Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mulia Nasution
Jurnalis

Jurnalis yang pernah bekerja untuk The Jakarta Post, RCTI, Transtv. Pernah bergiat menulis puisi, cerita pendek, novel, opini, dan praktisi public relations . Kini menekuni problem solving and creative marketing. Ia mudah dijangkau email mulianasution7@gmail.com

Tindak Kekerasan Berujung Curiga Kekayaan Penyelenggara Negara

Kompas.com - 26/02/2023, 08:10 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SELALU ada cara untuk terungkapnya satu kebenaran, kadang kala melalui jalan melingkar yang sulit untuk diterima akal sehat. Namun kebenaran selalu menjadi muara bagi permasalahan apapun yang muncul, cepat atau lambat proses penemuannya terjadi, bahkan bisa berabad-abad kemudian setelah peristiwa utama tersingkap.

Prinsip universalisme atas nilai-nilai kebenaran atau kejujuran tentu saja satu prinsip yang harus diakui sebagai nilai dasar dari kemanusiaan atau humanisme.

Hari-hari ini masyarakat kita dikejutkan dengan satu peristiwa tindak pidana yang akhirnya berimplikasi kepada banyak pihak, baik perorangan maupun kelembagaan. Tindak kekerasan yang diduga dilakukan oleh MDS (Mario Dandy Satrio) terhadap David (Christalino David Ozora) telah menyentuh nilai-nilai dasar kemanusian kita, apalagi video yang beredar dari gawai ke gawai (viral) dan media sosial begitu dahsyat untuk menunjukkan satu tindakan kekerasan yang mengakibatkan korban mendapat perawatan intensif.

Baca juga: Kelakuan Sultan Pegawai Pajak

Respon banyak pihak bergulir begitu cepat, bahkan seperti air bah yang sukar untuk dapat dibendung. Terjadi kanalisasi emosi massa, khususnya netizen, di dalam reaksi terhadap proses tindak pidana itu.

Peristiwa kekerasan oleh MDS terhadap David seperti dipaparkan oleh pihak kepolisian, terjadi Senin (20/2/2023) di Ulujami, Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Kemudian terungkap di linimasa media sosial, termasuk di Twitter, masyarakat begitu kecewa dengan aksi kekerasan dalam video yang beredar. Peristiwa itu menimbulkan reaksi masyarakat yang tak kalah emosional dengan bermacam atribusinya.

Dalam era post truth atau pasca-kebenaran di mana budaya politik yang perdebatannya lebih mengutamakan emosi, bahkan bisa keluar dari inti persoalan, segala sesuatu seperti peristiwa tindak pidana akan punya implikasi yang luas. Dalam konteks ini, peristiwa kekerasan yang diduga dilakukan oleh MDS (kini telah menjadi tersangka di Polres Jakarta Selatan) punya implikasi terhadap orang tuanya, yaitu Rafael Alun Trisambodo, pejabat kantor pajak di Jakarta Selatan.

Asosiasi yang berkembang terhadap harta kekayaan Rafael Alun yang spektakuler yaitu Rp 56 miliar lebih, menimbulkan persepsi dan interpretasi yang bermacam-macam, bahkan menimbulkan asumsi yang negatif terhadap instusi negara, dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak. Sebab kekayaan Rafael Alun tidak sesuai dengan profil jabatannya.

Padahal semuanya, termasuk harta kekayaan sesorang, tentu saja punya historis tersendiri yang harus kita hormati. Karena Rafael adalah pejabat publik yang menjadi penyelenggara negara, tentu saja hal itu mengundang tanda tanya besar.

Dalam hal ini Menteri Keuangan Sri Mulyani telah bertindak dengan cepat dan lugas dengan proses nonaktif Rafael Alun seraya penegasan penyelidikan, sebab ia paham akan implikasi luas yang akan menyertai masalah ini. Khususnya terhadap citra pegawai pajak yang memiliki harta kekayaan luar biasa besar.

Detik-detik Ketegangan

Belakangan ini dalam banyak peristiwa yang terungkap sebagai kebenaran bermula dari daya dorong yang kuat seperti video yang viral di media sosial. Kekerasan oleh MDS terhadap David adalah salah satu contohnya, meski terungkapnya kasus ini telah didahului oleh pengungkapan informasi secara samar-samar di media sosial oleh akun tertentu.

Implikasi yang menarik terjadi menimpa orang tua MDS, yaitu Rafael Alun Trisambodo. Publik langsung ingin tahu dan mereka mencari tahu siapa orang tua MDS ini, mengingat gaya hidup anak muda yang tak kalah heboh dengan mobil mewahnya.

Bukan hal aneh bila muncul rasa heran, kenapa si MDS bisa menghendarai mobil mewah dengan gaya hidup yang digambarkan begitu flamboyan. Berapa harta kekayaan keluarga orang tuanya, maka orang-orang pun mencari tahu berapa penghasilan (gaji) si pejabat per bulan, siapa keluarga intinya terdahulu (misalnya kakeknya MDS apakah sultan, atau konglomerat).

Baca juga: Saat Ditanya Alasan Aniaya David secara Brutal, Mario: Ya Begitulah..

