Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena Godoksa, Ribuan Paruh Baya Korsel Meninggal karena Kesepian

Kompas.com - 26/12/2022, 13:00 WIB
Retia Kartika Dewi,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

 

Laki-laki lebih rentan meninggal karena kesepian

Meskipun kematian akibat kesepian memengaruhi orang-orang di berbagai demografi, laporan tersebut menunjukkan pria paruh baya dan lanjut usia tampak sangat berisiko.

Jumlah pria yang menderita kematian kesepian 5,3 kali lipat lebih tinggi dari wanita pada tahun 2021.

Angka itu naik dari empat kali lipat sebelumnya.

Artinya, laki-laki lebih rentan menderita kematian kesepian ketimbang perempuan.

Selain itu, ada juga laporan data mengenai usia jenazah.

Menurut laporan, 60 persen kematian godoksa terdiri dari orang-orang berusia 50-an dan 60-an pada tahun lalu, dengan jumlah besar di usia 40-an dan 70-an tahun juga.

Namun, ada juga orang berusia 20-an dan 30-an tahun yang meninggal karena godoksa, dengan menyumbang 6 persen hingga 8 persen.

Laporan itu juga membahas fenomena tersebut telah dipelajari selama bertahun-tahun ketika pihak berwenang mencoba memahami apa yang mendorong kematian yang sepi ini, dan bagaimana cara yang lebih baik untuk mendukung orang-orang yang rentan.

“Dalam mempersiapkan masyarakat lanjut usia, penting untuk secara aktif menanggapi kematian yang kesepian,” kata badan penelitian legislatif Korea Selatan dalam rilis berita awal tahun ini.

Mereka menambahkan bahwa prioritas pemerintah adalah dengan cepat mengidentifikasi kasus isolasi sosial.

Baca juga: Apa Itu Resesi Seks yang Berpotensi Dialami Indonesia, Penyebab, dan Dampaknya?

Resesi seks dan lansia dalam kemiskinan

Korea Selatan adalah salah satu dari beberapa negara Asia yang menghadapi penurunan demografis, dengan jumlah penduduk yang memiliki bayi lebih sedikit dan melahirkan di kemudian hari, atau suatu dampak dari resesi seks.

Tingkat kelahiran negara terus menurun sejak 2015, para ahli menduga ada berbagai faktor penyebab dari resesi seks seperti tuntutan budaya kerja, kenaikan biaya hidup, dan upah yang stagnan.

Menurut Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan, lebih dari 43 persen warga Korea berusia di atas 65 tahun berada di bawah garis kemiskinan pada tahun 2016.

Kehidupan orang Korea paruh baya dan lanjut usia dengan cepat memburuk jika mereka dikeluarkan dari pasar tenaga kerja dan perumahan.

Dua hal itu lah yang menjadi penyebab utama kematian.

“Kesulitan yang diungkapkan sebelum kematian oleh mereka yang berisiko meninggal sendirian adalah masalah kesehatan, kesulitan ekonomi, keterputusan dan penolakan, serta kesulitan dalam mengatur kehidupan sehari-hari,” ujar peneliti senior di Pusat Kesejahteraan Seoul, Song In-joo.

Ia menambahkan, faktor yang memperparah kondisi lansia yakni macetnya bantuan pemerintah dan kurangnya perawatan di rumah bagi lansia yang menderita penyakit serius atau kronis.

Undang-Undang Pencegahan dan Penanganan Kematian Kesepian yang disahkan tahun lalu adalah tindakan terbaru dan paling luas, memerintahkan pemerintah daerah untuk membuat kebijakan untuk mengidentifikasi dan membantu penduduk yang berisiko.

Selain membuat laporan situasi lima tahunan, pemerintah juga diminta untuk menulis rencana pencegahan yang komprehensif, yang masih dalam pengerjaan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Alasan Pekerja yang Sudah Punya Rumah Tetap Harus Jadi Peserta Tapera

Alasan Pekerja yang Sudah Punya Rumah Tetap Harus Jadi Peserta Tapera

Tren
Cara Mengajukan Pinjaman Melalui Layanan Dana Siaga BPJS Ketenagakerjaan, Apa Syaratnya?

Cara Mengajukan Pinjaman Melalui Layanan Dana Siaga BPJS Ketenagakerjaan, Apa Syaratnya?

Tren
Viral, Video Harimau Sumatera Masuk ke Halaman Masjid di Solok, Ini Penjelasan BKSDA

Viral, Video Harimau Sumatera Masuk ke Halaman Masjid di Solok, Ini Penjelasan BKSDA

Tren
Kata 'Duit' Disebut Berasal dari Belanda dan Tertulis di Koin VOC, Ini Asal-usulnya

Kata "Duit" Disebut Berasal dari Belanda dan Tertulis di Koin VOC, Ini Asal-usulnya

Tren
Juru Bahasa Isyarat Saat Konpers Pegi Tersangka Pembunuhan Vina Disebut Palsu, Ini Kata SLBN Cicendo Bandung

Juru Bahasa Isyarat Saat Konpers Pegi Tersangka Pembunuhan Vina Disebut Palsu, Ini Kata SLBN Cicendo Bandung

Tren
Viral, Video TNI Tendang Warga di Deli Serdang, Ini Kata Kapendam

Viral, Video TNI Tendang Warga di Deli Serdang, Ini Kata Kapendam

Tren
Tips Memelihara Anjing untuk Pemula, Ini Beberapa Hal yang Perlu Anda Lakukan

Tips Memelihara Anjing untuk Pemula, Ini Beberapa Hal yang Perlu Anda Lakukan

Tren
Berlaku mulai 1 Juni 2024, Ini Cara Beli Elpiji 3 Kg Menggunakan KTP

Berlaku mulai 1 Juni 2024, Ini Cara Beli Elpiji 3 Kg Menggunakan KTP

Tren
Inilah Alasan Harga BBM dan Tarif Listrik Juni Masih Sama dengan Mei 2024

Inilah Alasan Harga BBM dan Tarif Listrik Juni Masih Sama dengan Mei 2024

Tren
Hiu Paus Gorontalo Menghilang karena Takut Orca, Apakah Akan Kembali?

Hiu Paus Gorontalo Menghilang karena Takut Orca, Apakah Akan Kembali?

Tren
Resmi, Jadwal dan Tarif LRT Jabodebek Selama Juni 2024

Resmi, Jadwal dan Tarif LRT Jabodebek Selama Juni 2024

Tren
Teh Bunga Telang untuk Menurunkan Berat Badan, Berapa Takaran Per Hari?

Teh Bunga Telang untuk Menurunkan Berat Badan, Berapa Takaran Per Hari?

Tren
Sempat Menjadi Satu Kesatuan, Mengapa Korea Pecah Menjadi Dua Negara?

Sempat Menjadi Satu Kesatuan, Mengapa Korea Pecah Menjadi Dua Negara?

Tren
Ini Harga BBM, Elpiji, dan Tarif Listrik yang Berlaku mulai 1 Juni 2024

Ini Harga BBM, Elpiji, dan Tarif Listrik yang Berlaku mulai 1 Juni 2024

Tren
Cara Cek Saldo Jaminan Hari Tua BPJS Ketenagakerjaan lewat Aplikasi Jamsostek Mobile

Cara Cek Saldo Jaminan Hari Tua BPJS Ketenagakerjaan lewat Aplikasi Jamsostek Mobile

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com