Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Arif Nurdiansah
Peneliti tata kelola pemerintahan

Peneliti tata kelola pemerintahan pada lembaga Kemitraan/Partnership (www.kemitraan.or.id).

Negeri Para Demokrat

Kompas.com - 05/12/2022, 09:05 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BAGAIMANA kondisi demokrasi Indonesia saat ini? Pertanyaan tersebut muncul sesaat setelah penulis diminta memberikan materi seputar demokrasi kepada perwakilan anak muda Sumatera Barat dan Aceh, di acara youth camp Muda Melangkah.

Pertanyaan berikutnya adalah, bagaimana menyampaikan materi kepada anak muda dengan tingkat pengetahuan yang cukup beragam, mayoritas awam dan hanya sebagian kecil yang pernah mendapat informasi seputar demokrasi. Kekeliruan dalam pemilihan sudut pandang demokrasi dan penggunaan diksi bisa saja menjadikan diskusi tidak terjadi.

Jalan berliku

Penulis kemudian melakukan serangkaian kajian untuk menjawab pertanyaan di awal, memilih sudut pandang sejarah demokrasi dengan bercerita kepada anak-anak muda di tanah Minang, serta mengaitkan demokrasi dengan kopi di Serambi Mekah.

Baca juga: Survei Indikator: 77,2 Persen Warga Nilai Demokrasi adalah Sistem Pemerintahan Terbaik

Penulis menemukan gambaran kualitas demokrasi hari ini dari hasil survei nasional Litbang Kompas yang dilakukan pada periode 6 hingga 9 September tahun ini. Salah satu kesimpulannya menyebutkan, kualitas demokrasi di Indonesia lebih buruk dibanding tahun 2021.

Hasil survei seolah menegaskan isi buku Demokrasi di Indonesia, dari Stagnasi ke Regresi (2021). Thomas Power, selaku editor buku menyatakan, perjalanan demokrasi Indonesia ibarat tarian poco-poco, idealnya dua langkah maju yang diikuti oleh satu langkah mundur. Namun kondisi saat ini menunjukan langkah mundur kita tidak hanya satu, melainkan bisa lima langkah.

Pada sisi lain, survei juga menyebutkan maraknya korupsi jadi penghambat demokrasi. Potret bahayanya korupsi pernah dilakukan di tahun 2004, dalam buku Democracy for Sale; Pemilu, Klientalisme, dan Negara di Indonesia. Ironisnya, maraknya praktik korupsi justru dilakukan untuk membiayai biaya pemilu (mandat utama demokrasi) yang mahal. Saat itu, tren penyalahgunaan izin pemanfaatan hutan menjadi modus yang marak dilakukan.

Melihat lebih jauh ke belakang, perjalanan demokrasi di Indonesia juga diselingi oleh jalan terjal. Pasca kemerdekaan, kita punya sistem demokrasi parlementer (1945-1959) yang kemudian diubah karena dianggap terlalu liberal.

Demokrasi terpimpin (1959-1965) yang menjadi gantinya justru bernasib kurang baik, berujung pada peristiwa penggulingan pemerintahan.

Di tahun 1966, kita kembali ke demokrasi Pancasila dengan jargon pembangunan dan kesejahteraan. Namun itu semata jargon. Rezim orde baru kemudian digulingkan tahun 1998 setelah menguatnya pemerintahan aristokrat nan otoriter serta korup.

Pasca reformasi, demokrasi Pancasila diperkuat untuk mengurangi potensi kembalinya otoritarian yang korup.

Demokrasi kita

Pada momen-momen perubahan besar demokrasi, ada peran besar tokoh-tokoh yang berasal dari Sumatera Barat. Sebut saja Tan Malaka, pencetus ide konsep Republik Indonesia, dan salah satu proklamator kita, Mohammad Hatta. Ada juga KH Agus Salim, Buya Hamka, HR Rasuna Said, dan lain-lain.

Namun, demokrasi dapat digunakan untuk menjatuhkan anaknya sendiri. Di tahun 1960, tulisan Buya Hatta dengan judul "Demokrasi Kita" di majalah Panji Masyarakat dilarang untuk dibaca. Majalah itu diberedel dan yang menyimpan serta membaca tulisan Hatta terancam hukuman.

Baca juga: Menyelamatkan Demokrasi Kita

Demokrasi saat itu menurut Hatta sedang krisis, karena konsep terpimpin menjadikan demokrasi tidak sejalan dengan cita-cita awalnya. Bung Hatta juga mengingatkan bahwa cita-cita demokrasi Indonesia adalah demokrasi sosial, meliputi seluruh lingkungan hidup yang menentukan nasib manusia, termasuk ekonomi.

Logikanya sederhana, bagaimana tujuan menyejahterakan masyarakat akan tercapai jika ruang-ruang ekonomi justru diisi oleh prinsip liberal nan individualistik? Selama belum ada demokrasi di ekonomi, manusia belum dianggap merdeka, persamaan dan persaudaraan belum ada.

Saat menjelaskan kondisi demokrasi dari sejarah hingga hari ini kepada perwakilan anak muda di Bukittinggi, penulis mendapat banyak pertanyaan, di antaranya kenapa Indonesia masih menggunakan sistem demokrasi? Penanya mengusulkan sistem pemerintahan kita kembali ke kerajaan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Ketahui, Ini Masing-masing Manfaat Vitamin B1, B2, hingga B12

Ketahui, Ini Masing-masing Manfaat Vitamin B1, B2, hingga B12

Tren
Uni Eropa Segera Larang Retinol Dosis Tinggi di Produk Kecantikan

Uni Eropa Segera Larang Retinol Dosis Tinggi di Produk Kecantikan

Tren
Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata, Israel Justru Serang Rafah

Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata, Israel Justru Serang Rafah

Tren
Pengakuan TikToker Bima Yudho Dapat Tawaran Endorse Bea Cukai, DBC: Tak Pernah Ajak Kerja Sama

Pengakuan TikToker Bima Yudho Dapat Tawaran Endorse Bea Cukai, DBC: Tak Pernah Ajak Kerja Sama

Tren
Mengenal Rafah, Tempat Perlindungan Terakhir Warga Gaza yang Terancam Diserang Israel

Mengenal Rafah, Tempat Perlindungan Terakhir Warga Gaza yang Terancam Diserang Israel

Tren
Fortuner Polda Jabar Tabrak Elf Picu Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudi Diperiksa Propam

Fortuner Polda Jabar Tabrak Elf Picu Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudi Diperiksa Propam

Tren
Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Tren
UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

Tren
Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Tren
Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Tren
Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Tren
Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Tren
Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Tren
57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini 'Ditemukan'

57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini "Ditemukan"

Tren
5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com