Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tertusuk Paku Berkarat Berpotensi Tetanus, Apa yang Harus Dilakukan?

Kompas.com - 05/08/2023, 11:30 WIB
Aditya Priyatna Darmawan,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

 

Faktor risiko tetanus

Faktor risiko merupakan berbagai hal yang bisa menyebabkan seseorang menderita penyakit infeksi ini.

Dilansir dari MayoClinic, berikut faktor risiko tetanus:

  • Luka terkena benda berkarat atau serpihan kayu
  • Tidak vaksinasi tetanus
  • Luka yang terkena tanah atau pupuk kandang
  • Riwayat kondisi medis penekan kekebalan
  • Lesi kulit yang terinfeksi pada orang yang hidup dengan diabetes
  • Tali pusat yang terinfeksi ketika seorang ibu tidak divaksinasi sepenuhnya
  • Jarum bersama dan tidak bersih saat menggunakan obat-obatan terlarang.

Komplikasi tetanus

Jika tidak segera ditangani, tetanus dapat menyebabkan komplikasi penyakit atau masalah kesehatan lain seperti:

  • Masalah pernapasan
  • Penyumbatan arteri paru-paru
  • Radang paru-paru (pneumonia)
  • Patah tulang
  • Masalah kehamilan
  • Kematian.

Baca juga: Cara Mengatasi Cantengan agar Infeksi Tak Makin Parah

Pencegahan tetanus

Dikutip dari laman Kementerian Kesehatan (Kemenkes), pencegahan utama tetanus yakni dengan menjalani vaksinasi.

Vaksinasi tersebut agar tubuh membuat antibodi untuk melawan racun tetanus.

Selain itu, terdapat beberapa upaya pencegahan yang dapat dilakukan guna menghindari paparan infeksi tetanus, yaitu:

  • Menggunakan alas kaki yang tebal dan tertutup saat di luar ruangan
  • Menjalani vaksinasi tetanus lengkap sebelum bepergian ke luar negeri
  • Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun secara rutin
  • Tidak menunda pertolongan pertama saat mengalami luka ringan
  • Mengganti balutan luka secara rutin dan menjaganya agar tidak basah
  • Memeriksakan diri ke dokter ketika mengalami luka yang parah
  • Melakukan perawatan luka dengan benar.

Ilustrasi luka. Beberapa luka dapat berkembang menjadi tetanus. Ilustrasi luka. Beberapa luka dapat berkembang menjadi tetanus.

Pengobatan tetanus

Dilansir dari MedicalNewsToday, dokter kemungkinan akan meresepkan penisilin atau metronidazol untuk mengobati tetanus.

Antibiotik ini mencegah bakteri berkembang biak dan menghasilkan racun saraf yang menyebabkan kejang dan kekakuan otot.

Bagi pasien yang alergi terhadap penisilin atau metronidazol, dapat diberikan tetrasiklin sebagai gantinya.

Dalam mengobati kejang otot dan kekakuan, pasien dapat diresepkan beberapa obat, antara lain:

  • Antikonvulsan, seperti diazepam (Valium) untuk mengendurkan otot untuk mencegah kejang, mengurangi kecemasan, dan bekerja sebagai obat penenang.
  • Relaksan otot, seperti baclofen untuk menekan sinyal saraf dari otak ke sumsum tulang belakang, sehingga mengurangi ketegangan otot.
  • Agen penghambat neuromuskuler seperti pancuronium dan vecuronium untuk memblokir sinyal dari saraf ke serat otot dan berguna dalam mengendalikan kejang otot.

Baca juga: Ramai soal Penularan Kutil Kelamin Melalui Benda, Ini Kata Dokter

Selain dengan obat, dokter juga dapat melakukan atau merekomendasikan pengobatan lainnya seperti:

  • Operasi

Jika menurut dokter luka rawan tetanus sangat besar, mereka mungkin akan mengangkat otot yang rusak dan terinfeksi sebanyak mungkin melalui pembedahan yang disebut dengan debridemen.

Debridemen adalah tindakan membuang jaringan yang mati atau terkontaminasi, serta membuang benda asing dari tubuh.

Dalam kasus luka rawan tetanus, benda asing tersebut mungkin berupa kotoran atau pupuk kandang.

  • Perbaikan nutrisi

Seorang penderita tetanus membutuhkan asupan kalori harian yang tinggi karena aktivitas otot yang meningkat.

  • Ventilator

Beberapa pasien mungkin memerlukan dukungan ventilator untuk membantu pernapasan jika pita suara atau otot pernapasan mereka terpengaruh.

Baca juga: Apakah Penyakit Antraks Bisa Menular Antarmanusia?

