KOMPAS.com - Mengonsumsi makanan yang dikerubungi semut kerap menimbulkan dilema.
Di satu sisi, makanan tersebut tampak masih layak. Namun, kekhawatiran akan kesehatan setelah makan makanan disemuti juga sering muncul.
Beberapa orang biasanya memilih menyingkirkan semut dan memakan bagian yang terlihat masih bersih.
Namun, meski sudah dibersihkan, serangga berukuran sangat kecil ini tak jarang masih ada dan ikut tertelan masuk ke dalam tubuh.
Lantas, apa yang terjadi pada tubuh saat makan makanan disemuti?
Baca juga: Viral, Foto Semut Bisa Menyemburkan Air, Spesies Apakah Itu?
Dilansir dari laman Pest Control IQ, memakan makanan yang sudah dikerumuni semut bisa tidak aman bagi tubuh.
Meski tidak akan menginfeksi makanan secara langsung, semut dapat membawa beberapa masalah kesehatan, seperti diare, mual, dan muntah.
Sebenarnya, keluhan masalah kesehatan akibat mengonsumsi makanan yang disemuti tidak selalu terjadi.
Namun demikian, bagi beberapa orang dengan kondisi tubuh sensitif, efek samping setelah tak sengaja makan semut tersebut bisa saja terjadi.
Belum lagi, aroma makanan yang sudah dikerubungi semut biasanya berbeda. Kondisi ini tak jarang membuat selera orang berkurang, bahkan memicu mual.
Baca juga: 5 Tanaman yang Mengundang Semut
Di sisi lain, dikutip dari Healthline, mengonsumsi semut utuh berarti mengonsumsi mikrobiota atau bakteri ususnya.
Secara khusus, yakni parasit Dicrocoelium dendriticum yang dapat menginfeksi manusia pemakannya. Kendati demikian, kasus akibat parasit ini jarang terjadi.
Selain itu, tidak semua jenis semut juga bisa dimakan. Beberapa semut, seperti semut api dan semut jack jumper, memiliki organ yang menghasilkan racun.
Meski racun biasanya akan "mati" di saluran pencernaan, masih ada risiko sengatan di mulut atau kerongkongan, yang dapat menyebabkan reaksi alergi.
Baca juga: Cara Ampuh Mengusir Semut dari Tanaman
Masih dari Healthline, penelitian menunjukkan bahwa semut bisa menjadi sumber purin yang dapat meningkatkan produksi asam urat dalam tubuh.
Kondisi ini kemungkinan merugikan penderita penyakit asam urat atau gout, yang harus membatasi konsumsi makanan berpurin.
Selain itu, penelitian lain menemukan, kitin yang terkandung dalam semut mungkin merupakan alergen atau berpotensi memicu alergi pada sebagian orang.
Meski sebaiknya dihindari, serangga termasuk semut sebenarnya mengandung sejumlah protein tergantung spesiesnya.
Misalnya, larva dan telur semut rangrang menyediakan sekitar 7 gram protein per 100 gramnya.
Sebaliknya, semut pemotong daun dan semut hitam masing-masing mengandung rata-rata 42–53 gram dan 40–45 gram protein per 100 gram.
Bukan hanya itu, semut juga mengandung serat dan mineral, seperti zat besi, seng, magnesium, kalium, dan fosfor.
Adapun jenis serat paling umum pada semut adalah kitin, serat tidak larut yang tidak dapat dicerna oleh tubuh.
Baca juga: Hanya Ada 3 Tempat di Dunia yang Tidak Dihuni Semut, Mana Saja?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.