Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Medio by KG Media
Siniar KG Media

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Kisah Seputar Kuntilanak

Kompas.com - 21/07/2023, 22:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Rangga Septio Wardana dan Ikko Anata

KOMPAS.com - Beberapa masyarakat Indonesia masih sangat percaya terhadap hal mistis dan gaib. Salah satu mitos yang berkembang di masyarakat hingga saat ini adalah sosok kuntilanak.

Dalam beberapa cerita yang berkembang di masyarakat, kuntilanak dianggap sebagai makhluk jahat menyeramkan yang kerap mengganggu manusia. Kuntilanak digambarkan sebagai sosok perempuan berpakaian putih dengan rambut panjang terurai.

Selain itu, terkadang kuntilanak juga mengeluarkan suara tertawa yang menyeramkan. Dalam audio drama siniar Tinggal Nama bertajuk “Kadaver - Kau yang Tak Kembali”, dengan tautan akses dik.si/TNKadaver3, tokoh Arin pun kelak menjadi sosok yang menyeramkan. Lantas, mengapa Arin bisa menjadi sosok yang menyeramkan?

Kemunculan Kuntilanak

Kisah kuntilanak pernah diteliti oleh Timo Duile, seorang antropolog kelahiran Jerman. Dalam artikelnya yang berjudul Kuntilanak: Ghost Narrative and Malay Modernity in Pontianak, Indonesia.

Baca juga: 4 Pembunuh Berantai dengan Masa Kecil Kelam

Timo Duile menjelaskan bahwa kuntilanak pertama kali muncul di masyarakat Pontianak, Kalimantan Barat. Awalnya, kuntilanak muncul ketika adanya upaya pendirian sebuah kota di antara pertemuan Sungai Kapuas dan Sungai Landak pada 1771.

Upaya pendirian kota itu diinisiasi oleh masyarakat yang dipimpin oleh Sultan Syarif Abdurrahim. Hal itu dilakukan karena kedua sungai tersebut adalah tonggak penting jalur transportasi.

Akhirnya dilakukan upaya pembangunan sebuah kota di wilayah tersebut. Dalam proses pembangunannya, bahan-bahan yang digunakan berasal dari alam sekitar, seperti batu dan kayu.

Ketika pekerja akan menebang pohon dekat sungai untuk bahan pembangunan, tiba-tiba muncul suara aneh dari atas pohon. Suara tersebut membuat pekerja ketakutan dan berlarian.

Rumor tentang kuntilanak yang kerap mengganggu pekerja dan masyarakat, kemudian sampai ke telinga Sultan Syarif Abdurrahim. Selanjutnya, Sultan Syarif Abdurrahim bersama pengikutnya memutuskan untuk mengusir kuntilanak karena dianggap sebagai roh jahat.

Setelah kuntilanak berhasil diusir, pohon yang menjadi tempat tinggalnya ditebang dan digunakan untuk membangun Masjid dan bangunan lainnya. Berdasarkan peristiwa gangguan kuntilanak yang terjadi selama pembangunan, akhirnya kota tersebut dinamakan Pontianak.

Kuntilanak adalah Roh Jahat

Pelabelan kuntilanak sebagai roh jahat semakin berkembang ketika Melayu modern yang membawa agama Islam menafsirkan kuntilanak sebagai setan atau iblis yang memusuhi manusia.

Bahkan, dahulu masyarakat Pontianak masih melakukan tradisi tahunan dengan menembakkan meriam sebagai simbol pengusiran kuntilanak. Namun, tradisi ini menghilang pada masa Order Baru.

Tanda-tanda Kehadiran Kuntilanak

Cerita yang beredar di masyarakat mengatakan bahwa sosok ini banyak mendiami tempat-tempat tinggi atau lembab seperti pohon, aliran sungai, atau air kolam renang yang terbengkalai.

Baca juga: Menguak Misteri 3 Kota Gaib di Indonesia

Selain itu, ada yang menyebutkan bahwa kehadiran kuntilanak ditandai dengan aroma seperti bunga kamboja dan melati. Namun, ada juga yang mengatakan bahwa bau kuntilanak cukup busuk.

Kuntilanak dalam Kepercayaan Masyarakat

Berdasarkan kepercayaan dan tradisi masyarakat Jawa dan Melayu, benda tajam seperti paku, pisau, dan gunting dapat menangkal kehadiran kuntilanak. Pasalnya, ketika kuntilanak menyerang, paku dapat menjadi senjata untuk ditancapkan di lubang yang terletak di belakang lehernya.

