Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal Gamofobia, Ketakutan untuk Menikah, Apa Penyebabnya?

Kompas.com - 11/08/2023, 20:00 WIB
Aditya Priyatna Darmawan,
Farid Firdaus

Tim Redaksi

"Bisa karena faktor keluarga, melihat orangtua atau di dalam keluarga besar sering berkonflik sampai ada perceraian," terangnya

Apa yang dilihat dalam keluarga tersebut memunculkan persepsi bahwa pernikahan itu bukan menyatukan dan membahagiakan, melainkan memisahkan bahkan melukai.

"Faktor lainnya adalah traumatik, dalam artian seperti pernah menjalin hubungan dengan orang lain dan sudah serius ke jenjang pernikahan, namun ternyata dikhianati," jelasnya.

Hal tersebut kemudian menyebabkan seseorang tidak ingin mengambil keputusan ketika dekat dengan orang lain karena takut pengalaman buruknya terulang kembali.

Ratna melanjutkan, seseorang mengalami gamofobia tidak hanya disebabkan oleh pengalaman buruk di masa lalu, melainkan juga karena ketakutan atas dasar faktor finansial.

"Misal keluarga dari perempuan, pria harus menyediakan mahar yang banyak seperti rumah dan mobil," kata dia.

"Itu ketakutan oleh kondisi finansial terhadap keluarga pasangan," imbuhnya.

Baca juga: Ramai soal Takut Berbicara di Depan Umum Disebut Glossophobia, Fobia Apa Itu?

Selain itu, gamofobia juga bisa muncul dikarenakan pencapaian karier yang berbeda antarpasangan, terutama bagi perempuan.

"Ketika sudah tinggi kariernya, perempuan merasa bahwa ia mampu bertahan hidup sendiri tanpa orang lain," ucap Ratna.

"Secara finansial, kedudukan, mental sudah bisa (bertahan hidup) dengan didukung fasilitas yang bisa didapat," tambahnya.

Kondisi yang sudah mempunyai karier tinggi dan hidup mapan itu kemudian mengakibatkan laki-laki akan merasa takut untuk mendekati perempuan tersebut.

Menurut Ratna, seorang perempuan juga akan merasa lebih tinggi derajatnya karena pencapaian yang sudah ia dapat, terlebih jika pihak pria mempunyai pencapaian di bawahnya.

"Sehingga muncul ketakutan tidak bisa menuruti laki-laki atau pasangannya sebagai kepala keluarga. Jadi sama-sama keras kepala," ucapnya.

Dengan begitu, perempuan memilih hidup sendiri karena menganggap jauh lebih baik daripada hidup dengan orang lain, namun banyak konflik.

Baca juga: Ramai soal Anggapan Anak Bikin Cepat Tua, Gaya Hidup Childfree atau Fobia?

Cara mengatasi gamofobia

Menurut Ratna, gamofobia bisa diatasi atau dihilangkan dari persepsi seseorang. Berikut caranya:

  • Tanamkan diri untuk membuka komunikasi dengan orang lebih banyak lagi agar memiliki pandangan yang lebih luas.
  • Yakini bahwa hidup itu tidak sendiri, masih banyak orang yang peduli serta saling membantu dan mendukung.
  • Mengurangi egosentris dalam diri sendiri.
  • Mengetahui bahwa hidup akan terasa senang dan sulit pada suatu waktu.
  • Berkonsultasi ke psikolog atau ahlinya jika perlu.

Baca juga: Gejala Vestiphobia, Fobia atau Ketakutan pada Pakaian

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Terkini Lainnya

Jarang Diketahui, Ini Manfaat Jalan Kaki Kurang dari 5.000 Langkah Per Hari

Jarang Diketahui, Ini Manfaat Jalan Kaki Kurang dari 5.000 Langkah Per Hari

Tren
Kapan Waktu Sarapan Terbaik dan Terburuk untuk Penderita Diabetes? Ini Kata Ahli

Kapan Waktu Sarapan Terbaik dan Terburuk untuk Penderita Diabetes? Ini Kata Ahli

Tren
Peneliti Temukan Bahan Legging Olahraga Bisa Picu Kanker, Apa Itu?

Peneliti Temukan Bahan Legging Olahraga Bisa Picu Kanker, Apa Itu?

Tren
Daftar 12 Instansi Pusat yang Sudah Umumkan Formasi CPNS dan PPPK 2024

Daftar 12 Instansi Pusat yang Sudah Umumkan Formasi CPNS dan PPPK 2024

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 4-5 Juni 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 4-5 Juni 2024

Tren
[POPULER TREN] Mukesh Ambani Tak Lagi Jadi Orang Terkaya Asia | Kalori yang Terbakar Usai Jalan Kaki 30 Menit

[POPULER TREN] Mukesh Ambani Tak Lagi Jadi Orang Terkaya Asia | Kalori yang Terbakar Usai Jalan Kaki 30 Menit

Tren
Soroti Kasus Viral Ibu dan Anak Baju Biru di Tangsel, KPAI: Memori Buruk Dapat Melekat pada Korban

Soroti Kasus Viral Ibu dan Anak Baju Biru di Tangsel, KPAI: Memori Buruk Dapat Melekat pada Korban

Tren
Ramai soal Tren Pernikahan Tanpa Rasa Cinta dan Hasrat Seksual di Jepang, Apa Itu?

Ramai soal Tren Pernikahan Tanpa Rasa Cinta dan Hasrat Seksual di Jepang, Apa Itu?

Tren
Perbandingan Ranking FIFA Indonesia Vs Irak, Bakal Duel di Kualifikasi Piala Dunia 2026

Perbandingan Ranking FIFA Indonesia Vs Irak, Bakal Duel di Kualifikasi Piala Dunia 2026

Tren
Kronologi Bupati Halmahera Utara Ancam Demonstran Pakai Parang, Berujung Dilaporkan ke Polisi

Kronologi Bupati Halmahera Utara Ancam Demonstran Pakai Parang, Berujung Dilaporkan ke Polisi

Tren
Bukan Mewakili Jumlah Anggota, Ini Makna 12 Bintang Emas yang Ada di Bendera Uni Eropa

Bukan Mewakili Jumlah Anggota, Ini Makna 12 Bintang Emas yang Ada di Bendera Uni Eropa

Tren
Pendaftaran PPDB SD Surabaya 2024 Jalur Zonasi Kelurahan Dibuka, Klik Sd.ppdbsurabaya.net/pendaftaran

Pendaftaran PPDB SD Surabaya 2024 Jalur Zonasi Kelurahan Dibuka, Klik Sd.ppdbsurabaya.net/pendaftaran

Tren
Mengenal Robot Gaban 'Segede Gaban', Sebesar Apa Bentuknya?

Mengenal Robot Gaban "Segede Gaban", Sebesar Apa Bentuknya?

Tren
Motif Ibu di Tangsel Rekam Video Cabuli Anak Sendiri, Mengaku Diancam dan Dijanjikan Rp 15 Juta

Motif Ibu di Tangsel Rekam Video Cabuli Anak Sendiri, Mengaku Diancam dan Dijanjikan Rp 15 Juta

Tren
Perang Balon Berlanjut, Pembelot Korea Utara Ancam Kirim 5.000 USB Berisi Drama Korea Selatan

Perang Balon Berlanjut, Pembelot Korea Utara Ancam Kirim 5.000 USB Berisi Drama Korea Selatan

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com