Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Etnomatematika Arab

Kompas.com - 18/10/2023, 18:55 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SECARA subyektif, saya yang sedikit mempelajari etnomatematika memberanikan diri menarik kesimpulan bahwa satu di antara sekian banyak peradaban masyarakat yang mengutamakan matematika adalah Arab.

Unsur matematika hadir nyata pada seni kaligrafi serta desain geometris pada arsitektur Moorish pada Alhambra membuktikan bahwa masyarakat Arab memang mengutamakan matematika.

Aljabar, trigonometri, logaritma, algoritma, merupakan warisan kearifan matematikal para pemikir Arab. Sistem saptanada musik Arab juga secara matematikal maupun estetikal membedakan diri dari pancanada universal.

Pengaruh peradaban Arab terhadap matematika sangat amat luar biasa penting untuk dihayati oleh mereka yang berminat atas sejarah ilmu pengetahuan dan teknologi.

Tanpa peran para matematikawan Arab layak dikhawatirkan bahwa ilmu matematika berhenti berkembang pada para matematikawan Yunani kuno dan angkamologi berhenti pada sistem Romawi yang jauh lebih terbatas daya ungkap ketimbang sistem angka Arab yang kini digunakan di seluruh pelosok planet bumi termasuk Indonesia.

Pada 1977, penerbit buku ilmu pengetahuan dan journal ilmiah Routledge menerbitkan buku tulisan Ali Abdullah Al-Daffa dengan judul “The Muslim Contributions on Mathematics” yang kini telah diakui sebagai buku penting terkait Ethnomatematika.

Al-Daffa komprehensif membahas kontribusi Arab terhadap matematika di zaman keemasan Arab pada kurun waktu abad ke tujuh sampai dengan abad ke 13 di mana peradaban Arab sedang berada pada titik puncak kejayaan pengaruh terhadap ekonomi, politik dan spiritual di planet bumi.

Pengaruh pemikiran para cendekiawan Arab tidak terbatas pada agama, bisnis dan kepemerintahan, namun juga teori dan sains terapan Yunani dan Romawi yang terpengaruh pemikiran-pemikiran terdahulu dengan bukan hanya melestarikan, namun juga mengembangkannya menjadi mahakarya pemikiran baru.

Al-Daffa tidak membatasi telaah pada pengaruh peradaban terhadap Eropa pada era Abad Pertengahan yang juga kerap disebut Abad Kegelapan, namun juga terhadap abad-abad selanjutnya sampai dengan abad ke 20, bahkan juga masih terasa sampai ke abad ke 21.

Nama-nama para tokoh matematikawan Al Hikmah mulai dari Al-Khiwarazmi. Al-Samaw’al, Al-Karaji, Al-Tusi, Abu Hasan al-Qalasadi, Omar al-Khayyam, Ibnu Yunus, sampai Thabit ibn Qurra kekal abadi tercatat dengan tinta emas di lembaran sejarah peradaban marcapada sebagai yang berjasa mewariskan sistem aritmatikal desimal dan segenap operasional fundamental terkait seperti penambahan, pengurangan, pengalian, pembagian, pangkat, deret kuasa, ekstraksi akar persegi dan akar kubus, bahkan sampai apa yang disebut sebagai algoritma sebagian bagian hakiki ilmu komputer dan kecerdasan buatan alias AI.

Matematika Arab di samping memperkenalkan angka juga lambang nihil alias nol yang berakar pada warisan etnomatematika India kepada masyarakat global dengan berhasil menyederhanakan segenap sistem aritmatika berserta segenap operasional fundamental sedemikian rupa sehingga layak dihormati sebagai titik tolak pengembangan matematika menjadi bagian hakiki melekat sebagai bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi modern secara menyeluruh.

Sebagai warga Indonesia, dari lubuk sanubari terdalam saya mendambakan upaya para etnomatematikawan/wati Indonesia berkenan meneliti akar peradaban Matematika Indonesia.

Sama halnya para etnomatematikawan/wati Arab meneliti akar peradaban Matematika Arab.

Tidak perlu diragukan bahwa berdasar riset etnomatematikal layak disimpulkan bahwa Matematika Indonesia pasti memiliki keunggulan tersendiri terbukti pada fakta kemampuan Masyarakat Nusantara membangun mahakarya arsitektural dahsyat monumental seperti candi Borobudur, keris, desain batik atau kapal penyeberang samudera seperti kapal finisi yang mustahil dibangun tanpa perhitungan matematikal sakti mandraguna.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com