Tak lama kemudian kebetulan teman dekat saya, Jusuf Ngadri yang orang Jawa didampingi seorang temannya yang orang Batak menghubungi saya demi mengungsikan saya ke kota Semarang di mana suasana masih lebih kondusif ketimbang Jakarta.
Kebetulan berdasar fakta bahwa yang nyata peduli dan nyata menyelamatkan saya kebetulan bukan sesama warga keturunan China, tetapi orang Padang, Jawa dan Batak.
Lalu kebetulan menurut laporan pejuang kemanusiaan, Sandyawan Sumardi (orang Jawa kelahiran Jeneponto, Sulsel) yang kebetulan ditugaskan oleh Presiden Habibie (orang Gorontalo) untuk bergabung ke Tim Pencari Fakta, kebetulan saya memperoleh informasi bahwa inti makna huruhara Mei 1998 pada hakikatnya bukan rasisme, namun lebih merupakan akibat keresahan frustrasi masyarakat akibat kebetulan memang terbukti jurang kesenjangan sosial makin melebar secara berkelanjutan.
Kebetulan dalam perjalanan waktu terbukti kepercayaan saya terombang-ambing akibat merasa dipermainkan antara percaya kebetulan atau kebetulan percaya kebetulan, maupun tidak percaya kebetulan atau kebetulan tidak percaya kebetulan.
Secara andaikatamologis jika saya tidak percaya toh saya tetap bisa dibilang bahwa kebetulan saya tidak percaya kebetulan, maka akhirnya untuk sementara ini kebetulan saya terpaksa ikhlas untuk mengaku bahwa saya percaya kebetulan.
Namun saya tetap menghormati mereka yang tidak percaya kebetulan, maka mohon yang beda kepercayaan atas kebetulan jangan memaksa saya untuk tidak percaya kebetulan selama kebetulan belum ada undang-undang yang memaksa warga Indonesia untuk tidak percaya kebetulan. MERDEKA!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.