Masuk akalkah punya kekayaan yang begitu dahsyat? Rasa ingin tahu masyarakat berkembang menjadi liar, meskipun sebenarnya tak terlalu sulit bagi aparat pemerintah nantinya untuk mencari tahu, apalagi kalau pembuktian terbalik bisa dilakukan.

Pengianiayaan itu sendiri diduga berawal dari peristiwa yang menimpa AG atau A (15 tahun) atas kejadian pada 17 Januari 2023. Diduga A mendapat perlakuan tidak baik dari David.

Sebenarnya ini wilayah privat yang tidak perlu berlanjut menjadi konsumsi publik. Tetapi begitulah darah muda, selalu ingin heroik terhadap orang lain, apalagi terhadap wanita pujaan, hingga terjadi peristiwa tindak pidana pada 20 Pebruari 2023 di Ulujami, Jakarta Selatan.

Hal yang tak kalah menarik dari kasus ini adalah implikasi terhadap orang tua tersangka MDS, yaitu Rafael Alun Trisambodo. Rafael menjadi bulan-bulanan masyarakat, khususnya netizen, bahkan mereka (netizen) mengungkit masalah harta kekayaan yang spektakuler.

Sejumlah media menyebutkan Rp 56 miliar lebih berdasarkan LKHPN (Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara). Detik-detik ketegangan menimpa Rafael Alun sebagai orang tua, meski sebenarnya MDS sudah otonom sebagai orang dewasa berusia 20 tahun untuk bertanggung jawab terhadap perbuatannya. Tapi kita sebagai orang berbudaya Timur dengan adat resam komunal, sulit melepaskan figur keluarga ketika satu peristiwa tindak pidana terjadi.

Itu juga terjadi terhadap pengaitan keluarga (tanpa terkecuali anak-anak) Ferdy Sambo dan Putri Chandrawati yang tersangkut peristiwa pembunuhan Brigadir Yoshua Hutabarat, dan vonis pengadilan tingkat pertama atas kasus itu telah diketahui oleh publik. Relasi keluarga selalu menarik bagi media massa untuk mengungkap satu kasus secara transparan, sebab ketokohan atau big name salah satu magnit di dalam pemberitaan.

Tragedi Pengunduran Diri

Rasa empati publik kian bergelora karena sampai Sabtu (25/2/2023) korban David masih dalam keadaan perawatan intensif, bahkan tak sadarkan diri. Rasa empati publik berkembang begitu luas terhadap korban.

Viralnya video penganiayaan membuat implikasi kasus ini begitu telanjang, dan menimbulkan antipati yang luas. Caption foto mantan Ketua Gerakan Pemuda Ansor, Yaqut Cholil Qoumas yang juga Menteri Agama RI, saat menjenguk David di rumah sakit begitu dahsyat maknanya, muncul di media sosial lebih kurang berbunyi, “Anak kader Banser adalah anakku juga.” Amplifikasi makna ungkapan tersebut begitu luas, begitu pemahaman saya terhadap caption foto tersebut.

Rafael Alun Trisambodo, Kepala Bagian Umum Kanwil Jakarta II Direktorat Jenderal Pajak, secara mengejutkan pada Jumat lalu menyatakan mundur dari statusnya sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) Dirjen Pajak Kementerian Keuangan, tertuang dalam surat terbuka. Rafael berjanji akan menjalani proses klarifikasi mengenai Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN).

Baca juga: Deretan Pegawai Pajak yang Terseret Kasus, dari Penganiayaan hingga Korupsi

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga telah menjelaskan pencopotan tugas dan jabatan Rafael sesuai dengan Pasal 31 ayat 1 Peraturan Pemerintah No 94 Thun 2021 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Sri Mulyani meminta proses pemeriksaan dengan detail dan teliti agar bisa menetapkan sanksi yang tepat bagi Rafael kalau ditemukan penyimpangan dalam proses pengumpulan kekayaan.

Kasus itu begitu dinamis, sebab pada hari yang sama sebelum Rafael Alun mengundurkan diri, melalui video Rafael mengatakan bersedia untuk menjelaskan asal-usul kekayaan pribadinya kepada pihak yang memeriksanya nanti. Rafael juga sekaligus meminta maaf kepada keluarga korban David dan intitusi tempatnya bekerja.

Lalu investigasi dan updating media terhadap sosok Rafael Alun (seketika menjadi big name) begitu cepat bergulir dengan lugas. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), PPATK (Pusat Pelaporan dan Analisis transaksi Keuangan), bahkan Menko Polhukam Mahfud MD, mengomentari masalah ini dengan lugas. Mahfud juga meminta KPK agar mendalami masalah kekayaan tersebut seperti laporan yang pernah dibuat PPATK sejak 2012, dan dicurgai ada transaksi yang mencurigakan.

Saya yakin masalah ini akan terus bergulir dan updating yang penting terus terjadi, baik kasus tindak pidana oleh MDS (dan tersangka L sebagai perekam video kejadian), maupun dugaan masalah sumber dana kekayaan Rafael Alun. Pihak Kementerian Keuangan tentunya perlu untuk meyakinkan para pihak, khususnya para pembayar pajak, kalaupun nanti ada penemuan penyimpangan dan sumber dana yang ganjil terkait dengan kekayaan seseorang.

Saya yakin tindakan hukum akan diserahkan kepada aparat yang berwenang, namun asas praduga tak bersalah harus kita hormati bersama.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com