Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Starlink, Layanan Internet Elon Musk yang Akan Bantu Gaza

Kompas.com - 30/10/2023, 11:00 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Serangan besar-besaran Israel di Gaza, Palestina pada Jumat (27/10/2023) berdampak pada terputusnya layanan komunikasi di Jalur Gaza.

Hal ini mempersulit para relawan dan organisasi kemanusiaan untuk melakukan upaya penyelematan, dikutip dari Reuters.

Dengan kondisi ini, Elon Musk mengungkapkan niatnya dalam menyediakan layanan komunikasi melalui Starlink, khusus untuk mendukung PBB dan kelompok penyedia bantuan resmi di Gaza.

"Kami akan mendukung PBB dan kelompok bantuan lain yang diakui secara internasional," tulis Musk dalam X, Sabtu (28/10/2023).

Lantas, apa itu layanan internet Starlink milik Elon Musk?

Baca juga: Elon Musk, Koneksi Internet Starlink di Gaza, dan Pertentangan Israel...

Sejarah Starlink

Dikutip dari ZDNet, Starlink merupakan layanan internet satelit yang dioperasi oleh SpaceX, salah satu perusahaan Elon Musk.

Proposal pendirian layanan internet Starlink pertama kali diumumkan pada Januari 2015, meskipun saat itu belum memiliki nama.

Ini merupakan bagian dari rencana Elon Musk untuk membantu mencapai visi kolonisasi Mars.

SpaceX mulai meluncurkan 60 satelit Starlink pertama pada 2019 dan kini telah memiliki lebih dari 4.000 satelit di orbit rendah Bumi (LEO).

Starlink berfokus pada penyediaan internet broadband berkecepatan tinggi dan menjangkau daerah-daerah terpencil secara global.

Elon Musk berharap bisa memiliki 42.000 satelit Starlink dan menyebutnya sebagai "megakonstelasi".

Versi satelit V2 Starlink saat ini memiliki berat sekitar 800 kilogram saat diluncurkan, jauh lebih berat dibandingkan versi lama 260 kilogram.

Baca juga: Amazon Luncurkan Satelit Internet Project Kuiper, Calon Pesaing Starlink

Cara kerja Starlink

Teknologi internet sebenarnya telah ada selama beberapa dekade. Prosesnya melibatkan transmisi data internet melalui sinyal radio di ruang hampa, bukan melalui kabel.

Dikutip dari PC Magazine, stasiun yang ada di Bumi kemudian menyiarkan sinyal tersebut ke satelit di orbit dan meneruskan data kembali ke pengguna di Bumi.

Salah satu penyedia utama yang ada selain Starlink adalah HughesNet, perusahaan dengan satelit berjarak 35.000 kilometer di atas Bumi.

Sistem SpaceX meningkatkan teknologinya dalam dua cara penting.

Pertama, SpaceX ingin menggunakan satelit yang mengorbit rendah Bumi yang mengelilingi planet ini pada ketinggian hanya sekitar 485 kilometer di atas permukaan.

Jarak yang diperpendek dapat meningkatkan kecepatan internet secara drastis sekaligus mengurangi latensi.

Kedua, SpaceX ingin meluncurkan sebanyak 40.000 satelit di tahun-tahun mendatang untuk memberi daya pada sistemnya, serta memastikan jangkauan global tanpa terputusnya layanan.

Baca juga: Luhut: Elon Musk Bakal ke Indonesia, Tertarik Bangun Internet Murah Starlink

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com