi yang berada di rumah sakit tersebut untuk pergi dari Palestina di tengah pertempuran.

Padahal, diberitakan Sky News (11/11/2023), sebagian besar dari pengungsi yang berlindung di RS Al Shifa telah melarikan diri dari rumah mereka.

Sementara staf medis mengatakan sekitar 500 pasien yang masih berada di rumah sakit akan meninggal jika dipindahkan.

Hamas berulang kali membantah menjadikan rumah sakit sebagai markas dan orang-orang di dalamnya sebagai tameng.

Sementara itu, pada Sabtu kemarin, Israel mengatakan pihaknya akan mengevakuasi bayi dari fasilitas tersebut.

Tapi Abu Salmiya membantah klaim tersebut. Menurutnya, Israel tidak menawarkan evakuasi para bayi di rumah sakit menggunakan ambulans.

"Saya meminta bantuan Israel mengevakuasi bayi-bayi ini menggunakan ambulans, namun mereka tidak menjawab," ujar Salmiya.

Untuk mengatasi situasi ini, pihak RS Al Shifa coba mengatur evakuasi dengan Palang Merah namun masih belum jelas apa akan ada bantuan.

Namun beberapa pihak mengatakan bahwa proses evakuasi bayi mustahil untuk dilakukan, lantaran situasi di luar rumah sakit adalah kancah perang.

Diketahui sekitar 20 dari 35 rumah sakit di Palestina tidak berfungsi karena pemboman Israel dan kekurangan bahan bakar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com