Hal ini menyebabkan muncul ketakutan terhadap angka 13 yang dianggap tidak sempurna atau pembawa sial.
Baca juga: Mitos Malam Satu Suro, Mengapa Tak Boleh Keluar Malam?
Stevens meyakinkan bahwa Jumat tanggal 13 bukanlah hari yang benar-benar mengerikan atau pembawa sial.
Anggapan ini muncul sebagai contoh dari "pemikiran magis" seseorang. Pemikiran ini dimiliki seseorang yang menganggap dua hal terjadi secara sebab-akibat.
Misalnya, ada kepercayaan hal buruk terjadi pada Jumat tanggal 13 karena itu hari sial. Padahal, menurut dia, dua hal tersebut sebenarnya tidak berhubungan.
Jane Risen seorang ilmuwan perilaku di University of Chicago Booth School of Business, menemukan bahwa takhayul ini memengaruhi orang-orang, termasuk orang yang tidak percaya.
Baca juga: 9 Alasan Nonton Film Horor Ternyata Baik bagi Kesehatan
Menurutnya, orang-orang akan memperhatikan kejadian buruk yang terjadi di hari yang dianggap sial meskipun tidak percaya pada takhayul tersebut.
Ketika ada ritual untuk menghilangkan kesialan yang dialami, mereka juga tidak ragu melakukannya untuk menghilangkan perasaan khawatir dan ketakutan.
Di sisi lain, profesor bahasa Inggris di Universitas Cincinnati Rebecca Borah menyebut, takhayul ini menyebabkan orang-orang lebih berhati-hati dalam melakukan sesuatu.
Mereka akan bersikap lebih teratur dan teliti saat mengecek sesuatu agar tidak terjadi hal buruk di hari yang dianggap sial.
Baca juga: Memotret Viral Kisah Horor KKN di Desa Penari...
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.