Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Rudi Hartono, Guru Honorer di Pedalaman yang Rela Seberangi Sungai dan Masuk Hutan untuk Mengajar

Kompas.com - 23/01/2023, 17:30 WIB
Alicia Diahwahyuningtyas,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com- Guru memiliki jasa yang besar untuk mencerdaskan anak-anak bangsa, tak terkecuali guru-guru honorer yang tinggal di pedalaman Sumatera Selatan.

Berbeda dengan di kota, guru yang berada di pedalaman memiliki lebih banyak tantangan yang harus dihadapi ketika proses belajar mengajarnya. Seperti halnya yang dirasakan oleh Rudi Hartono.

Rudi Hartono (26), adalah seorang guru honorer di SDN 2 Muara Kulam tepatnya di Dusun Karang, Kelurahan Muara Kulam, Kecamatan Ulu Rawas, Kabupaten Musi Rawas Utara, Sumatera Selatan. 

Ia bisa dikatakan sebagai superhero yang rela mempertaruhkan nyawa dengan menyeberangkan puluhan siswanya agar bisa selamat tiba di sekolah.

Cerita soal Rudi Hartono yang diunggah di akun @kitabisacom memicu banyak simpati dari warganet.

https://twitter.com/kitabisacom/status/1615650090240344064?s=20&t=SVHKevUR3gypLwTM9TMKzA

Hingga Senin (23/1/2023), unggahan video tersebut telah ditonton sebanyak 1,2 juta kali.

Baca juga: Gejala Kolesterol Tinggi Bisa Dilihat dari Warna Lidah, Ini Tandanya

Awal mula dan motivasi Rudi mengajar

Rudi Hartono menjelaskan awal mula dirinya mengajar di SDN 2 Muara Kulam itu. 

"Awalnya karena saya mendapatkan informasi jika sekolah lokal kekurangan guru untuk mengajar. Lalu saya berniat untuk membantu mengajar di SDN 2 Muara Kulam itu untuk mengisi kekosongan pengajar dan membantu proses belajar mengajar disana," ujarnya saat dihubungi Kompas.com pada Minggu (22/1/2023).

Motivasi Rudi sederhana, ia tidak ingin anak-anak Rompok Karang Pinggan tidak sekolah hanya karena kekurangan guru.

"Saat saya memutuskan untuk mengajar disana, saya tanamkan dalam hati nurani saya walaupun kami berada di pedalaman tapi kami tidak ingin tertinggal, khususnya dalam bidang pendidikan," pungkasnya.

Baca juga: Kisah Pria Dominika Terkatung-katung 24 Hari di Laut, Cuma Makan Saus Tomat dan Bubuk Bawang Putih

Tantangan selama mengajar

Setiap pagi Rudi selalu menunggu kedatangan anak-anak didiknya di pinggir Sungai Muara Kulam. 

Sungai itu merupakan akses satu-satunya yang dapat menghubungkan 3 desa yakni Desa Muara Kulam-Ibu Kota Kecamatan, Dusun Batu Tulis dan Dusun Karang Pinggan.

"Saya sebagai guru sangat takut dan khawatir dengan siswa-siswa karena mereka masih kecil dan harus pergi nyebrang sungai hingga masuk hutan. Saya gak mau jika ada siswa saya yang hanyut lagi. Cukup sekali kejadian tragis itu, gak boleh terulang lagi,” imbunnya.

Hal ini dikarenakan di Dusun Karang, Kelurahan Muara Kulam tempatnya mengajar itu belum dilengkapi jembatan yang bisa digunakan untuk akses menyeberangi sungai.

Baca juga: Viral, Video Kucing Masih Hidup Usai Tabrakan, Benarkah Ungkapan Kucing Punya 9 Nyawa?

Sebenarnya terdapat jalan lain yang merupakan jalan setapak, namun masih dalam perbaikan dan tak kunjung selesai dibenahi.

Selain itu, Rudi mengatakan bahwa jika melalui jalan tersebut akan memakan biaya yang jauh lebih mahal. Selain itu, jaraknya juga akan semakin jauh karena harus memutar terlebih dahulu.

Hal inilah yang membuat warga dan anak-anak di Dusun Karang Pinggan rela untuk menyeberangi sungai yang memiliki arus deras itu.

Rudi mengatakan, tantangan terbesar yang pernah ia alami yakni saat menghadapi Ujian Nasional (UN).

"Kalau sedang UN itu kita harus menyeberangi sungai dan berjalan kaki melewati hutan agar bisa sampai ke sekolah induk yang berada di Kelurahan Muara Kulam," katanya.

Meskipun sudah melintasi sungai, mereka masih harus menempuh perjalanan dengan jalan kaki sejauh 9 hingga 12 kilometer untuk sampai di pusat perdagangan dan sekolah.

Jika aliran sungai sedang surut, mereka bisa melewati sungai dengan getek (perahu kecil).

Namun jika aliran sungai sedang deras, orang tua dan warga akan ikut membantu dengan menggendong anak-anak mereka agar bisa menyeberang sungai.

Baca juga: Kisah Pamelia Idap Penyakit Langka Gigantomastia, Payudara Tak Berhenti Tumbuh

Harapan Rudi 

Meskipun berada di lokasi dan tempat yang jauh dari kota, Rudi mengatakan bahwa guru-guru di pedalaman ingin memberikan pendidikan yang layak dan yang terbaik walaupun dengan keterbatasan.

"Kami seluruh guru yang berada di Rompok Karang Pinggan berharap agar siswa-siswa kami kelak menjadi pemuda dan pemudi yang berguna bagi bangsa, negara, dan agama. Walaupun saat ini kami memiliki keterbatasan akses dan fasilitas, kami tetap semangat untuk memberikan yang terbaik untuk anak didik kami," kata Rudi pada Kompas.com.

Ia juga menjelaskan mengenai video yang diunggah di akun Twitter @Kitabisa pada (18/1/2023) yang menggambarkan kondisi Rudi, warga, dan siswa-siswa saat itu.

"Kami tidak bermaksud untuk menjelek-jelekkan pemerintah melalui unggahan video saya saat itu. Namun karena memang benar kondisi dan keadaan tempat kita mengajar seperti itu. Akses dan fasilitasnya masih sangat kurang," ungkapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com