Lantas, bagaimana sosok hantu dalam audio drama ‘Kadaver’? Temukan jawabannya dengan mendengarkan audio drama siniar Tinggal Nama bertajuk “Kadaver - Kau yang Tak Kembali”, dengan tautan akses dik.si/TNKadaver3.

Dengarkan juga kisah-kisah seru dan mencekam lainnya melalui playlist YouTube Medio by KG Media. Akses sekarang juga episode ini melalui tautan dik.si/TNKadaver3.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kronologi Bupati Halmahera Utara Ancam Demonstran Pakai Parang, Berujung Dilaporkan ke Polisi

Kronologi Bupati Halmahera Utara Ancam Demonstran Pakai Parang, Berujung Dilaporkan ke Polisi

Tren
Bukan Mewakili Jumlah Anggota, Ini Makna 12 Bintang Emas yang Ada di Bendera Uni Eropa

Bukan Mewakili Jumlah Anggota, Ini Makna 12 Bintang Emas yang Ada di Bendera Uni Eropa

Tren
Pendaftaran PPDB SD Surabaya 2024 Jalur Zonasi Kelurahan Dibuka, Klik Sd.ppdbsurabaya.net/pendaftaran

Pendaftaran PPDB SD Surabaya 2024 Jalur Zonasi Kelurahan Dibuka, Klik Sd.ppdbsurabaya.net/pendaftaran

Tren
Mengenal Robot Gaban 'Segede Gaban', Sebesar Apa Bentuknya?

Mengenal Robot Gaban "Segede Gaban", Sebesar Apa Bentuknya?

Tren
Motif Ibu di Tangsel Rekam Video Cabuli Anak Sendiri, Mengaku Diancam dan Dijanjikan Rp 15 Juta

Motif Ibu di Tangsel Rekam Video Cabuli Anak Sendiri, Mengaku Diancam dan Dijanjikan Rp 15 Juta

Tren
Perang Balon Berlanjut, Pembelot Korea Utara Ancam Kirim 5.000 USB Berisi Drama Korea Selatan

Perang Balon Berlanjut, Pembelot Korea Utara Ancam Kirim 5.000 USB Berisi Drama Korea Selatan

Tren
Terdampak Balon Isi Sampah dari Korut, Warga Korsel Bingung Minta Ganti Rugi ke Siapa

Terdampak Balon Isi Sampah dari Korut, Warga Korsel Bingung Minta Ganti Rugi ke Siapa

Tren
Video Viral Bocah Jatuh dari JPO Tol Jatiasih karena Pagar Berlubang, Jasa Marga Buka Suara

Video Viral Bocah Jatuh dari JPO Tol Jatiasih karena Pagar Berlubang, Jasa Marga Buka Suara

Tren
Iuran Tapera Dinilai Belum Bisa Dijalankan, Ini Alasannya

Iuran Tapera Dinilai Belum Bisa Dijalankan, Ini Alasannya

Tren
Maladewa Larang Warga Israel Masuk Negaranya, Solidaritas untuk Palestina

Maladewa Larang Warga Israel Masuk Negaranya, Solidaritas untuk Palestina

Tren
Syarat dan Cara Daftar PPDB Jabar 2024, Akses di Sapawarga atau Klik ppdb.jabarprov.go.id

Syarat dan Cara Daftar PPDB Jabar 2024, Akses di Sapawarga atau Klik ppdb.jabarprov.go.id

Tren
Profil Bambang Susantono dan Dhony Rahajoe, Kepala dan Wakil Kepala IKN yang Mengundurkan Diri

Profil Bambang Susantono dan Dhony Rahajoe, Kepala dan Wakil Kepala IKN yang Mengundurkan Diri

Tren
Heboh Orang Ngobrol dengan Layar Bioskop di Grand Indonesia, Netizen: Sebuah Trik S3 Marketing dari Lazada Ternyata

Heboh Orang Ngobrol dengan Layar Bioskop di Grand Indonesia, Netizen: Sebuah Trik S3 Marketing dari Lazada Ternyata

BrandzView
Pelari Makassar Meninggal Diduga 'Cardiac Arrest', Kenali Penyebab dan Faktor Risikonya

Pelari Makassar Meninggal Diduga "Cardiac Arrest", Kenali Penyebab dan Faktor Risikonya

Tren
Respons MUI, Muhammadiyah, dan NU soal Izin Usaha Tambang untuk Ormas

Respons MUI, Muhammadiyah, dan NU soal Izin Usaha Tambang untuk Ormas

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com