"Apabila dari kejauhan terlihat seperti kolom presipitasi yang terbentuk di bawah awan konvektif seperti cumulonimbus selama hujan deras," terangnya.
Hal ini lantaran, awan konvektif memiliki aliran vertikal yang terdefinisi dengan baik (arus naik dan arus turun) yang diperlukan untuk presipitasi berat.
"Fenomena ini relatif akan jelas terlihat pada hujan dengan intensitas lebat yang dipicu oleh adanya sistem awan Cb (cumulonimbus)," kata Guswanto.
Ia menyampaikan, pada sistem awan CB, biasanya akan disertai dengan adanya arus angin yang turun saat terjadi hujan.
Sehingga, dalam hal ini akan menyebabkan pola sebaran air hujan yang turun pun cukup deras ke permukaan.
Baca juga: BMKG Ungkap Penyebab Fenomena Hujan Es di Klaten
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.