Pada esok harinya, Dewi langsung mencoba mendatangi dokter di desa tempatnya tinggal untuk mencari obat CLM tersebut.
Namun, sang dokter meminta sebaiknya sang anak dibawa untuk dicek langsung olehnya.
“Sorenya saya ke tempat bu dokter. Bu dokter lihat sendiri keadaan tangannya bahwa memang benar itu CLM,” terangnya.
Dokter pun memberikan sirup dan obat cacing. Selepas pengonsumsian obat, gatal sedikit berkurang.
“Tapi si cacing masih aktif berjalan hingga hari ini udah di kulit tangan bagian atas,” tuturnya.
Baca juga: Cara Mengusir Cacing dari Kamar Mandi dan Wastafel Rumah
Dokter spesialis kulit dan kelamin dari RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Ismiralda Oke Putranti mengatakan, penyakit tersebut bernama creeping eruption atau cutaneous larva migrans (CLM).
“Disebabkan larva cacing, biasanya larva berasal dari kotoran hewan kucing/anjing yang ada di tanah/pasir,” kata Ismiralda kepada Kompas.com, Minggu (21/5/2023).
Anak dapat terinfeksi kalau memiliki kebiasaan bermain pasir atau tanah, plus tidak memakai alas kaki.
“Menyebabkan larva cacing tambang tersebut akan masuk ke dalam kulit,” jelasnya.
Kemudian larva cacing tersebut akan membuat terowongan di bawah permukaan kulit (epidermis) karena tidak bisa menembus lapisan jaringan ikat kulit (dermis).
“Gejala yang paling sering terjadi (berupa) bintil/lenting kecil yang gatal terutama malam, kemudian semakin lama semakin memanjang berkelok-kelok,” ungkapnya.
Ia mengatakan, larva cacing tersebut akan tetap menjadi larva.
“Dia tidak akan menembus lapisan kulit dalam dan ikut peredaran darah yang menjadikannya cacing dewasa,” terangnya.
Bentuk yang berkelok-kelok itu disebabkan oleh jalur terowongan yang dibuat larva cacing tersebut.
“Bisa makin panjang terowongannya. Tapi nanti daerah yang ditinggalkan akan menyembuh,” katanya.