Dikutip dari Kompas.TV, KPU mengumumkan pasangan Ridwan Kamil dan Oded Muhammad Danial menjadi wali kota dan wakil wali kota Bandung pada rapat pleno, Jumat (28/6/2013) dengan suara 45,24 persen.
Meski menjadi wali kota berkat dukungan Partai Gerindra dan PKS, Kang Emil bukan kader keduanya.
Ia menjabat sebagai wali kota Bandung pada 2013-2018.
Baca juga: Aksi Jajaran Pejabat di Citayam Fashion Week, Ada Anies hingga Ridwan Kamil
Lima tahun memimpin Bandung membuat banyak parpol tertarik merekrut Kang Emil maju ke Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jawa Barat 2018.
PPP, PKB, Partai Nasdem, dan Partai Hanura bersama-sama mengusung Ridwan Kamil sebagai calon gubernur Jawa Barat berpasangan dengan Uu Ruzhanul Ulum.
Berbeda dari Uu Ruzhanul Ulum yang merupakan kader PPP, Kang Emil juga bukan bagian dari tiga partai tersebut.
Ridwan Kamil dan Uu Ruzhanul Ulum memenangkan 7.226.254 suara dan resmi memimpin Jawa Barat sejak 5 September 2018.
Masa kepemimpinan Kang Emil di Jawa Barat akan berakhir pada 23 September 2023 mendatang.
Baca juga: Profil Nguyen Xuan Phuc, Presiden Vietnam yang Mengundurkan Diri karena Bawahannya Korupsi
Ridwan Kamil mengumumkan dirinya bergabung dengan Partai Golkar pada Rabu (18/1/2023).
Pengumuman itu disampaikan langsung oleh Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto.
"Secara resmi Pak Ridwan Kamil masuk ke Partai Golkar. Dan masuknya Ridwan Kamil ke Golkar ditandai diberikan KTA. Dan Ridwan Kamil sudah gunakan jas kuning. Tampak Ridwan Kamil semakin ganteng dan cerah," ujar Airlangga di kantor DPP Golkar, Jakarta Barat.
Diberitakan Kompas.com, Rabu (18/1/2023), Ridwan Kamil memiliki empat alasan bergabung dengan partai beringin ini.
"Pertama, Partai Golkar itu sangat kuat sebagai simbol partai tengah, partai yang Pancasilais, partai yang terbuka, sehingga ini yang menjadi sebuah minat saya," ujar Emil dalam jumpa pers di kantor DPP Golkar, Rabu (18/1/2023).
Ia menjelaskan alasan yang kedua karena Golkar memiliki sejarah panjang sebagai institusi terhormat.
Alasan ketiga, Kang Emil merasa komunikasinya dengan Airlangga Hartarto sejauh ini sangat baik.
Sementara alasan keempat karena dirinya menilai Golkar konsisten dan fokus membangun kekaryaan dan progresif sampai hari ini.
Baca juga: Elektabilitas Partai Golkar Menjauh dari Tiga Besar, Apa yang Salah?