KOMPAS.com – Ketua Umum Partai Persatuan Indonesia (Perindo) Hary Tanoesoedibjo beserta istri dan kelima anaknya mencalonkan diri sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Dikutip dari Kompas.com (19/8/2023), dalam Daftar Calon Sementara (DCS), semuanya diketahui mencalonkan diri sebagai anggota legislatif melalui Partai Perindo.
Adapun Hary Tanoe tercatat maju sebagai bakal calon legislatif (bacaleg) di dapil Banten III, dan istrinya, Liliana Tanoesoedibjo di dapil DKI Jakarta II.
Anak sulung Hary Tanoe, Angela Tanoesoedibjo menjadi bacaleg di dapil Jawa Timur I. Kemudian anak kedua, yakni Valencia Tanoesoedibjo merupakan bacaleg dapil DKI Jakarta III.
Selanjutnya, anak ketiga Hary Tanoe bernama Jessica Tanoesoedibjo akan bertarung di dapil Nusa Tenggara Timur II dan anak keempatnya, Clarissa Tanoesoedibjo di dapil Jawa Barat I.
Putra kelima atau bungsu Hary Tanoe, Warren Tanoesoedibjo akan berlaga sebagai bacaleg di dapil Jawa Tengah I.
Baca juga: Alasan Jaksa Agung Minta Jajarannya Tunda Pemeriksaan Capres dan Caleg sampai Pemilu 2024 Usai
Lantas, bagaimana pandangan pengamat politik?
Pengamat politik Universitas Gadjah Mada (UGM) Kuskridho ‘Dodi’ Ambardi mengatakan, hal tersebut merupakan hal yang bisa dilakukan sebagai bagian dari hak individual.
“Tapi, kalau kita menempatkannya dalam tren yang lebih luas dan lebih panjang, tampaknya beberapa hal negatif menjadi terlihat,” ungkap Dodi kepada Kompas.com, Minggu (27/8/2023).
Hal tersebut tidak lepas dari banyaknya politisi lain di tingkat nasional dan daerah yang melakukan hal serupa.
“Memfungsikan partai politik, DPR dan DPRD, dan jabatan-jabatan kepala daerah sebagai panggung keluarga,” ucapnya.
Lebih lanjut, hal tersebut juga sebagai cerminan bahwa pola rekrutmen politik di Indonesia terbagi dua yang disebut sebagai jalan tol dan jalan kampung.
“Jalur jalan tol melalui keluarga yang hampir tanpa seleksi dan jalan kampung yang rumit melalui proses seleksi panjang,” tuturnya.
Baca juga: Jangan Keliru, Ini Nomor Urut Partai Pemilu 2024 Termasuk Partai Lokal
Sementara itu, pengamat politik Universitas Indonesia Cecep Hidayat menyebut akan ada politik dinasti yang terjadi jika satu keluarga terpilih menjadi anggota dewan nantinya.
“Di mana satu keluarga besar masuk ke dalam parlemen, akan menghambat proses demokrasi yang terjadi dalam parlemen,” ungkap Cecep kepada Kompas.com, Minggu (27/8/2023).
Sehingga menurutnya, hal itu memungkinkan kebijakan publik nantinya tidak terpresentasi dengan baik.
“Karena kemudian Hary Tanoe sebagai ketua umumnya, kemungkinan lebih besar keluarganya bisa menjadi anggota legislatif dengan memanfaatkan sumber daya yang ada," katanya.
Ia berharap kepada masyarakat untuk mencermati caleg yang dipilih nantinya dalam Pemilu 2024.
“Melihat latar belakang, prestasi, dan visi mereka,” tuturnya.
Baca juga: Pemilu TikTok dan Kompleksitas Kampanye Digital pada Pemilu 2024
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.