Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa yang Terjadi jika Tidak Keramas Selama Lebih dari 7 Hari?

Kompas.com - 27/11/2022, 18:00 WIB
Retia Kartika Dewi,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Seorang warganet menanyakan mengenai rekor terlama tidak keramas dan ramai di media sosial pada Sabtu (26/11/2022).

"Rekor kalian ga keramas paling lama pernah sampe brp hari?" tulis warganet dalam unggahan ini.

Hingga Minggu (27/11/2022) twit itu sudah dikutip sebanyak 242 kali dan disukai sebanyak 440 kali oleh pengguna Twitter lainnya.

Baca juga: Viral Video Guru Bersihkan Kutu, Puluhan Siswa SD di Karanganyar Ikuti Keramas Massal

Sementara itu, beberapa warganet pun mengaku pernah tidak keramas lebih dari seminggu atau lebih dari 7 hari lamanya.

"Udah 4 bulan ga keramas, no poo movement masih jalan," tulis warganet ini.

"3 minggu?? 4 minggu? gara2 emg dulu tuh paling males keramas, dan pas liat rambut kaya b aja lepek juga msh bagus2 aja jadi ga keramas2 wkwwkk," tulis akun ini.

Lalu, apakah ada dampak bagi kesehatan jika kita tidak keramas dalam jangka waktu cukup lama?

Penjelasan dokter

Dokter spesialis kulit dari Vivaldy Skin Clinic sekaligus dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Mataram, Dedianto Hidajat mengatakan orang yang tidak keramas selama lebih dari 7 hari kebersihan kulit dan rambutnya menjadi tidak baik.

Lama tidak keramas juga berpotensi munculnya masalah kesehatan lain.

"Tentu saja kebersihan rambut dan kulit kepala menjadi tidak baik. Timbul ketombe yang paling sering, bisa juga infeksi jamur, bakteri, parasit. Serta bau kurang sedap," ujar Dedi saat dihubungi Kompas.com, Minggu (27/11/2022).

Di sisi lain, dokter spesialis kulit dan kelamin, Ismiralda Okke Putranti menyampaikan, orang yang tidak keramas dalam waktu cukup lama maka kulit kepala akan mengalami deskuamasi/pengelupasan setiap hari.

Sebab, jika kita tidak keramas, maka kulit mati yang menumpuk di area kulit kepala akan menebal, belum lagi ditambah timbunan minyak dan kotoran.

Hal ini akan menjadi media yang sangat baik untuk pertumbuhan kuman dan jamur.

"Makanya sering terjadi kekambuhan pada dermatitis seboroik dan psoriasis, bahkan terjadi infeksi jamur kepala/folikulitis akibat bakteri," ucap Okke saat dihubungi secara terpisah oleh Kompas.com, Minggu (27/11/2022).

Baca juga: Viral, Video Air Menggenang di Lantai Bioskop, Ini Penjelasan XXI

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com