Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Profil PT PANN, BUMN yang Akan Dibubarkan Pemerintah

Kompas.com - 06/01/2023, 11:05 WIB
Nur Rohmi Aida,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Belakangan media sosial kembali ramai membicarakan mengenai PT PANN yang disebut sebagai BUMN yang akan dibubarkan pada tahun 2023.

Pembahasan mengenai PT PANN belakangan kembali ramai dibicarakan usai tercantumnya pembubaran PT PANN dalam Keputusan Presiden Nomor 25 Tahun 2022 tentang Penyusunan Peraturan Pemerintah Tahun 2023.

Dalam Keppres tersebut terdapat Rancangan Peraturan Pemerintah terkait pembubaran PT PANN yang akan dilakukan pada tahun 2023.

Lantas sebenarnya apa itu PT PANN? Berikut ini profilnya.

Profil PT PANN

PT Pengembangan Armada Niaga Nasional atau PT PANN didirikan pada tahun 1974 dan merupakan BUMN yang dikhususkan untuk melakukan usaha di bidang pengembangan armada niaga nasional.

Dikutip dari laman resminya Pannmf, PT PANN (Persero) didirikan dengan tujuan sebagai wadah untuk menyelenggarakan program investasi kapal niaga nasional.

Pada tahun 1991, BUMN ini mendapatkan penugasan dari pemerintah untuk Subordinate Loan Agreement (SLA) melalui program alih teknologi pembangunan 31 unit kapal ikan Mina Jaya dari 31 unit shipset kapal ikan yang berasal dari Spanyol .

Baca juga: Sri Mulyani Tak Tahu, Erick Thohir Bingung Lihat Bisnisnya, BUMN Apakah PT PANN?

Serta program Jetisasi Transportasi Udara melalui pengadaan 10 unit pesawat terbang Boeing 737-200 ex Lufthansa yang berasal dari Jerman.

Selanjutnya antara tahun 1974 sampai 1994, BUMN ini melakukan:

  • Pengadaan 5 unit kapal niaga baru yang dibangun di galangan dalam negeri
  • Pengadaan 8 unit kapal niaga bekas dibeli dari Eropa dengan jenis bulk carrier 1 unit dan general kargo 7 unit
  • Pengadaan 30 unit kapal niaga bekas berusia muda yang sumber pendanaannya berasal dari Bank Dunia.
  • Pembangunan 30 unit kapal niaga melalui kerjasama dengan Pemerintah Norwegia (Pekerjaan pembangunan kapal niaga sebanyak 20 unit di Indonesia dan 10 unit di Norwegia)
  • Pengadaan 1 unit kapal coal carrier pertama di Indonesia berbobot 11.000 DWT. Kapal ini dioperasikan oleh PT Bahtera Adiguna (Persero) dengan skema pembiayaan two step loan.
  • Pengadaan 30 kapal Caraka Jaya jenis general kargo dan semi container dengan bobot mati 3.000 DWT sampai 4.000 DWT dimana proyek ini melibatkan 9 (Sembilan) galangan dalam negeri.

Baca juga: Saat Sri Mulyani dan Anggota DPR Tak Tahu-menahu soal BUMN PT PANN...

Antara tahun 1995-2006, kegiatan bisnis PT PANN (Persero) banyak berfokus pada dua proyek yang masuk kategori gagal dikarenakan:

  • Pesawat terbang boeing 737-200 eks. Luftansa sebanyak 10 unit yang disewakan ke 4 perusahaan penerbangan tidak dapat membayar biaya sewa.
  • Pembangunan 31 unit kapal ikan oleh PT Industri Kapal Indonesia (Persero) hanya menyelesaikan 14 unit kapal ikan dengan biaya pembangunan yang telah dikeluarkan oleh PT PANN (Persero) sebesar Rp 120 milyar tidak dapat diserap pasar.

Kegagalan kedua proyek tersebut mengakibatkan PT PANN Multi Finance (Persero) merugi bertahun-tahun sehingga keuntungan dari kegiatan bisnis inti pembiayaan kapal niaga tak bisa menutup kerugian kedua proyek tersebut.

Pada tahun 2013, dilakukan restrukturisasi usaha melalui spin off bisnis inti PT PANN (Persero) yaitu Kegiatan Bisnis Pembiayaan Sektor Maritim.

Selanjutnya PT PANN Multi Finance (Persero) kembali berganti nama menjadi PT PANN (Persero) pada 2013.

Perusahaan yang terakhir merupakan Induk Perusahaan (Non Operatif Holding) di bidang Maritim di mana PT PANN (Persero) kembali kepada penyelesaian utang SLA.

Baca juga: Ramai soal Cek Ranking Hasil Tes Rekrutmen BUMN Lewat Coding, Apakah Valid?

Sri Mulyani mengaku tidak familiar

Tahun 2019 lalu, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengaku tidak familiar tentang BUMN PT PANN. Hal itu terungkap saat tengah rapat dengar pendapat dengan Komisi XI DPR RI Jakarta Senin (2/12/2019).

Hal tersebut bermula saat tiba-tiba anggota Komisi XI dari Fraksi Partai Golkar Misbakhun menanyakan mengenai PT PANN (Persero) saat Sri Mulyani memaparkan rencana penyertaan modal negara tahun 2020.

"Saya interupsi, saya ingin tahu PT PANN ini apa Bu? Saya baru dengar ini persero PT PANN," ujar Misbakhun dikutip dari Kompas.com, 2 Desember 2019.

Menanggapi hal tersebut Sri Mulyani mengaku tidak familiar dengan BUMN tersebut.

"PT PANN ini Pengembangan Armada Niaga Nasional. Saya juga baru dengar sih, Pak. Saya juga belum pernah dengar PT ini," ujar Sri Mulyani.

Menurut laporan Sri Mulyani, BUMN ini mendapat PMN non tunai sebesar Rp 3,76 triliun dari konversi utang SLA menjadi ekuitas.

Misbakhun pun bertanya-tanya bagaimana bisa perusahaan tersebut mendapat suntikan modal yang begitu besar.

Baca juga: Ramai Diperbincangkan, Apa Beda PNS dan Pegawai BUMN?

Sisa 7 pegawai

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir sempat mengatakan bahwa karyawan PT PANN hanya tersisa 7 orang pegawai.

Erick juga menyampaikan PT PANN memiliki bisnis lain di bidang perhotelan.

“PT PANN mungkin kami bisa mergerkan ke yang lain, supaya aset (dikelola) yang baik, bukan hanya tujuh orang pegawai kemudian sewakan asetnya, kemudian dibiayai (pemerintah), kalau itu mah kami semua juga mau,” ujar Erick dikutip dari Kompas.com, 21 Februari 2020.

Adapun pada Maret 2022 lalu Erick menyampaikan bahwa PT PANN akan menjadi salah satu dari 7 BUMN yang akan dibubarkan.

"Kita juga sedang mengkaji beberapa perusahaan BUMN lainnya yang ada di Holding Danareksa-PPA yang mana dari 7 BUMN, tiga BUMN sudah selesai (dibubarkan) sehingga masih terdapat empat BUMN lagi," ujar Erick Thohir dikutip dari Kompas.com, 21 Maret 2022.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com