Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal Duck Syndrome, Terlihat Bahagia padahal Jiwa Teraniaya

Kompas.com - 27/11/2022, 14:30 WIB
Alinda Hardiantoro,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

 

Penyebab Duck Syndrome

Dikutip dari Gramedia.com, berikut ini beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang bisa mengalami duck syndrome:

1. Tuntutan akademik

Tuntutan akademik bisa menyebabkan duck syndrome karena dianggap memberatkan seseorang. Tereutama jika tidak sesuai kapasitas orang tersebut.

Misalnya jurusan yang tidak sesuai dengan minat dan bakat mahasiswa dan lingkungan belajar yang tidak cocok.

Jika seseorang tidak mampu merespon kesulitan tersebut dengan baik, maka bisa saja mengalami masalah sindrom ini.

2. Ekspektasi berlebihan

Ekspektasi yang tinggi dari orang lain sangat mempengaruhi seseorang mengalami sindrom ini, karena mereka memiliki sifat yang berlebihan dengan pandangan orang lain, bukan kapasitas siri yang mereka alami.

Akhirnya mereka akan berupaya terlihat tenang, dan baik-baik saja sesuai dengan ekspektasi orang lain.

3. Pola asuh helikopter

Pola asuh helikopter adalah sebuah istilah lain dari pola asuh orang tua yang terlalu protektif terhadap tindakan dan perilaku anaknya.

Orang tua dengan jenis pola asuh ini cenderung berlebihan saat melindungi dan mengatur anaknya. Pola asuh helikopter ini dapat berdampak buruk terhadap perkembangan emosional anak tersebut.

Salah satu penyebabnya adalah sindrom ini yang membuat seseorang menjadi sulit untuk menyelesaikan masalahnya sendiri dan memanipulasi diri demi orang lain.

Selain itu juga dapat berdampak bagi anak menjadi tidak mampu mengendalikan emosinya dengan baik. Akhirnya membuat anak tersebut berpura-pura untuk tetap tenang dan tampak baik-baik saja.

4. Pengaruh media sosial

Media sosial justru dapat memperburuk kondisi mental seseorang, termasuk menjadi penyebab sindrom ini.

Misalnya seseorang yang terbuai dengan ide bahwa kehidupan orang lain lebih sempurna dan bahagia ketika melihat unggahan dari orang tersebut, akhirnya membuat seseorang tidak menjadi jati dirinya sendiri dan hanya memperlihatkan sisi baiknya saja di media sosial.

5. Perfeksionisme

Sifat perfeksionisme menjadi penyebab sindrom ini karena membuat seseorang ingin selalu terlihat bahagia dan baik-baik saja. Mereka cenderung memberikan standar hidup yang tinggi pada dirinya, sehingga sulit menerima kekurangan atau kegagalan dalam hidupnya.

6. Peristiwa traumatik

Peristiwa traumatik memang memiliki pengaruh besar pada kesehatan mental seseorang, termasuk duck syndrome yang membuat seseorang berupaya menutupi masalah atau bebannya.

Seperti pelecehan verbal, fisik, dan seksual, kekerasan dalam rumah tangga, atau kematian orang yang dicintai bisa membuat seseorang sangat terpukul atas hidupnya namun terpaksa harus tetap menjalankan hidupnya.

Peristiwa traumatik tersebut menjadi momok dan beban yang disembunyikan oleh seseorang yang menderita duck syndrome sehingga membuat hidupnya semakin berat.

7. Self-esteem yang rendah

Penyebab orang yang memiliki sindrom bebek ini adalah memiliki self-esteem yang rendah sehingga membuatnya sulit memahami dirinya sendiri dan lebih memilih memanipulasi dirinya berdasarkan pandangan orang lain.

Baca juga: Pura-pura Bahagia Padahal Tertekan? Pakar Unair Jelaskan Duck Syndrome

Cara mengatasi Duck Syndrome

Duck syndrome dapat menyebabkan depresi berat atau pikiran untuk bunuh diri. Oleh karena itu, disarankan agar orang dengan sindrom bebek atau berisiko tinggi mengalami masalah psikologis berkonsultasi dengan dokter atau psikolog mereka.