Apa yang harus dilakukan jika menginjak paku?

Jika seseorang menginjak paku, penderita sebaiknya melakukan langkah-langkah berikut untuk membersihkan dan membalut lukanya:

  • Benar-benar mencuci tangan dengan sabun
  • Berikan tekanan lembut dengan kain bersih untuk memperlambat pendarahan
  • Bilas luka dengan air bersih dan sabun sesegera mungkin selama lima sampai 10 menit
  • Jika ada kotoran di luka, disinfektan beberapa pinset dengan alkohol gosok dan gunakan untuk menghilangkannya sebanyak mungkin
  • Oleskan antiseptik, salep antibiotik, atau keduanya pada area luka jika tersedia. Balut luka dengan perban bersih
  • Setelah itu, cari perawatan medis untuk penanganan yang tepat.

Baca juga: Bisa Menular, Ini Penyebab, Gejala, Pencegahan, dan Pengobatan Kudis

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Terkini Lainnya

Pakai Jasa Pendorong Ilegal, 5 Anggota Jemaah Haji Indonesia Berurusan dengan Polisi Arab Saudi

Pakai Jasa Pendorong Ilegal, 5 Anggota Jemaah Haji Indonesia Berurusan dengan Polisi Arab Saudi

Tren
Cerita Warga yang Alami 'Blackout' di Sumatera: Tak Bisa Masak Nasi, Borong Genset agar Es Krim Tak Mencair

Cerita Warga yang Alami "Blackout" di Sumatera: Tak Bisa Masak Nasi, Borong Genset agar Es Krim Tak Mencair

Tren
Terobosan Baru, Alat Kontrasepsi Gel KB untuk Pria, Seberapa Efektif?

Terobosan Baru, Alat Kontrasepsi Gel KB untuk Pria, Seberapa Efektif?

Tren
China Angkut Bebatuan dari Sisi Terjauh Bulan, Apa Tujuannya?

China Angkut Bebatuan dari Sisi Terjauh Bulan, Apa Tujuannya?

Tren
Pelanggan PLN yang Terdampak Pemadaman Listrik Total Berhak Dapat Kompensasi, Berapa Besarannya?

Pelanggan PLN yang Terdampak Pemadaman Listrik Total Berhak Dapat Kompensasi, Berapa Besarannya?

Tren
Perbedaan Seragam Astronot Putih dan Oranye, Berikut Masing-masing Fungsinya

Perbedaan Seragam Astronot Putih dan Oranye, Berikut Masing-masing Fungsinya

Tren
5 Negara dengan Cuti Melahirkan Paling Lama, Ada yang sampai 14 Bulan

5 Negara dengan Cuti Melahirkan Paling Lama, Ada yang sampai 14 Bulan

Tren
WHO: Warga Gaza Mulai Makan Pakan Ternak dan Minum Air Limbah

WHO: Warga Gaza Mulai Makan Pakan Ternak dan Minum Air Limbah

Tren
Ini Syarat Pekerja Dapat Cuti Melahirkan 6 Bulan Sesuai dengan UU KIA

Ini Syarat Pekerja Dapat Cuti Melahirkan 6 Bulan Sesuai dengan UU KIA

Tren
Aturan UU KIA: Cuti Melahirkan Sampai 6 Bulan Berlaku Kapan, untuk Siapa, dan Gajinya

Aturan UU KIA: Cuti Melahirkan Sampai 6 Bulan Berlaku Kapan, untuk Siapa, dan Gajinya

Tren
Studi 25 Tahun Ungkap Pola Makan Mencegah Kematian Dini pada Wanita

Studi 25 Tahun Ungkap Pola Makan Mencegah Kematian Dini pada Wanita

Tren
Pengamat Khawatirkan Cuti Melahirkan 6 Bulan Bisa Picu Diskriminasi Wanita di Ruang Kerja

Pengamat Khawatirkan Cuti Melahirkan 6 Bulan Bisa Picu Diskriminasi Wanita di Ruang Kerja

Tren
Mengenal Vitamin P atau Flavonoid dan Manfaatnya bagi Kesehatan, Apa Saja?

Mengenal Vitamin P atau Flavonoid dan Manfaatnya bagi Kesehatan, Apa Saja?

Tren
Cerita Mahasiswa Indonesia Penerjemah Khotbah Jumat di Masjid Nabawi

Cerita Mahasiswa Indonesia Penerjemah Khotbah Jumat di Masjid Nabawi

Tren
Kenapa Kita Sering Merasa Diawasi? Ini 4 Alasan Psikologisnya

Kenapa Kita Sering Merasa Diawasi? Ini 4 Alasan Psikologisnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com