Haryadi menjelaskan, gunung bawah laut di perairan selatan Pacitan terletak di antara Roo Rise atau Tinggian Roo dengan zona subduksi Jawa.
Bentuk morfologi gunung tersebut tidak terpetakan dalam altimetri Gebco 2020, Peta Geologi Regional Indonesia, maupun Peta Batimetri Regional.
"Dalam Peta Isopach (USGS, 1974), kawasan tersebut ditutupi lapisan sedimen muda cukup tipis," ujarnya kepada Kompas.com, Rabu (15/2/2023).
Haryadi menjelaskan, temuan ini disebut sebagai gunung bawah laut merujuk definisi gunung bawah laut menurut International Hydrographic Organization (IHO) B6.
Gunung bawah laut menurut IHO B6 adalah objek dengan elevasi (ketinggian) yang berbeda di sekelilingnya.
Perbedaan ketinggian juga lebih besar dari 1.000 meter di atas relief sekitarnya serta diukur dari batimetri terdalam yang mengelilingi sebagian besar fitur atau obyek tersebut.
"Perlu dicatat bahwa definisi tersebut tidak menyebut gunung tersebut aktif atau tidak akan tetapi lebih mengatur peristilah bentuk-bentuk morfologi bawah laut," jelas Haryadi.
Baca juga:
Haryadi menerangkan bahwa lokasi gunung bawah laut terletak pada kedalaman 5.000-6.000 meter, namun tidak banyak data geologi yang berkaitan dengan batuan di sekitar temuan ini.
Tetapi, gunung bawah laut di perairan selatan Pacitan diperkirakan tersusun atas batuan basal hasil leleran lava.
Hal tersebut didasarkan pada data Deep Sea Driling Program (DSDP 211) yang terletak di sebelah barat Pulau Christmas, Australia.
DSDP 211 memperlihatkan umur sedimen yang menutupi batuan basal berumur kapur atas.
"Data DSDP 261 di Argo Abyssal Plain (di selatan Nusa Tenggara) menunjukan umur sedimen penutup jura atas," tutur Haryadi.
Ia menyampaikan, Tinggian Roo yang menjadi lokasi gunung bawah laut adalah bagian dari kerak samudera yang mengalami perekahan tektonik dan menujam sepanjang Palung Jawa.
Dalam hal ini, batuan permukaan umumnya berupa basal yang ditutupi lapisan sedimen tipis muda dan sedimen tua pada bagian permukaan luarnya.
"Gunung tersebut dari leleran lava pada umur jura atau 150 juta tahun lalu. Sekarang sudah membeku," kata Haryadi.
"Gunung X yang teridentifikasi merupakan bagian dari Tinggian Roo yaitu kerak samudera yang telah mengalami perekahan tektonik yang kemudian leleran lavanya salah satunya membentuk Gunung X," paparnya.
Lebih lanjut, Haryadi turut menjelaskan pembentukan kerak samudera yang berkontribusi pada terciptanya Gunung X.
Bagian utara, barat laut, dan timur laut kerak benua Australia pernah mengalami perekahan sehingga menciptakan kerak samudera baru pada 150-155 juta tahun yang lalu.
Hasil perekahan kerak benua Australia juga menciptakan benua-benua mikro yang mengalami pergeseran ke arah barat laut atau utara.
"Benua-benua mikro tersebut kemudian membentuk sebagian dari Myanmar, sisi barat Sumatera, bagian barat Jawam Kalimantan Tenggara, Sulawesi barat, Maluku dan Papua," kata Haryadi.
Terbentuknya kerak samudera tua tersebut, sambung Haryadi, sekarang ini dikenal sebagai Argo Abyssal Plain dan Tinggian Roo.
Baca juga: Ilmuwan Temukan Ratusan Ribu Gunung Bawah Laut di Laut China Selatan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.