Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komarudin Watubun
Politisi

Komarudin Watubun, SH, MH adalah anggota Komisi II DPR RI; Ketua Pansus (Panitia Khusus) DPR RI Bidang RUU Otsus Papua (2021); pendiri Yayasan Lima Sila Indonesia (YLSI) dan StagingPoint.Com; penulis buku Maluku: Staging Point RI Abad 21 (2017).

Individualisme vs Kebangsaan di Kasus Lelang 100 Pulau Kepulauan Widi

Kompas.com - 15/12/2022, 17:20 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Karena itu, pilihan investasi apa pun, perlu diuji kelayakan perlindungan segenap bangsa dan seluruh tumpah-darah NKRI, kesejahteraan rakyat dan kecerdasan bangsa, bukan kepentingan orang per orang dan kepentingan kelompok.

Cagar Alam Widi adalah kawasan Kepulaun di Maluku Utara, dengan keanekaragamanhayati ‘coral triangle’ (segitiga karang). Zona 100 pulau seluas kira-kira 25 ribu ha ini berupa hutan bakau, laguna, danau, terumbu karang adalah rumah hewan langka seperti paus piru, hiu paus, penyu langka, dan 600 spesies mamalia. (Milica Cosic, 2022; Tori Latham, 2022)

Tidak heran, jika Sotheby's Concierge Auctions menyebut zona Cagar Alam Widi sebagai “one of the most breathtaking properties anywhere on Earth” atau properti paling wah menakjubkan di Bumi dan zona “secluded, other-worldly paradise” atau surga terpencil di Bumi. (Kesley Ables et al., 2022)

Kita baca dan catat hasil riset dan kajian ahli ekologi kelautan Daniela M Cecarelli et al. (2022): “Indonesia coral reefs under pressure from illegal, unregulated and unreported fishing, the use of destructive fishing practices, land-based pollution, coastal development and climate change.” Terumbu karang di zona Indonesia terancam oleh perikanan ilegal, tanpa
kepastian hukum, tanpa laporan, polusi lahan, perubahan iklim, dan proyek-proyek pesisir.

Indonesia terletak di jantung keanekaragaman-hayati laut, 25,7 persen hutan bakau, jantung terumbu karang (coral triangle) di Bumi. Lingkungan terumbu karang di Indonesia adalah habitat dan rumah-hayat hidup dari sekitar 70 persen spesies karang dan 40 persen spesies ikan di Bumi. (Assad et al., 2018:198-211)

Tentu saja masih banyak spesies baru belum ditemukan dan diuraikan oleh para ahli di Indonesia. Coral triangle seperti Cagar Alam Widi menyediakan pangan bagi bangsa Indonesia dan bahkan masyarakat dunia.

Kita baca riset Jianghong Liu et al. (2017) dalam jurnal Nature edisi 21 Desember 2027 bahwa anak-anak yang makan ikan sekurang-kurangnya sekali seminggu, memiliki skor IQ lebih tinggi empat poin dan tidur lebih baik, jika dibanding anak-anak yang kurang makan ikan atau sama sekali tidak makan ikan.

Luas wilayah laut Indonesia 5,9 juta km2 (luas laut yuridiksi nasional), yang terdiri dari 2,9 juta km2 laut nusantara, 0,3 juta km2 laut teritorial, dan 2,7 km2 zona ekonomi ekslusif Indonesia (ZEEI). Luas daratan Indonesia mencapai 1,9 juta km2. Indonesia terbentang antara Benua Asia dan Australia dan memiliki 2 Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) menurut konvensi hukum laut internasional. Indonesia adalah wilayah coral triangle terbesar bagi keragaman lebih 1.650 spesies ikan.

Individualisme vs Kebangsaan

Secara hukum, orang asing tidak boleh memiliki pulau di Indonesia. Namun, investor asing lazim memiliki siasat ‘kolaborasi’ dengan warga-negara Indonesia, yang berideologi individualisme atau anti-kebangsaan Indonesia.

Roh kebangsaan Indonesia, papar Soekarno di depan Sidang BPUPKI, Jumat 1 Juni 1945 di Jakarta ialah roh negara-bangsa, nationale staat Indonesia: “Ke sinilah kita harus menuju: mendirikan satu nationale staat di atas kesatuan Bumi Indonesia dari ujung Sumatera sampai ke Irian.” 

Soekarno menambahkan, “Seorang anak kecil dapat mengatakan, bahwa pulau-pulau Jawa, Sumatera, Borneo, Selebes, Halmahera, Kepulauan Sunda Kecil, Maluku dan lain-lain pulau kecil di antaranya, adalah satu kesatuan.”

Dalam Pidato 1 Juni 1945 itu, Soekarno juga menyebut 13 kali kata ‘ingat’. Ini tentu pesan penting geistlichen hintergrund dari pendiri negara Indonesia kepada generasi bangsa kini dan masa datang.

Maka jikalau saya ingat perhubungan antara orang dan tempat, antara rakyat dan buminya, maka tidak cukuplah definisi yang dikatakan oeh Ernest Renan dan Otto Bauer itu. Tidak cukup “le desir d’etre ensembles” (kehendak bersatu, red), tidak cukup definisi Otto Bauer “aus schiksalsgemeinschaft erwachsene Charaktergemeinschaft” (persatuan perangai berbasis kesamaan nasib, red) itu,” ujar Soekarno.

Bagaimana dengan rencana aliran investasi asing ke kawasan 100 pulau Cagar Alam Widi, Maluku? Milica Cosic (2022) menyebut visi dan izin proyek pengembangan itu dengan mengutip situs rumah-lelang Sotheby's Concierge Auctions.

“It states: Leadership Islands Indonesia (LII) has spent several years carefully master-planning, designing and licensing one of the most environmentally sensitive, low-density luxury resort and residency developments in the world. The opportunity to conserve and sustainably develop the Widi Reserve by acquiring interests in LII presents a once-in-a-generation opportunity.”

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com