KOMPAS.com - Sebuah unggahan warganet yang mempertanyakan alasan penjual mencantumkan harga produk dengan harga Rp 81.999 atau berakhiran Rp 999, ramai di media sosial.
Hal tersebut dibahas warganet setelah ada unggahan dari akun X ini pada Sabtu (9/9/2023).
Awalnya, ia mengunggah sebuah foto produk basreng pedas dengan nominal harga Rp 81.999.
Setelah itu, ia bertanya kenapa harga makanan tersebut tidak digenapkan namun diberi angka 999 di belakangnya.
"kenapa ya banyak brand” yg nyantumin harga produknya pake nominal 999 kegini, kenapa ga di genapin aja? kali aja ada kakak” yg paham di bidang pemasaran atau marketing kegini bisa ngejelasin, sender penasaran," tulis pengunggah.
Baca juga: Warganet Ungkap Praktik Jual Beli Akun Ojol, Grab Buka Suara
Menurut peneliti bidang marketing Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo Catur Sugiarto, penulisan harga berakhiran 999 merupakan harga psikologis atau psychological pricing.
Hal tersebut dimaksudkan supaya harga suatu produk terlihat lebih murah agar konsumen mau membeli.
"Itu sebagai gimmick saja biar terlihat lebih murah, meskipun sebetulnya selisih tidak signifikan," ujar Catur kepada Kompas.com, Minggu (10/9/2023).
Ia menyampaikan, pencantuman harga berakhiran 999 dengan harga yang sudah dibulatkan tidak terkait margin atau keuntungan dari produk yang dijual.
Sebab, jarak antara harga yang berakhiran 999 dengan harga bulat tidak berbeda jauh.
Contoh, harga produk yang dicantumkan Rp 14.999 sementara harga yang sudah dibulatkan sebesar Rp 15.000. Selisih keduanya hanya Rp 1.
"Jadi sebetulnya sama saja. Tetapi, perlu berhati-hati kalau konsumen kritis malah bisa membuat kepercayaan berkurang. Tetapi, untuk orang yang price sensitive mungkin oke," tambahnya.
Baca juga: Suami Istri di India Jual Bayi demi Beli iPhone 14, Terungkap dari Kecurigaan Tetangga