Selain itu, dia menambahkan, orang yang berada di tempat dengan intensitas pencahayaan tinggi juga bisa memasak dengan bantuan panas Matahari.
Caranya dengan memanfaatkan batu atau bahan yang mampu menampung panas dengan kapasitas tinggi untuk memanggang bahan makanan.
Baca juga: Penjelasan BMKG soal Suhu Panas di Indonesia dalam Beberapa Waktu Terakhir
Sementara itu, ahli gizi komunitas Tan Shot Yen menjelaskan, tidak mungkin bisa memasak makanan secara sempurna dengan panas Matahari.
"Ah nggak lah, panasnya tidak maksimal dan tidak cukup untuk membuat makanan matang merata," jelas dia, Jumat.
Menurut Tan, masakan baru bisa matang dengan baik pada suhu 100 derajat Celsius untuk mendidihkan air. Sementara minyak akan mendidih dengan suhu panas 170-180 derajat Celsius.
Padahal, suhu di Indonesia rata-rata berkisar pada 27 derajat Celsius. Karena itu, suhu panas Matahari yang dirasakan manusia di Bumi tidak akan mencapai titik didih tersebut.
Baca juga: Penjelasan BMKG soal Suhu Panas di Indonesia dalam Beberapa Waktu Terakhir
Di sisi lain, Tan mengungkapkan, makanan yang dimasak dengan panas Matahari ini berbahaya jika dimakan manusia.
Bahaya ini timbul karena makanan tersebut tidak matang meskipun berusaha dimasak dalam waktu lama di bawah panas Matahari yang tinggi.
"Makanan gak mateng kan bisa menimbulkan risiko penyakit infeksi, sakit perut, mual muntah, dan lain-lain," jelasnya.
Menurut Tan, risiko ini akan terjadi akibat kandungan bakteri dalam bahan masakan yang tidak mati saat makanan tidak dimasak hingga matang.
Tak hanya itu, dia menegaskan, kandungan gizi dalam makanan tersebut juga tidak bisa diserap dengan baik oleh tubuh.
"Salah satu contoh telur yang tidak matang sempurna masih mengandung anti-nutrien bernama avidin. Avidin membuat telur tidak bisa dicerna dan diserap tubuh," imbuh dia.
Baca juga: Indonesia Alami Cuaca Panas, Berapa Suhu yang Ditoleransi Tubuh?
Risiko gangguan kesehatan ini dapat muncul sewaktu-waktu usai makan makanan yang tidak matang. Orang dengan perut sensitif akan lebih berpotensi mengalaminya.
Orang yang sering makan makanan tidak matang juga akan mengalami gangguan lebih parah.
"Jika investasi (penularan) bakteri atau kuman tentu bisa memberi gejala langsung, (seperti) mual, muntah, diare," tambahnya.