KOMPAS.com - Diabetes adalah penyakit kronis yang ditandai melonjaknya kadar gula darah (glukosa) dalam tubuh.
Dilansir dari Cleveland Clinic, hal tersebut terjadi lantaran tubuh tidak mengolah glukosa secara maksimal dan menggunakannya sebagai energi.
Ketidakmampuan tubuh mengolah glukosa tentunya menyebabkan gula darah menumpuk secara berlebihan pada aliran darah.
Adapun, diabetes dapat menimbulkan beberapa gejala, seperti perasaan cepat lelah, kesemutan, juga penurunan berat badan.
Di sisi lain, ada pula gejala-gejala tidak biasa yang disebabkan oleh penyakit kronis tersebut.
Berikut di antaranya:
Baca juga: Diabetes Terjadi karena Konsumsi Gula Berlebih, Benarkah?
Dikutip dari Medical News Today, orang yang menderita diabetes sebaiknya waspada dengan kemungkinan infeksi yang lebih tinggi.
Hal tersebut disebabkan oleh tingginya kadar gula darah yang membuat sistem kekebalan tubuh menjadi lemah.
Tentu, melemahnya sistem kekebalan yang menjadi tameng tubuh mengakibatkan perkembangan infeksi menjadi cepat.
Penderita diabetes berisiko terkena infeksi jamur, bahkan infeksi saluran kemih atau ISK.
Penyakit kronis ini juga bisa mengganggu penglihatan. Tingginya kadar gula darah berisiko memengaruhi penglihatan, termasuk merusak mata.
Tingginya kadar gula darah juga dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah kecil di mata.
Baca juga: 5 Sayuran yang Sebaiknya Tidak Dikonsumsi Penderita Diabetes
Kondisi tersebut tidak boleh dibiarkan karena mata dapat melemah dan membengkak.
Pada akhirnya, pembuluh darah halus tersebut mengeluarkan cairan lain termasuk darah yang merusak dan mengganggu penglihatan.
Tidak menutup kemungkinan juga, diabetes yang kondisinya sudah parah bisa menyebabkan penderitanya tidak dapat melihat.
Penderita diabetes perlu memperhatikan kondisi kulit mereka, seperti munculnya bercak-bercak pada area lipatan, seperti selangkangan, ketiak, termasuk bagian belakang leher.
Pasalnya, tanda tersebut mengisyaratkan tingginya kadar gula darah pada penderita diabetes.
Munculnya bercak-bercak hitam pada kulit disebut juga sebagai acanthosis nigricans.
Sementara penyebabnya belum diketahui secara pasti, munculnya bercak-bercak hitam dihubungkan dengan resistensi insulin.
Ada juga yang mengaitkan tanda pada kulit tersebut dengan kadar insulin (hormon yang mengubah glukosa menjadi energi) yang tinggi dalam darah.
Di sisi lain, kadar gula darah yang berlebihan berisiko menyebabkan eruptive xanthomatosis dan diabetic dermopathy.
Baca juga: 3 Gejala Diabetes pada Pria yang Khas
Eruptive xanthomatosis dapat menyebabkab permukaan kulit muncul benjolan yang berisi xanthoma atau lemak.
Sementara diabetic dermopathy adalah timbulnya jaringan yang tidak normal pada permukaan kulit di area kaki (terlihat bintik-bintik atau seperti bekas luka).
Kadar gula darah yang tinggi terkadang juga menyebabkan gatal dan kekeringan pada kulit.
Perhatikan pula bau napas, karena dari sini orang dapat mengetahui dirinya terkena diabetes atau tidak.
Napas yang berbau seperti buah umumnya dialami oleh mereka yang didiagnosis diabetes tipe 1.
Hal tersebut terjadi karena ketoasidosis diabetik atau kondisi ketika tubuh tidak mendapatkan energi dari glukosa.
Pada gilirannya, terjadi keadaan ketosis dan tubuh mulai melakukan pembakaran lemak menjadi bahan bakar.
Perlu diketahui bahwa tubuh yang tidak mampu menggunakan insulin secara efektif akan menyebabkan kadar gula darah meningkat.
Baca juga: Kaitan antara Diabetes dan Amputasi Kaki yang Dialami Suti Karno
Insulin diperlukan tubuh lantaran hormon ini memiliki fungsi untuk membawa glukosa masuk ke dalam sel untuk digunakan sebagai energi.
Jika insulin tidak ada, lemak akan digunakan oleh tubuh menjadi bahan bakar dan produk sampingan berupa keton akan dilepaskan.
Nah, bau napas seperti buah menandakan orang memiliki kadar keton yang tinggi dalam darahnya karena mengidap diabetes.
Bahaya lain yang harus dihadapi penderita diabetes adalah penyembuhan luka yang berjalan lambat.
Tak menutup kemungkinan luka sama sekali tidak sembuh karena diabetes menganggu kerja sel darah putih.
Selain itu, gula darah turut memengaruhi sirkulasi darah dan kerusakan sarah menjadi rusak.
Padahal, sirkulasi yang buruk bisa memperburuk luka dan pergerakan darah menjadi lebih lambat.
Otomatis, darah tidak mengirim nutrisi ke kulit yang terluka secara maksimal.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.