Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Pantai Teluk Labuan Pandeglang, Ramai Usai Dibersihkan Pandawara Group

Kompas.com - 23/05/2023, 13:00 WIB
Erwina Rachmi Puspapertiwi,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Unggahan terkait aksi komunitas Pandawara Group membersihkan pantai terburuk dan terkotor di Indonesia baru-baru ini viral di media sosial.

Melalui akun Instagram resminya, kelompok anak muda yang dikenal kerap membersihkan wilayah Indonesia ini membagikan video keadaan pantai di Desa Teluk, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten yang penuh tumpukan sampah.

"Di pantai seperti ini bukan menjadi ajang di mana saling menyalahkan antara masyarakat dan pemerintah. Namun, ini menjadi satu momen antara bersatunya masyarakat dan pemerintah untuk menanggulangi masalah lingkungan," kata salah satu anggota mereka, Minggu (21/5/2023).

Pandawara Group juga mengajak masyarakat untuk membersihkan pantai di Desa Teluk, Pandeglang tersebut pada Senin (22/5/2023) dan Selasa (23/5/2023).

Baca juga: Viral, Video Gunung Gede Pangrango Penuh Sampah, Apa Kata Pengelola?

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by pandawara (@pandawaragroup)

Lalu, seperti apa pantai di Desa Teluk, Labuan, Pandeglang, Banten tersebut?

Baca juga: Video Viral Pesut Penuh Sampah Terdampar di Pantai Bangka Selatan, Apa Penyebabnya?


Mengenal pantai di Desa Teluk

Lokasi dalam video tersebut terletak di pesisir pantai Desa Teluk, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.

Di pinggir pantai, terdapat Wisata Kuliner Batako Teluk yang menyediakan aneka makanan laut. Selain itu, sebelah pusat kuliner ada juga Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Teluk Labuan.

Menurut situs Pandeglang Satu Data, Kecamatan Labuan memang merupakan daerah pesisir laut di Selat Sunda. Labuan berarti pelabuhan atau tempat kapal berlabuh.

Dulu, Labuan memiliki sebuah teluk bernama Teluk Lada yang berada di dekat Tanjung Lesung dan Panimbang. Namun, daerah ini ditutup setelah terkena letusan Gunung Krakatau 1883 dan tsunami. Sekarang, wilayah yang ada ialah Desa Teluk.

Baca juga: Viral Penghuni Kamar Indekos Penuh Tumpukan Sampah, Hoarding Disorder?

Dilansir dari studi yang dilakukan Nurhasanah mahasiswa UIN Banten pada 2018, Desa Teluk berada sekitar 41 km dari pusat Kota Pandeglang. Wilayah ini memiliki 16 kampung dengan total seluas 1,79 km2.

Desa tersebut dinamakan Teluk karena berada di wilayah dengan laut yang menjorok ke daratan. Dengan julukan kota Nelayan, letak desa di pesisir pantai Selat Sunda.

Sebagai wilayah tepi laut, nelayan dan perikanan menjadi salah satu mata pencaharian utama di sini. Mereka bahkan memiliki tradisi perayaan tahunan berupa Ruatan atau Pesta Laut.

Melalui akun Facebook resminya, pemerintah Desa Teluk memang kerap mengajak warganya melakukan aksi bersih desa di pesisir pantai. Pemdes paling tidak pernah memprakasai kegiatan bersih pantai pada 2019 dan 2022.

Baca juga: Pasar Tradisional Jorok Penuh Tumpukan Sampah, Pakar Jelaskan Penyebabnya

Kebiasaan buang sampah di pantai

Aksi bersih-bersih Pantai Teluk, di Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten yang dilakukan oleh Pandawara Group dan ratusan masyarakat, Senin (22/5/2023).KOMPAS.COM/ACEP NAZMUDIN Aksi bersih-bersih Pantai Teluk, di Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten yang dilakukan oleh Pandawara Group dan ratusan masyarakat, Senin (22/5/2023).
Pantai di Desa Teluk menjadi kotor salah satunya karena warga memiliki kebiasaan membuang sampah di sana sejak lama.

Seorang penduduk setempat, Entin (30) mengaku setiap hari membuang sampah ke laut yang hanya berjarak 50 meter dari rumahnya.

Halaman:

Terkini Lainnya

Mengenal 7 Stadion yang Jadi Tempat Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Mengenal 7 Stadion yang Jadi Tempat Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Tren
Mengenal Alexinomia, Fobia Memanggil Nama Orang Lain, Apa Penyebabnya?

Mengenal Alexinomia, Fobia Memanggil Nama Orang Lain, Apa Penyebabnya?

Tren
Sunat Perempuan Dilarang WHO karena Berbahaya, Bagaimana jika Telanjur Dilakukan?

Sunat Perempuan Dilarang WHO karena Berbahaya, Bagaimana jika Telanjur Dilakukan?

Tren
UU Desa: Jabatan Kades Bisa 16 Tahun, Dapat Tunjangan Anak dan Pensiun

UU Desa: Jabatan Kades Bisa 16 Tahun, Dapat Tunjangan Anak dan Pensiun

Tren
Harga Kopi di Vietnam Melambung Tinggi gara-gara Petani Lebih Pilih Tanam Durian

Harga Kopi di Vietnam Melambung Tinggi gara-gara Petani Lebih Pilih Tanam Durian

Tren
Kasus Mutilasi di Ciamis dan Tanggung Jawab Bersama Menangani Orang dengan Gangguan Mental

Kasus Mutilasi di Ciamis dan Tanggung Jawab Bersama Menangani Orang dengan Gangguan Mental

Tren
Potensi Manfaat Tanaman Serai untuk Mengatasi Kecemasan Berlebih

Potensi Manfaat Tanaman Serai untuk Mengatasi Kecemasan Berlebih

Tren
Terkait Penerima KIP Kuliah yang Bergaya Hedon, UB: Ada Evaluasi Ulang Tiga Tahap

Terkait Penerima KIP Kuliah yang Bergaya Hedon, UB: Ada Evaluasi Ulang Tiga Tahap

Tren
Catat, Ini 5 Jenis Kendaraan yang Dibatasi Beli Pertalite di Batam Mulai Agustus

Catat, Ini 5 Jenis Kendaraan yang Dibatasi Beli Pertalite di Batam Mulai Agustus

Tren
Wacana Pembongkaran Separator di Ring Road Yogyakarta, Begini Kata Ahli UGM

Wacana Pembongkaran Separator di Ring Road Yogyakarta, Begini Kata Ahli UGM

Tren
BMKG: Wilayah yang Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang 9-10 Mei 2024

BMKG: Wilayah yang Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang 9-10 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG: Wilayah Hujan Lebat 9 Mei 2024 | Vaksin AstraZeneca Ditarik Peredarannya

[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG: Wilayah Hujan Lebat 9 Mei 2024 | Vaksin AstraZeneca Ditarik Peredarannya

Tren
Mengulik Racunomologi

Mengulik Racunomologi

Tren
Pemain Bola Malaysia Kembali Jadi Korban Penyerangan, Mobil Diadang Saat Berangkat ke Tempat Latihan

Pemain Bola Malaysia Kembali Jadi Korban Penyerangan, Mobil Diadang Saat Berangkat ke Tempat Latihan

Tren
Cara Mengetahui Jenis Vaksin Covid-19 yang Pernah Diterima

Cara Mengetahui Jenis Vaksin Covid-19 yang Pernah Diterima

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com