Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah dan Twibbon Hari Bakti TNI AU 29 Juli 2023

Kompas.com - 29/07/2023, 07:30 WIB
Alicia Diahwahyuningtyas,
Farid Firdaus

Tim Redaksi

Menimbulkan kemarahan bangsa Indonesia

AMB I Belanda tersebut akhirnya menimbulkan kemarahan bangsa Indonesia dan TNI AU. Selain karena Belanda menginkari Persetujuan Linggarjati, Belanda juga telah melanggar hukum perang.

Kemudian pada 28 Juli 1947 sekitar pukul 19.00, empat kadet penerbangan, seperti Suharnoko Harbani, Sutardjo Sigit, Mulyono, dan Bambang Saptoadji diperintahkan menghadap Kasau Komodor Udara Suryadi Suryadarma dan Komodor Muda Udara Halim Perdanakusuma.

Mereka dipanggil untuk merencanakan operasi udara yang ditujukan untuk menyerang kedudukan Belanda.

Pengeboman di tiga kota

Pada 29 Juli 1947 dini hari, pangkalan udara Maguwo digetarkan oleh deru pesawat yang akan melakukan serangan terhadap markas Belanda.

Kadet penerbang Sutardjo Sigit dan Suharnoko Harbani diperintahkan melakukan penyerangan ke Salatiga dan Ambarawa dengan menggunakan pesawat Churen yang diubah menjadi pesawat pengebom.

Pesawat tersebut dikemudikan oleh Suharnoko Harbani dan dilengkapi dengan senapan mesin dengan penembak udara Kaput. Sedangkan pesawat Sutardjo Sigit dilengkapi dengan bom-bom bakar dan penembak udaranya Sutardjo.

Kemudian Kadet Penerbang Mulyono diperintahkan untuk menyerang Semarang dengan menggunakan pesawat pengebom tukik ”Driver Bomber” Guntei berkekuatan 850 daya kuda.

Pesawat tersebut memiliki kecepatan 265 km/jam dan dilengkapi dengan bom 400 kg, serta dua senapan mesin di sayap dan dipasang di belakang penerbang. Adapun sebagai penembak udara, adalah Dulrachman.

Baca juga: HUT Ke-77 TNI AU: Tema, Logo, Sejarah, dan Link Download Twibbon-nya

Sementara itu, penerbangan oleh Kadet Penerbang Bambang Saptoadji yang menggunakan pesawat buru sergap Hayabusha terpaksa dibatalkan karena pesawat masih belum selesai diperbaiki.

Saat itu, ia seharusnya bertugas mengawal pesawat yang diawaki Kadet Penerbang Mulyono.

Ketiga pesawat berhasil melakukan pengeboman di 3 kota dan kembali dengan selamat ke Pangkalan Udara Maguwo sebelum pukul 6 pagi.

Serangan yang dilancarkan itu memiliki beberapa efek untuk bangsa Indonesia, yakni:

  1. Meningkatkan semangat juang bangsa Indonesia dan emnambah rasa percaya diri.
  2. Aspek diplomasi yaitu pengakuan atas keberadaan dan kedaulatan NKRI di masyarakat dunia.
  3. Aspek militer yaitu keberadaan angkatan udara RI diperhitungkan oleh Pemerintah Belanda.

Kemudian, untuk mengembalikan semangat tempur tersebut, Belanda melancarkan serangan balasan dan tidak lagi mengindahkan aturan perang.

Baca juga: Viral, Video Oknum Prajurit TNI AU di Bogor Diduga Lakukan Tindak Kekerasan

Serangan balasan Belanda

Serangan balasan Belanda dilakukan dengan menembak pesawat Dakota VT-CLA yang merupakan pesawat ”carteran” Republik Indonesia dari warga negara India, pada 28 Juli 2022 sore.

Pesawat tersebut dikemudikan oleh pilot Alexander Noel Contantine dibantu oleh copilot Roy Hazalhurst yang mendarat di Pangkalan Udara Maguwo.

Halaman:

Terkini Lainnya

BMKG: Sejumlah Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 23-24 Juni 2024

BMKG: Sejumlah Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 23-24 Juni 2024

Tren
[POPULER TREN] Harga Elpiji 5,5 Kg dan 12 Kg Per 1 Juli | Alasan Pagi Hari Dingin Saat Musim Kemarau

[POPULER TREN] Harga Elpiji 5,5 Kg dan 12 Kg Per 1 Juli | Alasan Pagi Hari Dingin Saat Musim Kemarau

Tren
Catat, 34 Jalan Ditutup saat Jakarta International Marathon 2024, Mana Saja?

Catat, 34 Jalan Ditutup saat Jakarta International Marathon 2024, Mana Saja?

Tren
Jadwal Lengkap Timnas Indonesia di Piala AFF U-16 2024

Jadwal Lengkap Timnas Indonesia di Piala AFF U-16 2024

Tren
Anang Hermansyah Sekeluarga Jadi Duta Wisata Jeju Korea Selatan

Anang Hermansyah Sekeluarga Jadi Duta Wisata Jeju Korea Selatan

Tren
Bagaimana Cara Para Ilmuwan Menentukan Usia Sebuah Pohon? Berikut Penjelasannya

Bagaimana Cara Para Ilmuwan Menentukan Usia Sebuah Pohon? Berikut Penjelasannya

Tren
Ramai soal Telkomsat Jual Layanan Starlink Harganya Rp 130 Juta, Ini Kata Telkom Group

Ramai soal Telkomsat Jual Layanan Starlink Harganya Rp 130 Juta, Ini Kata Telkom Group

Tren
Viral, Video Kebakaran di Kawasan TN Bromo Tengger Semeru, Ini Kata Pengelola

Viral, Video Kebakaran di Kawasan TN Bromo Tengger Semeru, Ini Kata Pengelola

Tren
Bermaksud Bubarkan Tawuran, Remaja di Kalideres Jakbar Jadi Tersangka

Bermaksud Bubarkan Tawuran, Remaja di Kalideres Jakbar Jadi Tersangka

Tren
Sedikitnya 1.000 Jemaah Haji Meninggal di Arab Saudi, Ini 3 Faktor Penyebabnya

Sedikitnya 1.000 Jemaah Haji Meninggal di Arab Saudi, Ini 3 Faktor Penyebabnya

Tren
Update: Jemaah Haji Indonesia yang Wafat di Tanah Suci Capai 225 Orang

Update: Jemaah Haji Indonesia yang Wafat di Tanah Suci Capai 225 Orang

Tren
PBB Ketar-ketir Lebanon Bernasib Seperti Gaza, Apa Antisipasinya?

PBB Ketar-ketir Lebanon Bernasib Seperti Gaza, Apa Antisipasinya?

Tren
4 Lowongan KAI untuk Lulusan SMA, Berikut Syarat dan Cara Melamarnya

4 Lowongan KAI untuk Lulusan SMA, Berikut Syarat dan Cara Melamarnya

Tren
Gaduh soal Lumba-Lumba Pink, Asli atau Rekayasa? Ini Kata Peneliti Mamalia Laut

Gaduh soal Lumba-Lumba Pink, Asli atau Rekayasa? Ini Kata Peneliti Mamalia Laut

Tren
Istilah 'Khodam' Ramai di Media Sosial, Apa Itu? Ini Penjelasan Budayawan

Istilah "Khodam" Ramai di Media Sosial, Apa Itu? Ini Penjelasan Budayawan

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com