Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Black Saturday, Misteri Kebakaran Massal di Kairo yang Tak Terungkap

Kompas.com - 26/01/2023, 07:15 WIB
Erwina Rachmi Puspapertiwi,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Rentetan kebakaran besar terjadi di ibu kota Mesir, Kairo, pada 26 Januari 1952, atau 70 tahun lalu. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan Black Saturday atau Cairo Fire

Peritiwa kebakaran besar di Kairo ini yang menghancurkan 70 fasilitas umum hanya dalam beberapa jam.

Namun hingaa saat ini pelaku utama dan tujuan pembakaran tersebut masih menjadi misteri dan tak pernah terungkap. 

Baca juga: Ratusan Mumi dan Piramida Ratu Mesir Kuno Ditemukan di Dekat Makam Raja Tut


Sejarah Black Saturday 26 Januari 1952

Peristiwa Cairo Fire atau Black Saturday terjadi akibat gelombang protes warga Kairo atas konflik antara tentara Inggris dan polisi Mesir.

Dikutip dari Egypt Today, operasi gerilya melawan penjajahan Inggris mulai terjadi di Mesir pada Januari 1952. Hal tersebut mendapat perlawanan dari Inggris. 

Tentara Inggris kemudian mengepung kantor polisi di Kota Ismailia sehari sebelum kebakaran besar ini terjadi, tepatnya pada 25 Januari 1952. Mereka meminta polisi Mesir menyerahkan senjata dan mundur dari Kairo.

Menteri Dalam Negeri Mesir Fouad Serag el-Din menolak perintah tersebut. Akibatnya, baku tembak antara tentara Inggris dan polisi Mesir tidak dapat dihindarkan.

Peristiwa baku tembak berlangsung antara dua kelompok bersenjata tersebut selama lima jam di Terusan Suez. Kejadian ini menyebabkan 50 warga Mesir tewas sementara 80 korban luka-luka.

Aksi demo besar-besaran

Akibat peristiwa penembakan tersebut, warga Mesir marah. Demonstrasi besar-besaran pun terjadi sejak 26 Januari 1952 mulai 02.00 pagi waktu setempat.

Petugas penerbangan di Bandara Almaza menolak pendaratan pesawat Inggris. Tentara di wilayah Abbasiya sengaja menolak bertugas. Para pelajar melakukan demo di pusat Kairo.

Warga mendesak Mesir memutuskan hubungan diplomatik dengan Inggris dan menyatakan perang.

Menteri Hubungan Sosial Abdel Fattah Hassan menyatakan partai yang saat itu berkuasa Al-Wafd setuju. Namun, Raja Farouk menolak.

Para demonstran lalu bergerak menuju Istana Abdeen untuk menggulingkan raja mereka. Namun, gerakan itu dibalas rentetan tembakan ke arah massa. Mereka memutuskan menuju gedung kabinet dan menguasainya.

Baca juga: Sejarah Alexandria, Kota Peradaban dan Ilmu Pengetahuan di Mesir

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com