Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masjid Qiblatain, Saksi Perpindahan Kiblat dari Masjidil Aqsa ke Kabah

Kompas.com - 26/03/2023, 08:30 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Masjid Qiblatain di Madinah, Arab Saudi menempati bagian penting dalam sejarah Islam.

Masjid ini menjadi saksi berpindahnya kiblat umat Islam dari Masjidil Aqsa, Palestina ke Masjidil Haram, Mekkah.

Perpindahan kiblat ini pun termaktub dalam surat Al Baqarah ayat 144:

"Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya".

Baca juga: 5 Hal yang Perlu Diketahui dari Masjid Raya Sheikh Zayed Solo, Apa Saja?

Saat ayat tersebut turun, Rasulullah SAW sedang melaksanakan shalat Dzuhur pada rakaat kedua dan masih menghadap ke Masjidil Aqsa, dikutip dari Aawsat.

Dengan demikian, Rasulullah SAW langsung berpaling ke arah Masjidil Haram dan melanjutkan dua rakaat akhir shalat Dzuhur.

Dalam sebuah riwayat, disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW shalat menghadap kiblat Baitul Maqdis selama 16-17 bulan, sebelum akhirnya berpindah ke Masjidil Haram.

Baca juga: Profil Masjid Raya Sheikh Zayed Solo, Hari Ini Dibuka untuk Umum


Baca juga: Ramai soal Kerusuhan di Masjid Al-Aqsa, Bagaimana Respons Indonesia?

Sejarah Masjid Qiblatain

Masjid Qiblatain dibangun dua tahun setelah Rasulullah SAW pindah ke Madinah.

Batu bata lumpur, pelepah, dan batang kurma merupakan bahan awal yang digunakan untuk membangun Masjid Qiblatain, dikutip dari Arab News.

Semula, masjid ini diberi nama Masjid Bani Salamah karena dibangun di atas bekas rumah Bani Salamah.

Dalam perjalanannya, Masjid Qiblatain telah direnovasi dan diperluas beberapa kali selama berabad-abad.

Baca juga: Masjid dan Mushala Diharapkan Terdaftar di Kemenag, Apa Manfaatnya?

Perluasan pertama terjadi pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz di era Dinasti Umayyah pada 706 M.

Sejak saat itu, ukuran masjid tetap tidak berubah selama hampir 800 tahun.

Renovasi selanjutnya dilakukan oleh Shaheen Al-Jamali pada 1488.

Pada awal 1930-an, Raja Abdul Aziz memerintahkan renovasi lebih lanjut, meliputi pembangunan menara, dinding sekeliling, dan perluasan masjid menjadi 425 meter persegi.

Hingga kini, Masjid Qiblatain menjadi salah satu destinasi para jemaah haji dan umrah setiap tahunnya.

Baca juga: Masjid dan Mushala Bisa Mendapat Bantuan Rp 10-20 Juta, Ini Caranya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com