Ahli diet terdaftar untuk MyNetDiary, Sue Heikkinen mengatakan bahwa penderita OAB disarankan untuk tidak mengonsumsi kopi secara berlebihan.
Alasannya, asupan kafein dapat meningkatkan frekuensi dan urgensi buang air kecil.
“Jika Anda tidak rutin minum kopi, Anda mungkin lebih sensitif terhadap efek ini,” kata Heikkinen.
Kafein dari kopi dapat menyebabkan peningkatan sementara pada tekanan darah dan detak jantung.
Penelitian yang diterbitkan dalam American Journal of Clinical Nutrition menyimpulkan, ada potensi lonjakan tingkat tekanan darah dalam jangka pendek saat minum kafein.
Namun, tidak ada cukup bukti mengenai efek jangka panjang terhadap tekanan darah atau kesehatan jantung.
Jadi, penting bagi siapa pun yang memiliki penyakit jantung untuk berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatan mereka tentang berapa banyak kopi yang aman untuk dikonsumsi.
Baca juga: 6 Manfaat Minum Kopi Tanpa Kafein untuk Penderita Diabetes, Apa Saja?
American College of Obstetrics and Gynecology merekomendasikan wanita hamil untuk membatasi kafein hingga 200 miligram (kira-kira setara dengan dua cangkir kopi) setiap hari untuk meminimalkan risiko keguguran, persalinan prematur, dan berat badan lahir rendah.
Namun, ulasan pada 2020 yang diterbitkan di British Journal of Medicine menyatakan bahwa tidak ada tingkat asupan kafein yang aman selama kehamilan.
Wanita hamil harus mendiskusikan asupan kafeinnya dengan dokter.
Selain itu, wanita yang sedang menyusui juga disarankan untuk mengurangi atau bahkan menghentikan kebiasaan minum kopi.
Ini karena kafein bersifat stimulan dan diuretik. Di mana, ibu menyusui dapat berisiko mengalami dehidrasi akibat dari minum kopi.
Baca juga: 5 Manfaat Minum Kopi Tanpa Kafein bagi Kesehatan, Apa Saja?
Kafein sudah dikenal efek sampingnya yang dapat membuat orang tetap terjaga.
Untuk itu, mereka yang memiliki masalah dengan gangguan tidur atau menderita insomnia tidak dianjurkan untuk minum kopi berlebih, terutama di waktu-waktu mendekati tidur.