Jika kamu merasa menderita duck syndrome, cari bantuan dan ikuti tips berikut ini untuk tetap sehat secara mental:

  1. Lakukan konseling dengan ahli yang dapat membantu mengenali kecemasan dan masalah mu
  2. Kenali kapasitas dirimu agar bisa bekerja sesuai dengan kemampuan dan kapasitas yang kamu punya
  3. Belajarlah untuk mencintai diri sendiri dan tidak terlalu memikirkan pandangan orang lain
  4. Jalan gaya hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan sehat, rutin berolahraga, serta menghindari rokok dan minuman beralkohol secara berlebihan
  5. Jujur pada diri sendiri dengan cara luangkan waktu untuk melakukan me time atau relaksasi untuk mengurangi stres
  6. Merubah pola pikir menjadi lebih positif dan berhenti membandingkan diri dengan orang lain dan lebih fokus dengan diri sendiri
  7. Memberi jarak dengan media sosial dan menggunakannya secara bijak untuk diri sendiri

Faktor risiko duck syndrome

Dikutip dari Medicinenet, faktor risiko syndrome ini mencakup banyak aspek, misalnya pengalaman kuliah ketika harus tinggal jauh dari keluarga, peningkatan yang signifikan dalam tuntutan akademik, serta tekanan di lingkungan sosial.

Selain itu, tekanan gelombang media sosial pada orang dewasa muda untuk terlihat mencapai kesempurnaan.

Aspek keluarga juga meningkatkan risiko duck syndrome ini, terutama keluarga yang memiliki kecenderungan untuk menuntut dan sangat kompetitif, menjunjung tinggi kesempurnaan, dan orang tua yang terlalu protektif terhadap anaknya.

Gaya pengasuhan seperti ini biasanya membuat orang tua lebih dominan dalam mengatur kehidupan anak.

Akibatnya, duck syndrome muncul karena tuntutan lingkungan sekitar sehingga memicu depresi dan kecemasan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Terkini Lainnya

Pertandingan Indonesia Vs Guinea Disiarkan di RCTI, Kick Off 20.00 WIB

Pertandingan Indonesia Vs Guinea Disiarkan di RCTI, Kick Off 20.00 WIB

Tren
Berawal dari Cabut Gigi, Perempuan Ini Alami Infeksi Mulut hingga Meninggal Dunia

Berawal dari Cabut Gigi, Perempuan Ini Alami Infeksi Mulut hingga Meninggal Dunia

Tren
Ramai soal Kepribadian Kucing Ditentukan oleh Warna Bulunya, Pakar: Tidak Selalu Kucing 'Oren' Barbar

Ramai soal Kepribadian Kucing Ditentukan oleh Warna Bulunya, Pakar: Tidak Selalu Kucing "Oren" Barbar

Tren
8 Suplemen untuk Meningkatkan Kekebalan Tubuh

8 Suplemen untuk Meningkatkan Kekebalan Tubuh

Tren
Profil Sadiq Khan, Anak Imigran Pakistan yang Sukses Jadi Wali Kota London Tiga Periode

Profil Sadiq Khan, Anak Imigran Pakistan yang Sukses Jadi Wali Kota London Tiga Periode

Tren
Bukan Cuma Olahraga, Lakukan 3 Gerakan Ini untuk Jaga Kesehatan

Bukan Cuma Olahraga, Lakukan 3 Gerakan Ini untuk Jaga Kesehatan

Tren
Apa yang Akan Terjadi pada Tubuh Saat Minum Kopi Sebelum Makan?

Apa yang Akan Terjadi pada Tubuh Saat Minum Kopi Sebelum Makan?

Tren
Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 7-8 Mei 2024

Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 7-8 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN]  Ikan Tinggi Albumin, Cegah Sakit Ginjal dan Hati | Pemain Malaysia Disiram Air Keras

[POPULER TREN] Ikan Tinggi Albumin, Cegah Sakit Ginjal dan Hati | Pemain Malaysia Disiram Air Keras

Tren
PBB Kecam Israel Buntut Pemberedelan Al Jazeera, Ancam Kebebasan Pers

PBB Kecam Israel Buntut Pemberedelan Al Jazeera, Ancam Kebebasan Pers

Tren
Waspada, Modus Penipuan Keberangkatan Haji dengan Visa Non-Haji

Waspada, Modus Penipuan Keberangkatan Haji dengan Visa Non-Haji

Tren
Cara Menyewa Kereta Api Luar Biasa untuk Perjalanan Wisata

Cara Menyewa Kereta Api Luar Biasa untuk Perjalanan Wisata

Tren
Kemendagri Pastikan PNS di Lubuklinggau yang Tiba-tiba Jadi WN Malaysia Sudah Kembali Jadi WNI

Kemendagri Pastikan PNS di Lubuklinggau yang Tiba-tiba Jadi WN Malaysia Sudah Kembali Jadi WNI

Tren
Ramai soal Milky Way di Langit Indonesia, Simak Waktu Terbaik untuk Menyaksikannya

Ramai soal Milky Way di Langit Indonesia, Simak Waktu Terbaik untuk Menyaksikannya

Tren
Seorang Suami di Cianjur Tak Tahu Istrinya Laki-laki, Begini Awal Mula Perkenalan Keduanya

Seorang Suami di Cianjur Tak Tahu Istrinya Laki-laki, Begini Awal Mula Perkenalan Keduanya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com