Dari pahatan, orang Het membayangkan bahwa dunia dimulai dalam kekacauan, kemudian menjadi terorganisir dan terbagi dalam tiga tingkat, yaitu dunia bawah, bumi atau tanah, dan langit.
Masih bagian dari pahatan, Zangger mengatakan, masyarakat Het juga menyoroti bintang sirkumpolar, sebuah bintang yang tidak pernah terbenam.
Dia berpendapat, satu kelompok dewa di Yazilikaya kemungkinan mewakili bintang sirkumpolar.
"Ada gambaran seperti itu di Mesir," katanya.
Zangger melanjutkan, orang Het dipengaruhi oleh banyak kaum tetangga, termasuk Mesir.
Baca juga: Arkeolog Temukan Makam Bidan Yesus di Israel, Begini Kondisinya
Sementara ukiran lain di kuil ini, kemungkinan memiliki kaitan dengan bumi dan dunia bawah.
Misalnya, pada salah satu kamar kuil, seperti dikutip National Geographic, terdapat sebuah lukisan yang didedikasikan untuk "dunia bawah" dengan sebuah tanda milik "dewa pedang".
Di sisi lain kuil, terdapat gambar dewi matahari dan dewi badai yang ditempatkan lebih tinggi dari gambar lain.
Dewa tertinggi yang terletak di utara kuil adalah pusatnya lantaran semua dewa lain berbaris mengikutinya.
Sementara itu, di dinding timur dan barat kuil, terdapat relief fase bulan dan musim yang menurut para peneliti menandakan siklus dan kelahiran kembali.
Para ahli pun memperkirakan, pada masa itu setidaknya terdapat sekitar 17 dewa. Adapun di antara dewa satu dengan dewa lainnya, terdapat sebuah tanda berupa garis.
"Kami percaya, kuil sepenuhnya mewakili citra simbolis alam semesta. Termasuk tingkat statisnya: bumi, langit, dan dunia bawah. Serta proses siklus pembaruan, siang dan malam, atau musim panas dan musim dingin," ungkap Zangger.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.