RAKSASA elektronik Samsung kini menambang emas, perak, dan logam mulia lainnya dari sampah-sampah elektronik di zona Pasifik Selatan. Demikian tulisa Aimee Shaw, jurnalis New Zealand Herald, 2 November 2022 di situs web Fairfax Digital.
Ini tren global, era baru penambangan sampah-sampah di kota-kota (urban mining) kini dan ke depan, bukan lagi penambangan fosil, logam mulia, atau emas dari perut bumi.
Terobosan Samsung itu sangat strategis. Sebab, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB, 2021), misalnya, memperkirakan bahwa rata-rata tiap orang menghasilkan 7,6 kg per kapita esampah elektronik)per tahun (WEEE Forum, 2021).
Baca juga: 5 Miliar Ponsel Bakal Jadi Sampah Elektronik, Tingginya 60.000 Kali Burj Khalifa
Oktober 2021, ahli kimia James Tour asal Rice University merilis satu hasil riset lab bahwa metode pemanasan flash-Joule dapat mengekstrak logam ‘komersial’ dari sampah elektronik dan menghilangkan logam berat beracun, seperti kromium, arsenik, kadmium, merkuri, dan timbal (J Falk et al., 2021).
Lotfi Belkhir dan Ahmed Elmeligi (2018) merilis hasil riset tentang jejak emisi elektronik (ICT) hingga tahun 2040. Hasilnya, ponsel, laptop, tablet, atau infrastruktur kegiatan virtual sejenisnya, memicu 3,5 persen emisi CO2 global tahun 2020 dan sekitar 15 persen tahun 2040.
Emisi produksi ponsel berkisar 125 megaton (Mt) tahun 2020 dan sekitar 17 Mt tahun 2010. Kira-kira 95 persen emisi CO2 itu berasal dari produksi. Solusinya ialah daur-ulang ponsel atau gunakan ponsel dalam waktu lama.
Awal abad 21, papar Raffaello Cossu et al. (2015:1), hampir semua industri tata kelola daur-ulang sampah adalah urban mining atau penambangan (sampah) perkotaan.
Daur-ulang sampah-sampah perkotaan berguna untuk menghasilkan bahan-bahan baru manufaktur beragam produk. Sampah-sampah itu mencakup plastik, kertas, kayu, sampah pangan, elektronik, sampah bangunan, hingga sampah medis.
Dari basisnya di Selandia Baru, raksasa elektronik Samsung mengumpulkan sampah elektronik, seperti ponsel, TV, lemari es, tablet, dan barang elektronik bekas lainnya di Samoa, Tonga, Fiji, Papua Nugini, Vanuatu, dan Tahiti. Samsung dan Computer Recycling mendaur-ulang sampah-sampah perkotaan itu pada satu fasilitas pabrik di Auckland.
Sejak tiga tahun silam, perusahaan Samsung Electronic merintis industri ‘penambangan di kota-kota’.
“As a global company, we strive to do our best to be responsible for the future of humanity and the environment. Human rights violations and environmental degradation caused by the mining of minerals in Indonesia and conflict-affected regions of Africa are important global challenges,” tulis Samsung Electronic (Juni, 2020) tentang risiko konflik dan degradasi lingkungan akibat penambangan mineral-mineral di Indonesia dan zona Afrika.
Produk-produk elektrik dan elektronik Samsung Electronic selama ini menggunakan bahan-bahan mineral misalnya tantalum, timah, tungsten, emas, dan kobalt. Kini Samsung Electronic fokus ke penambangan bahan-bahan ini pada sampah-sampah perkotaan.
Target Samsung antara lain, tahun 2050, Samsung dapat mengurangi 70 juta ton emisi karbon dioksida dan penggunaan air. Tentu ini sangat strategis. Alasannya, antara lain, menurut Angeli Mehta (2019), candu ponsel masyarakat dunia memicu 125 megaton emisi per tahun.
Samsung Electronic mendaur-ulang emas dan perak dari enam juta ponsel sampah untuk membuat 5.000 medali bagi para pemenang pertandingan Olimpiade Tokyo tahun 2020. Sampah ponsel itu dikumpulkan dari masyarakat Jepang.
Hasilnya, 80 ribu ton ponsel dan perangkat elektronik yang menghemat sekitar 5 ton logam mulia medali. Contoh lain, Samsung memproduksi Galaxy Z Flip 4 dari 100 persen bahan daur-ulang (Aimee Shaw, 2022).
Baca juga: 5,3 Miliar Ponsel Jadi Sampah Elektronik di Tahun 2022
Samsung hanya satu contoh dari era baru penambangan sampah di kota-kota akhir-akhir ini. Tren global ini tidak hanya menyerap lapangan kerja, tetapi juga mengurangi emisi karbon dioksida, sangat ramah-lingkungan, sangat efisien, dan sangat hemat.
Angeli Mehta (2019) misalnya menyebut perkiraan Apple bahwa penggunaan tembaga dari daur-ulang sampah elektronik dan listrik (e-waste) di kota-kota, dapat menghindari penggunaan sekitar 60 ribu ton tembaga hasil tambang dari perut bumi per tahun.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.