Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Matematika dan Musik

Kompas.com - 16/02/2023, 05:48 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PADA judul naskah ini, memang letak matematika didahulukan ketimbang musik bukan karena lebih penting, namun sekadar berdasar urutan abjad belaka.

Maha Polymath Jerman, Gottfried Wilhelm von Leibniz sempat bersabda “Die Freude, die uns die Musik macht, beruht auf unbewusstem Zählen”.

Apabila di-Perancis-kan kira-kira bermakna “La musique est un exercice caché d'arithmétique, l'esprit n'ayant pas conscience qu'il est en train de compter” atau di-Latin-kan menjadi “Musica est exercitium arithmeticae occultum nes cientis se numerare animi“ yang agar tidak keliru lebih aman tidak saya alih-bahasakan ke Indonesia.

Pada hakikatnya apa yang disabdakan Leibniz cukup selaras dengan kenyataan yang memang membenarkan kaitan musik dengan matematika seperti telah diprakarsa-sabdakan oleh Pythagoras.

Meski tidak lebih penting namun matematika memang bisa eksis tanpa musik, namun musik mustahil eksis tanpa matematika selama nada dan irama masih diakui sebagai unsur hakiki melekat pada apa yang disebut sebagai musik.

Sistem notasi nada Perancis yang bertumpu pada ut-re-mi-fa-sol pada hakikatnya lebih matematis ketimbang sistem notasi nada dengan abjad Jerman.

Ketika mencari nafkah sebagai pianis pengiring kelas balet di Jerman, saya saksi hidup bahwa tanpa matematika mustahil musik bisa dikomunikasikan oleh manusia dengan sesama manusia.

Yang terdengar pada kelas seni tari termasuk balet niscaya sang pendidik menyebut satu-dua-satu-dua atau satu-dua-tiga-satu-dua-tiga atau satu-dua-tiga-empat-satu-dua-tiga-empat atau satu-dua-tiga-empat-lima-enam-tujuh-delapan yang pada balet kontemporer juga bisa satu-dua-tiga-empat-lima yang bisa menjadi satu-dua-tiga-satu-dua atau satu-dua-satu-dua-tiga yang bisa berkembang menjadi 7 atau 2+3+2 atau 3+4 atau 4+3 atau 4+2+2 dan seterusnya ke 11 maupun angka prim selanjutnya sampai infinitas.

Menurut saya, Ludus Tonalis garapan Paul Hindemith secara matematis mirip tapi tak sama dengan eksperimen geometrikal dengan lingkaran kuin terkait angkamologis gagasan saya yang sudah barang tentu tidak sematematis mahakarya komposisi musik semisal yang berjudul “Metastasis” gubahan Iannis Xenakis.

Mengenai infinitas, sebenarnya setiap karya musik bisa diulang secara tanpa henti sampai akhir zaman sama halnya dengan prinsip infinitas dalam matematika.

Namun sudah barang tentu naskah ulasan musik dan matematika ini secara eksistensialistik maupun estetikalistik serta merta menjadi tidak relevan jika dikaitkan dengan apa yang saya saksikan pada pergelaran tari Bedayan oleh para penari penyandang tuna rungu secara bukan hanya menakjubkan, namun sudah mengharukan mengenai bagaimana musik dan matematika dikaitkan dengan seni tari yang ditampilkan dengan bahasa non auditif alias tanpa suara iringan musik.

Musik memang niscaya tergantung pada Wahrnehmung indera dengar meski konon Helen Keller dapat menikmati musik dengan merasakan getaran pada badan resonans alat musik.

Pada pergelaran tari Bedayan oleh para penyandang tuna rungu dari Bandung itu, terbukti apa yang disebut sebagai musik mampu menembus segenap batasan kategorial maupun apapun termasuk matematika buatan manusia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

Tren
Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Tren
Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Tren
Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Tren
Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Tren
10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

Tren
Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal 'Grammar'

Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal "Grammar"

Tren
Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Tren
Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Tren
Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Tren
Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Tren
Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Tren
Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Tren
Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Tren
BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com