Douyin yang digunakan penyiar di China untuk live memiliki 600 juta pengguna pada 2020. Aplikasi ini juga dianggap sebagai "penghasil uang" di China.
Biasanya, penyiar menampilkan beberapa kebolehan dalam menyanyi, menari, atau mengobrol dengan pemirsa.
Ada pula yang memanfaatkan live untuk berjualan atau membagikan hal-hal tentang kehidupan.
Li Jiaqi, salah satu penyiar, memanfaatkan live untuk berjualan sampai-sampai ia bisa menghasillan jutaan dolar dalam bentuk donasi atau biaya iklan.
Fenomena live di China dimanfaatkan oleh sebagian penyiar sebagai pekerjaan sampingan.
Salah satunya dilakukan pembuat tato alis Zhang Xiaoxiao (36) yang mengaku mendapatkan tambahan uang dari live.
Ia mengatakan pandemi Covid-19 berdampak pada profesinya karena salon kecantikan lumpuh karena pembatasan sosial.
"Tekanan sangat tinggi dan bisnis menjadi suram. Jika bukan karena ini, saya rasa saya tidak akan melakukan siaran langsung," kata Zhang.
"Saya sangat menikmati bernyanyi dan menari, jadi saya pikir saya akan menjadikannya sebagai pekerjaan sampingan, untuk bisa melakukan sesuatu yang saya sukai," tambahnya.
Found this tiktok live of a Chinese woman livestreaming under a bridge with other livestreamers??? pic.twitter.com/6SypG5REic
— ? Spare ? (@JayOfTheRain) June 26, 2023
Fenomena live di luar ruangan memang menjadi ladang rezeki bagi sebagian orang, namun hal ini menjadi gangguan bagi publik.
Sebab, penyiar yang live di luar ruangan tidak hanya berhadapan dengan dingin atau panasnya cuaca tapi juga ancaman kekerasan.
Dilansir dari France24, terkadang orang yang lewat mengutarakan kemarahan dan memandang rendah penyiar.
"Mereka bertanya 'Mengapa Anda tidak mencari pekerjaan yang normal?" ujar Qiao yang pernah menerima cacian dari orang lain.
"Jadi kami memilih tempat yang jauh dari penduduk, untuk mencoba untuk tidak mengganggu orang, dan di tempat yang sangat aman," kata Zhang.
Walaupun aktivitas live demi mendapatkan donasi dari pemirsa online dicibir beberapa orang, penyiar bisa meraup uang cukup banyak dalam sekali live.
Salah satu pria yang tidak disebutkan namanya mengaku pernah mendapat "saweran" sebesar 3.000 yuan atau sekitar Rp 6 jutaan.
Di sisi laoi, Qiao juga mengaku, dirinya bisa mengantongi 600 yuan atau sekitar Rp 1,2 juta selama delapan jam live.
Namun, pendapatan yang didapat Qiao masih dipotong 10 persen untuk agensi live streaming yang menaunginya.
Potongan 10 persen dibayarkan Qiao kepada agensi sebagai imbalan atas penyewaan peralatan dan pengelolaan kehadirannya di media sosial.
Selain itu, penghasilannya di Douyin juga dipotong 50 persen oleh penyedia platform. Sehingga, Qiao mendapat penghasilan bersih 40 persen saja.
Berkat banyaknya penyiar di China, ByteDance mampu mendapatkan 18,3 miliar dolar AS atau sekitar Rp 279 triliun pada 2022.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.