Kemudian bisa dilihat persebarannya secara spasial di peta. Antisipasi dapat dilakukan, tahun depan ada berapa anak pada usia tertentu yang potensial masuk sekolah, yang potensial akan mendaftarkan sekolah baru, persebarannya di mana saja, dekat secara radius dengan sekolah mana saja. Dari setahun sebelumnya jumlahnya dapat diantisipasi, perhitungan dapat dilakukan.
Panitia penerimaan siswa baru dan setiap sekolah bahkan dapat melakukan persiapan, kira-kira dalam radius tertentu ada berapa calon siswa yang akan masuk. Hal ini tidak sulit. Sistem informasi geospasial diintegrasikan dengan sistem statistik data kependudukan, yang memungkinkan updating secara otomatis.
Baca juga: Riset Geospasial untuk Keberlanjutan Manusia
Apabila ada perubahan KK, sistem statistik akan berubah, atribut pada sistem informasi geospasialnya akan mengikuti. Perpindahan KK yang kurang dari setahun, misalnya, atau yang tidak memenuhi persyaratan untuk zonasi bisa dideteksi, bisa diantisipasi.
Mitigasi kecurangan dapat dilakukan lebih dini. Sistem informasi geospasial dapat disajikan secara terbuka, transparan. Setiap orang, semua masyarakat dapat mengakses informasinya, dapat melihat dan bahkan dapat menghitung jarak sendiri secara web service atau melalui aplikasi. Sistemnya inklusif, partisipatif. Lebih transparan, lebih jujur, semua lega, fair enough.
Masalahnya sekarang tinggal bagaimana kita mempunyai komitmen penuh untuk berbagi pakai data antar instansi, berbagi data format spasial dengan format statistik. Apakah kita punya keberpihakan untuk membuat sistem ini?
Sistem itu penting dan kebutuhan untuk pengembangnnya harus didukung oleh para pengambil keputusan.
Sistem itu dapat dipakai untuk tujuan lainnya, misalnya tujuan intervensi gisi, pemberian beasiswa, subsidi pupuk, bantuan sosial, program sanitasi dan lain sebagainya. Mungkin sistem informasi geospasialnya berbiaya, perlu upaya, tetapi create once use many times. Lebih efektif, efisien.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya