Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komarudin Watubun
Politisi

Komarudin Watubun, SH, MH adalah anggota Komisi II DPR RI; Ketua Pansus (Panitia Khusus) DPR RI Bidang RUU Otsus Papua (2021); pendiri Yayasan Lima Sila Indonesia (YLSI) dan StagingPoint.Com; penulis buku Maluku: Staging Point RI Abad 21 (2017).

Era Indo-Pasifik dan Posisi Strategis Blok Masela-Papua

Kompas.com - 06/03/2023, 11:11 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

POROS utama persaingan kekuatan global kini telah bergeser ke Indo-Pasifik. Begitu cuplikan isi pidato Sekjen Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), Jens Stoltenberg, di Universitas Keio, Tokyo (Jepang), 1 Februari 2023.

Working with partners around the world, especially in the Indo-Pacific, is part of the answer to a more dangerous and unpredictable world,” kata Stoltenberg (The Japan Times, 2023).

Tahun 2021, Presiden Komisi Uni Eropa, Ursula von der Leyen, merilis strategi baru Uni Eropa ke Indo-Pasifik dengan isu pokok nilai strategis Indo-Pasifik bagi keamanan dan kemakmuran negara-negara Uni Eropa.

Baca juga: Zona Blok Masela dan Potensi Provinsi Prisai Indonesia

Europe needs to be more present and more active in the region,” papar Ursula von der Leyen.

Kini negara-negara Uni Eropa beranggotakan 27 negara dengan total 447 juta jiwa warga-negara pada wilayah seluas 4,233,255.3 km2 dan GDP sekitar 17,1 trilliun dollar AS tahun 2021. Sedangkan anggota NATO kini mencapai 30 negara asal Eropa dan benua Amerika.

Secara umum, zona Indo-Pasifik mencakup wilayah perairan tropis Lautan India dan Lautan Pasifik, serta wilayah perairan penghubung ke dua lautan ini di wilayah Indonesia. Konsep zona ini secara ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya botani dan zoologi, biologi kelautan, dan oseanografi, sangat berguna.

Banyak habitat laut senantiasa tersambung dari Madagaskar ke Jepang dan Oseania, dan banyak spesies tumbuh, hidup dan berkembang di Indo-Pasifik, yang tidak ditemukan di Samudera Atlantik.

Sejak 2011, konsep ekologi "Indo-Pasifik" berkembang menjadi konsep dan istilah ekonomi, geopolitik dan geostrategi global (Medcalf, 2020; Georgieff, 2013). Tahun 2013, konsep ‘Indo-Pasifik’ muncul dalam dokumen Defence White Paper Australia (Department of Defence, 2013). Konsep ini juga muncul pada dialog kawasan Quadrilateral Security Dialogue (QUAD) antara Australia, India, Jepang, dan Amerika Serikat (AS).

Kini NATO membidik kemitraan dengan Indo-Pasifik. Ini respons terhadap tata-dunia kini yang lebih berisiko dan sulit teramalkan. Begitu penglihatan Stoltenberg (2023).

NATO merintis kemitraan dengan Australia, Jepang, Republik Korea, dan Selandia Baru. Targetnya, mengawal aturan-main ketertiban dunia melalui dialog dan kerjasama ruang-siber, teknologi baru, kontra-disinformasi, keamanan maritim, dan perubahan iklim.

NATO merajut sabuk keamanan dari kawasan Euro-Atlantik hingga Indo-Pasifik. Misalnya, Mei 2022, Komisi Militer NATO menggelar pertemuan dengan mitra asal Australia, Jepang, Republik Korea, dan Selandia Baru di markas NATO, Brussel (Belgia). Rabu 29 Juni 2022 Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) NATO di Madrid (Spanyol) dihadiri oleh wakil dari Australia, Jepang, Selandia Baru, dan Republik Korea (NATO, 2022).

Era Indo-Pasifik

Tahun 2013, Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Natalegawa merilis proposal Indo-Pacific Treaty of Friendship and Cooperation. Sasarannya antara lain kelola sangketa wilayah dan kemitraan saling-percaya antara negara-negara Indo-Pasifik (Georgieff, 2013).

Sejak tahun 2013, AS menggunakan istilah dan konsep Indo-Pasifik (Miles, 2013). Akhir Mei 2022, Presiden AS Joe Biden merilis Indo-Pacific Economic Framework for Prosperity (IPEF). Kemitraan IPEF melibatkan 13 negara (AS, Australia, Brunei, India, Indonesia, Jepang, Republik Korea, Malaysia, Selandia Baru, Filipina, Singapora, Thailand, dan Vietnam).

IPEF mengisi 40 persen GDP dunia. Fokus IPEF antara lain artificial intelligence, ekonomi digital, privasi, energi bersih, dekarbonisasi, infrastruktur hijau, rezim anti-korupsi, anti-pencucian uang, anti-suap, dan efektivitas penerapan aturan pajak. Sedangkan dokumen Dewan Uni Eropa (2021) rinci menyebut: "... member states acknowledge the importance of a meaningful European naval presence in the Indo-Pacific."

Pada 19 April 2019, Dewan Uni Eropa menyetujui dokumen EU Strategy for cooperation in the Indo-Pacific. Wilayah makro strategi itu terbentang dari Afrika Timur hingga kepulauan di Pasifik dan Asia Timur. Kini zona Indo-Pasifik yang mengisi 2/3 ekonomi dunia dan penduduk 4 miliar jiwa (Saxena et al., 2021) menjadi poros persaingan global.

Baca juga: Jokowi: ASEAN dan India Harus Jadi Guardian bagi Stabilitas Indo-Pasifik

Misalnya, para pemimpin QUAD merilis pernyataan bersama tentang Indo-Pacifik tahun 2021 sebagai suatu zona “free, open, inclusive, healthy, anchored by democratic val-ues, and unconstrained by coercion” atau zona terbuka, bebas, sehat, inklusif, demokratis, tanpa paksaan atau tekanan.

Jepang sejak Perdana Menteri Abe Shinz tahun 2006-2007, merilis proposal “Arc of Freedom and Prosperity” Indo-Pasifik. QUAD adalah jantung proposal Jepang. Sedangkan 10 negara ASEAN, termasuk Indonesia, sejak Juni 2019, mengadopsi konsep ‘Outlook on the Indo-Pacific’ yang lebih inklusif dan konstruktif (Nihon Keizai Shinbun, 2019).

Tapi, Menlu Tiongkok, Wang Yi, tahun 2018, melihat konsep Indo-Pasifik cuma ide pengisi berita utama surat kabar. Menurut Yi, visi, konsep, dan geostrategi Indo-Pasifik bakal menerima nasib: “fade like the sea foam in the Pacific or in the Indian Ocean” (The Straits Times, 2018) atau “memudar seperti buih laut di Samudera Pasifik dan Samudera India”.

Uni Eropa mulai aktif masuk ke zona Pasifik, terutama Laut China Selatan. Sebab zona ini, tulis Giulio Pugliese (2022), terutama perairan internasional, tempat sangketa sejumlah wilayah dan maritim dan teater rivalitas strategis kekuatan global asal Asia, Eropa dan AS. Maka sejak 2014-2015, misalnya, mengerahkan kapal perang dan kapal selam ke zona ini.

As a pivotal region, the Indo-Pacific has become the power center of world geopolitics,” tulis Muhammad Saeed (2017:499) tentang pergeseran arah persaingan strategis kekuatan Amerika Serikat (AS) dan Rusia dari Asia Pasifik ke Indo-Pasifik kini dan ke depan.

Misalnya, jalur maritim hampir 80 persen minyak impor Tiongkok melintasi Selat Malaka. Indo-Pasifik adalah produsen sekitar 60 persen GDP dunia, pusat dagang dunia, aliran investasi dunia, mata-rantai nilai dan kemajuan teknologi dunia.

Blok Masela-Papua

Untuk merespons dinamika lingkungan strategis kawasan Indo-Pasifik, Indonesia perlu menerapkan geostrategi ‘prisai-bangsa’ berbasis zona timur Indonesia, khususnya wilayah Blok Masela hingga Papua. Zona ini perlu dijadikan satu provinsi baru di Indonesia. Sebab geografi dan ekonominya sangat strategis sebagai ‘prisai bangsa’ guna perlindungan segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia.

Kita baca pidato bersejarah Soekarno, anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) di depan Rapat Besar BPUPKI, 1 Juni 1945 di  Jakarta. “Kita mendirikan satu negara kebangsaan Indonesia,” papar Soekarno.

Suatu bangsa, menurut Soekarno terbentuk dari “persatuan antara manusia dan tempatnya.” Secara geopolitik, kebangsaan adalah persatuan antara orang dan tempat. “Orang dan tempat tidak dapat dipisahkan! Tidak dapat dipisahkan rakyat dari Bumi yang ada di bawah kakinya,” tegas Soekarno.

Manakah letak dan peta tanah tumpah-darah negara-kebangsaan Indonesia, Tanah Air kita? “Menurut geopolitik, maka Indonesialah Tanah Air kita. Indonesia yang bulat, bukan Jawa saja, bukan Sumatera saja, atau Borneo saja, atau Selebes saja, atau Ambon saja, atau Maluku saja, tetapi segenap kepulauan yang ditunjuk oleh Allah swt menjadi suatu kesatuan antara dua benua dan dua samudera, itulah Tanah Air kita!” tegas Soekarno.

Baca juga: Soal Blok Masela, Pertamina Belum Capai Kesepakatan

Kini awal abad 21, zona dan peta yang disebut Soekarno (1945) itu menjadi suatu ‘pivot area’ atau zona poros geografis interaksi kekuatan dan pengaruh aktor-aktor global. Kini dan ke depan, ‘pivot area’ global bukan lagi Eurasia seperti kajian Mackinder (1904:435), tetapi zona titik-temu arus kekuatan maritim (maritime power) dan kelautan (seapower) seperti dikemukakan Alfred Thayer Mahan (1890), yakni zona Indo-Pasifik!

Dalam jurnal Science edisi Februari 2002, hasil riset dan kajian Roberts et al. (2002) dan Veron et al. (2009) menyebut bahwa Indo-Pasifik memiliki keragaman dan kekayaan spesies sangat banyak, bahkan jumlah spesies paling banyak di dunia, terdapat di jantung Segitiga Terumbu Karang Indo-Pasifik.

Indo-Pasifik memiliki lebih dari 3.000 spesies ikan dan 500 spesies pembentuk terumbu (reef building); sedangkan perairan Atlantik Barat hanya memiliki sekitar 1.200 spesies ikan dan 50 spesies karang pembentuk terumbu (Helfman, 1997).

Indo-Pasifik Tengah adalah titik-temu dua samudera (India dan Pasifik) dan memiliki kekayaan dan keragaman organisme laut paling banyak, khususnya di Segitiga Terumbu Karang. Riset dan kajian Veron et al. (2009) menyebut bahwa 76 persen spesies karang di dunia, hidup dan berkembang di Segitiga Terumbu Karang. Jantung Segitiga Terumbu Karang itu terletak di zona antara Blok Masela hingga Papua.

Awal abad 21, zona satu kesatuan pulau yang disebut Soekarno (1945) adalah titik temu dua samudera dan dua benua yang menjadi fokus geopolitik dan geostrategi global. Misalnya, “Confluence of the Two Seas” atau titik temu dan tumpuan dua lautan adalah judul pidato Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe (21 September 1954 – 8 Juli 2022) di Gedung Central Hall Majelis Tertinggi (Parlemen) India pada 22 Agustus 2007.

Waktu kini, sejarah, dan geografi membawa kita tepat pada titik temu dua lautan yakni Lautan Pasifik dan Lautan India. Begitu penglihatan Perdana Menteri Abe (2007). Ia mengutip judul buku ke-5 karya Dara Shikoh (11 Maret 1615 – 30 Agustus 1659) Majma-ul-Bahrain atau Titik Temu Dua Lautan tahun 1655. Buku ini mengurai harmoni filosofi sufi (Islam) dan vedanta (Hindu). 

Mengapa meracik geostrategi prisai-Bangsa Indonesia dari simpul awal zona Blok Masela hingga Papua sebagai satu provinsi?

Kawasan ini sangat kaya keragaman-hayati dan sumber daya alam. Zona ini adalah titik temu peradaban dari Asia, Afrika, Timur Tengah, Eropa dan Nusantara sejak pra-Masehi. Zona ini dilabel oleh pedagang Levants (Arab, Persia, Afrika Utara, India) : Jazirat-al-mulk atau “Tanah para raja” (Swadling, 1996:23).

Secara bio-geografi, zona Blok Masela atau NTT-Maluku-Papua adalah satu garis arus alam bersifat saling-terkait, saling-dukung, dan saling-lindung. Maka penerapan geostrategi bio-economy, blue-economy, sea-power dan maritime power pada simpul Blok Masela – Papua dapat menghasilkan perubahan signifikan dan simultan seluruh sektor di Timur Indonesia hingga level nasional.

Sejak era pra-Masehi, kebutuhan komoditi dunia banyak dipasok dari kawasan NTT-Maluku-Papua, misalnya lada, pala, cengkeh, cendana, dan bulu burung.

Selain itu, basis-basis pulau terluar Indonesia Timur sangat banyak. Pulau terluar di zona Maluku yakni Pulau Yiew Besar (Provinsi Maluku Utara), Pulau Ararkula, Pulau Karerei (Pulau Karaweira Besar), Pulau Penambulai, Pulau Kultubai Utara, Pulau Kultubai Selatan, Pulau Karang, Pulau Enu, Pulau Batugoyang, Nuhuyut (Pulau Kei Besar), Pulau Larat, Pulau Sutubun, Pulau Selaru, Pulau Batarkusu, Pulau Marsela, Pulau Metimarang, Pulau Letti, Pulau Kisar, Pulau Wetar dan Pulau Lirang (Provinsi Maluku).

Pulau Terluar di Provinsi Papua Barat ialah Pulau Moff (Pulau Budd), Pulau Fani, Pulau Miossu; Pulau Terluar Provinsi Papua ialah Pulau Fanildo, Pulau Bras, Pulau Befondi, Pulau Liki, Pulau Habe, Pulau Komolom, Pulau Kolepom, Pulau Laag dan Pulau Puriri.

Pulau Terluar di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) ialah Pulau Alor, Pulau Batek, Pulau Rote, Pulau Ndana, Pulau Sabu, Pulau Dana, dan Pulau Mangudu.

Mengapa bangsa kita sangat membutuhkan ‘sabuk-prisai bangsa’ khususnya mulai dari wilayah timur? Kita belajar dari sejarah, serikat dagang asal Belanda VOC menguasai hasil-hasil alam hayat dan non-hayat asal Indonesia melalui dagang. Hindia Belanda menjajah bangsa kita, bermula dari monopoli dagang-ekonomi. Jejak sejarah ini harus kita renungkan.


Kita baca pesan Presiden Soekarno (1955), “Jangan tertipu oleh anggapan: ‘Kolonialisme sudah mati’! Aku katakan kepada Anda, kolonialisme belum mati!"

Apa alasan Presiden Soekarno? “Colonialism has also its modern dress, in the form of economic control, intellectual control, actual physical control by a small but alien community within a nation,” ujat Soekarno dari Bandung, Jawa Barat, tahun 1955 saat Konferensi Asia-Afrika..

Kolonialisme tidak hanya berbentuk klasik di berbagai zona dunia. Kolonialisme, kata Soekarno, memiliki busana modern berupa kontrol ekonomi, kontrol intelektual, kontrol fisik aktual oleh komunitas kecil tapi asing di dalam suatu bangsa dan negara. Jenis kolonialisme ‘modern’ ini adalah musuh Asia-Afrika, sangat trampil, gigih, dan muncul dalam banyak samaran.

Jenis kolonialisme ‘modern’ juga tidak mudah menyerah dan menguasai lahan-lahan di bawah kaki rakyat. Maka bangsa kita harus mencegah lahir dan berkembang kolonialisme ‘modern’ mulai dari kawasan Blok Masela hingga Papua dan seluruh wilayah Indonesia. Siasat dagang dan sejenisnya adalah awal dari penjajahan bangsa kita ratusan tahun. Jejak sejarah ini tidak perlu terulang lagi kini dan masa-masa datang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

5 Pilihan Ikan Tinggi Kalsium, Bantu Cegah Tulang Rapuh

5 Pilihan Ikan Tinggi Kalsium, Bantu Cegah Tulang Rapuh

Tren
7 Tanda Tubuh Kelebihan Gula yang Jarang Diketahui, Termasuk Jerawatan

7 Tanda Tubuh Kelebihan Gula yang Jarang Diketahui, Termasuk Jerawatan

Tren
Wilayah Potensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 27-28 April 2024

Wilayah Potensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 27-28 April 2024

Tren
[POPULER TREN] Media Korsel Soroti Shin Thae-yong, Thailand Dilanda Suhu Panas

[POPULER TREN] Media Korsel Soroti Shin Thae-yong, Thailand Dilanda Suhu Panas

Tren
Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Tren
Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Tren
Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Tren
Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Tren
Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Tren
Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Tren
3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Tren
Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Tren
'Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... '

"Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... "

Tren
Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com