Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komarudin Watubun
Politisi

Komarudin Watubun, SH, MH adalah anggota Komisi II DPR RI; Ketua Pansus (Panitia Khusus) DPR RI Bidang RUU Otsus Papua (2021); pendiri Yayasan Lima Sila Indonesia (YLSI) dan StagingPoint.Com; penulis buku Maluku: Staging Point RI Abad 21 (2017).

Berharap Lahir Pemimpin Hikmat Bijaksana di Tahun 2023

Kompas.com - 30/12/2022, 14:08 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Republik Roma pra-Masehi tidak menerapkan demokrasi langsung, tetapi sistem perwakilan, seperti halnya kedaulatan rakyat berdasarkan Pancasila di Indonesia. Republik Roma membedakan tegas kepentingan pribadi dan kepentingan umum berdasarkan satu sistem hukum tidak tertulis.

Sisi kesamaan lain Republik Roma dan Negara Indonesia ialah keragaman penduduk. Misalnya, hasil analisa DNA dari tim Profesor Jonathan Pritchard, PhD dan Margaret L Antonio et al. dalam jurnal Science edisi 2019, menunjukkan, Republik Roma berkembang di sekitar Laut Mediterania, imigran asal Timur Tengah, Eropa, dan Afrika Utara pindah ke Kota Roma. Migrasi sangat memengaruhi wajah Kota Roma selama bertahun-tahun.

Hasil riset DNA itu juga menunjukkan, migrasi awal ialah para petani terutama asal Turki dan Iran sekitar 8.000 tahun SM; migrasi ini diikuti oleh perubahan genetik ke arah keturunan Ukraina 5.000 -3.000 tahun silam. Hannah Moots (2019), peneliti antropolog asal Stanford University dan co-lead author karya ilmiah itu menyingkap: “This study shows how dynamic the past really is. In Rome we’re seeing people come from all over the world, in ways that correspond with historical political events.”

Migrasi ke-2 ke Roma dan sekitarnya yakni pergeseran leluhur Zaman Perunggu tahun 2.900-900 SM. Perkembangan teknologi meningkatkan mobilitas penduduk. Orang Roma mengembangkan transportasi darat, kereta dan gerbong; teknologi berlayar memfasilitasi navigasi lebih mudah dan lebih sering di seluruh Mediterania.

Dengan berdirinya Republik Roma sekitar 753 SM, penduduk Roma tumbuh dalam keberagaman. Roma dimulai dari negara-kota kecil Zaman Besi. Namun, 800 tahun kemudian, Roma menguasai satu kerajaan terbentang ke barat sejauh Inggris, selatan ke Afrika Utara, dan timur ke Suriah, Yordania, dan Irak. (Antonio, et al., 2019)

Republik Roma era pra-Masehi di Italia itu memiliki kesamaan dengan Indonesia. Bangsa Indonesia terdiri dari 1.340 suku, keberagaman budaya, adat-istiadat, asal-usul, 1.100 bahasa daerah, genetik, dan agama, yang hidup dan tersebar pada lebih dari 17.000 pulau besar dan kecil.

Maka sangat dibutuhkan karakter kepemimpinan hikmat-bijaksana yang menerapkan filosofi bahwa negara dan pemerintahan adalah kepentingan umum, bukan pribadi, kelompok orang, dan turun-temurun.

Mengapa karakter kepemimpinan hikmat-bijaksana sangat fundamental dan faktor penentu survival negara-bangsa dan pemerintahan republik?

Plato berangkat dari tesis dasar bahwa negara adalah kumpulan manusia; maka negara bakal tumbuh, rapuh, ambruk, atau berkembang sesuai karakter manusianya. “States are as men are; they grow out of human characters,” tulis Plato (1955) dalam bukunya The Republic.

Plato menyebut karakter pelindung segenap bangsa dan seluruh tumpah darah (guardian) atau karakter emas dengan kualifikasi: (1) Mulia, terhormat atau kesatria (noble); (2) Bersahaja, rendah hati (good); (3) Santun, berbudi baik, sopan (gentle); dan (4) Disiplin, gagah, berani (high-spirited).

“To become a good guardian, a man must be by nature fast, strong, and a spirited philosopher,” papar Plato. (Dickinson, 2016)

Keempat kualifikasi tersebut dapat melahirkan karakter kepemimpinann kuat-kokoh, lincah-cepat, berani, taat hukum, dan hikmat-bijaksana yang menguasai pengetahuan penentu tentang baik atau buruk (etika), benar atau salah (logika), dan indah atau tidak indah (estetika). Tahun 2023 adalah momentum melahirkan para pemimpin dengan kualifikasi semacam ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com