Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Catalhoyuk, Bangunan Permukiman Kuno Tertua yang Masih Berdiri Kokoh

Kompas.com - 28/05/2023, 17:00 WIB
Diva Lufiana Putri,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Catalhoyuk, sebuah kota berbentuk bangunan besar yang berdiri sekitar 9.400 tahun lalu, tepatnya sejak zaman batu muda atau Neolitikum, ternyata masih berdiri hingga kini.

Situs warisan budaya Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) di Turkiye ini menjadi menjadi salah satu bangunan paling awal yang pernah dibangun oleh tangan manusia.

Dikutip dari laman IFL Science, satu-satunya situs yang lebih tua dari permukiman ini adalah Gobekli Tepe di Turkiye, kuil tertua dalam sejarah peradaban manusia yang dibangun 11.500 tahun lalu.

Menurut UNESCO, arkeologi Catalhoyuk banyak menunjukkan aktivitas manusia mulai sekitar 7.400 SM dan tetap bertahan selama lebih dari 2.000 tahun.

Periode waktu ini menjadi babak penting dari kisah manusia, tepatnya saat orang mulai beralih dari kelompok pemburu dan nomaden ke pertanian yang menetap.

Seperti diketahui, zaman batu muda memiliki ciri utama menggunakan peralatan dari batu yang telah dihaluskan.

Manusia pada masa ini juga mulai hidup menetap, beternak, dan bercocok tanam untuk membuat makanan sendiri atau food producing.

Baca juga: Mengenal Coelacanth, Ikan Purba yang Masih Hidup di Perairan Indonesia


Catalhoyuk pancarkan perubahan budaya dan ekonomi

Merujuk ringkasan UNESCO, Catalhoyuk diketahui bukan komunitas pertanian paling awal maupun terbesar di Anatolia (sekarang Turkiye) dan Levant (Palestina, Lebanon, Suriah, dan Yordania).

Namun, bangunan ini merupakan kandidat utama yang menunjukkan perubahan budaya dan ekonomi di wilayah Timur Dekat pada periode Neolitikum.

Timur Dekat atau Near East sendiri merupakan istilah arkeolog dan sejarawan untuk merujuk kawasan Asia Barat, terutama Levant, Anatolia, Mesopotamia (Irak dan Suriah), dan Plato Iran (Iran).

Belum lagi lokasi Catalhoyuk yang sangat strategis berada di Anatolia, menjadikannya sebagai jembatan penyebaran gaya hidup neolitik ke Eropa dan sekitarnya.

Catalhoyuk pertama kali ditemukan pada 1958 oleh tim yang dipimpin arkeolog Inggris, James Mellaart.

Berbeda dengan Gobekli Tepe sebagai kuil, situs Catalhoyuk adalah bangunan besar yang menjadi permukiman rumah tanpa jalan.

Rumah satu dengan lainnya saling membelakangi, dengan akses melalui atap untuk memasuki rumah.

Memiliki luas sekitar 34 hektare, para peneliti mempercayai bahwa Catalhoyuk menjadi rumah bagi 3.000-8.000 orang.

Baca juga: Arkeolog Temukan Tulang Manusia Purba dan Hewan di Situs Berusia 7.000 Tahun, Kuak Ritual Sekte

Tujuan pembangunan Catalhoyuk

Dikutip dari World History Encyclopedia, dekat dengan Catalhoyuk yang dalam bahasa Turkiye berarti "bukit bercabang", sempat terdapat sebuah sungai mengalir.

Peneliti memperkirakan, mengeringnya sungai membuat permukiman ini ditinggalkan manusia sekitar 5600 SM.

Catalhoyuk dibangun di area tanah liat aluvial yang menunjukkan kemampuan manusia saat itu dalam bertani.

Manusia kala itu mulai membangun rumah untuk tinggal, sembari merawat area pertanian dan ternak.

Keberadaan tulang hewan terutama domba dan kambing, serta lukisan dinding di lokasi turut menunjukkan peternakan yang mencoba dibangun manusia.

Kondisi tanah dan keberadaan sungai inilah yang membuat manusia di masa itu menghentikan kehidupan nomaden yang sudah berjalan 40.000 tahun.

Kendati demikian, beberapa peneliti menduga bahwa permukiman kuno ini dibentuk karena pemanasan global, sekitar 11.000 SM.

Pemanasan global itu kemudian memicu mereka untuk membuat dan meninggali suatu tempat dengan suhu yang lebih bersahabat.

Meski kekayaan dan kemegahan Catalhoyuk telah terungkap, tembok kuno permukiman ini masih dipenuhi misteri dan intrik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com