Dilansir dari laman BNPB, catatan letusan yang terekam pada 1818 hingga 1913 tidak banyak informasi yang terdokumentasikan.
Kemudian, pada 1941-1942 terekam aktivitas vulkanik dengan durasi panjang.
Dilansir dari laman Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Badan Geologi, berikut catatan sejarah letusan Gunung Semeru:
Letusan dalam celah radial. Leleran lava pada 21 September 1941 hingga Februari 1942. Letusan sampai di lereng sebelah timur pada ketinggian antara 1400 dan 1775 meter. Titik letusan sebanyak 6 tempat. Leleran lava masuk ke B. Semut dan menimbuni Pos Pengairan Bantengan. Aliran lava sepanjang 6,5 kilometer.
Awan panas dan tanah garapan rusak. Februari-Mei, Oktober-Desember. Pembentukan kubah (Adnawidjaja, 1947).
Lava mengalir ke Besuk Sat dan guguran lava masuk ke Besuk Semut akibat letusan pada Juli dan 23 November hingga Desember.
Aliran lava masuk ke Besuk Semut.
Aliran lava masuk sampai ke Totogan Malang dan aliran lava ke Besuk Kobokan sampai di Curah Lengkong.
Aktivitas vulkanik tercacat beruntun.
Guguran lava menghasilkan awan panas guguran berjarak 10 kilometer di Besuk Kembar dengan volume endapan 6,4 juta m3.
Aktivitas vulkanik terus berlanjut
Tercatat aktivitas vulkanik Gunung Semeru. Pada 2008 terjadi beberapa kali erupsi, yaitu pada rentang 15 - 22 Mei 2008. Pada 22 Mei 2008, empat kali guguran awan panas yang mengarah ke wilayah Besuk Kobokan dengan jarak luncur 2.500 meter.
Baca juga: Alasan Erupsi Gunung Semeru Membuat Jepang Waspada Tsunami
Aktifitas Gunung Semeru tedapat di Kawah Jonggring Seloko yang terletak di sebelah tenggara puncak Mahameru.
Letusan Semeru umumnya letusan abu bertipe vulkanian dan strombolian yang terjadi 3-4 kali setiap jam.
Letusan tipe vulkanian dicirikan dengan letusan eksplosif yang kadang-kadang menghancurkan kubah dan lidah lava yang telah terbentuk sebelumnya.