Apabila setelah melakukannya ada bekas gigitan yang tertinggal, maka menandakan bahwa emas tersebut asli.
Sama dengan uji emas dengan mendekatkan ke magnet, menggigit belum tentu menjadi tolak ukur dari keasliannya karena banyak logam lain yang termasuk golongan lunak.
Emas yang semakin tinggi kemurnian, maka lunak. Berbanding terbalik dengan kemurnian emas yang menurun, maka tingkat lunaknya pun cenderung semakin keras.
Baca juga: Pengertian Investasi, Manfaat, dan Jenis-Jenisnya
Cara lain mengetahui emas asli atau imitasi yakni dengan menggoreskannya ke keramik atau kertas.
Jika emas digoreskan tidak menyisakan bekas di keramik atau kertas, maka artinya emas tersebut asli.
Namun perlu diketahui, cara ini dapat berisiko merusak emas terutama perhiasan.
Meneteskan asam atau asam nitrat dapat dilakukan untuk mengetahui keaslian emas.
Untuk melakukannya, diperlukan diperlukan kehati-hatian yang lebih karena cairan asam nitrat merupakan cairan yang cukup berbahaya bagi tubuh dan pernapasan.
Caranya teteskan asam nitrat ke emas yang akan diuji, lalu amati reaksinya. Jika tidak berubah warna, maka dapat dipastikan emas asli.
Namun, jika berubah menjadi warna hijau, berarti logam ini adalah besi yang diberi lapisan emas.
Sedangkan jika berubah menjadi warna kuning berarti kuningan yang diberi lapisan emas dan berubah menjadi warna susu, maka perak yang diberi lapisan emas.
Baca juga: Kenapa Imlek Identik dengan Warna Merah dan Kuning Emas?
Dilansir dari laman resmi Pegadaian, mengukur kepadatan atau uji densitas emas merupakan salah satu cara pasti untuk mengecek keasliannya.
Emas yang paling murni yakni sebesar 24 karat (24K). Namun untuk dijadikan perhiasan, kemurnian emas paling ideal adalah 18K.
Emas yang memiliki tingkat kemurnian 18K atau 75 persen itu memiliki kepadatan yang lebih kokoh dan cocok digunakan dalam keseharian.
Diketahui, sangat jarang logam dengan kepadatan (densitas/massa jenis) yang melebihi kepadatan emas.