SAINS merupakan sejarah pemikiran umat manusia, terlepas dari asal-usul kebangsaan, agama, dan bahasa. Sumbangan Islam terhadap sains sungguh besar, tercermin pada zaman Umayyah (661-750), Abbasiyah (750-1258), dan Ottoman (1299-1922).
Sejarawan C.W. Bosworth dalam bukunya “The Islamic Dinasties” menyampaikan kejayaan Islam disebabkan keberadaan ilmu pengetahuan. Buktinya ditandai berbagai literatur ilmu pengetahuan yang eksis saat itu, seperti kitab Kesusasteraan, Teologi, Filsafat, dan Ilmu Alam.
Perkembangan sains yang pesat dimulai dari kegiatan penerjemahan secara besar-besaran (kolektif) karya monumental bangsa Yunani Klasik dan bangsa lain ke dalam bahasa Arab yang dipelopori oleh Khalifah Harun Al-Rasyid (786-809 M).
Penerjemahan-penerjemahan itu dikumpulkan dalam suatu tempat yang disebut Baitul Hikmah.
Penerjemahan manuskrip dari berbagai bahasa itu, secara tidak langsung telah terjadi persentuhan kultur, pemikiran, dan keilmuan dengan Islam yang pada akhirnya melahirkan peradaban intelektualistik-religius yang khas ditandai dengan munculnya para saintis Muslim.
Proses akulturasi itu menandakan adanya keterbukaan dan toleransi yang tinggi terhadap nilai, perkembangan pengetahuan, dan budaya dari seluruh penjuru dunia.
Banyak sekali ilmuan dan filsuf Muslim, dalam bidang ilmu filsafat antara lain al-Kindi (801-866 M), al-Farabi (850-950 M), ar-Razi (864-926 M), Ibnu Sina (908-1037 M), Ibnu Miskawaih (941-1030 M) dan al-Ghazali (1051-1111 M).
Dalam ilmu pengetahuan alam (kimia), terdapat saintis Muslim yang terkenal sebagai tokoh ahli kimia Muslim pada awal perkembangan ilmu kimia, yaitu Jabir Ibnu Hayyan.
Dalam ilmu pengetahuan alam terdapat berbagai tokoh terkenal seperti al-Khawariz¬mi (780-850 M), al-Biruni (973-1051 M), al-Khayyani (1045-1123 M), dan Nashirudin al-Thusi (1200-1274 M).
Selanjutnya, dalam ilmu kedokteran tokohnya Ali bin Rabban at-Tabari, ar-Razi, Ali bin al-Abbas, Ibnu Sina, al-Kindi dan al-Farabi.
Sementara ilmu astronomi (Falak), dikembangkan oleh para saintis Muslim antara lain: al-Biruni, Nasirudin at-Tusi al-Khawariz¬mi, al-Fazari dan lain sebagainya.
Pembahasan di atas membuktikan bahwa pada saat Eropa berada pada abad pertengahan (zaman kegelapan), umat Islam tengah mengalami kejayaan dan kemajuan peradabannya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.