Tidak mudah bagi PGHB memperjuangkan nasib anggotanya yang memiliki pangkat, status sosial, dan latar belakang pendidikan yang berbeda.
Masa itu, selain PGHB, berkembang pula organisasi guru baru, seperti Persatuan Guru Bantu (PGB), Perserikatan Guru Desa (PGD), Persatuan Guru Ambachtsschool (PGAS), Perserikatan Normaalschool (PNS), dan Hogere Kweekschool Bond (HKSB).
Bukan hanya itu, berkembang juga organisasi guru bercorak agama, kebangsaan, atau corak lain, termasuk:
Seiring berjalannya waktu, perjuangan guru tidak lagi berfokus pada perbaikan nasib serta kesamaan hak dan posisi dengan Belanda.
Namun, telah memuncak menjadi perjuangan nasional dengan tujuan merdeka.
Pada 1932, dengan penuh kesadaran, sebanyak 32 organisasi guru dengan latar belakang berbeda sepakat bersatu dan mengubah PHGB menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI).
Perubahan nama ini pun mengejutkan Belanda, lantaran kata Indonesia mencerminkan semangat kebangsaan yang sangat tidak disenangi.
Pada zaman pendudukan Jepang, semua organisasi dan bahkan sekolah ditutup. Oleh karena itu, PGI pun tak lagi dapat melakukan aktivitas.
Baca juga: Sejarah Hari Guru Sedunia
Seratus hari setelah proklamasi, tepatnya pada 23-25 November 1945, diadakan Kongres Guru Indonesia pertama di Surakarta.
Kongres berlangsung di Gedung Somaharsana (Pasar Pon), Van Deventer School, dan Sekolah Guru Puteri (sekarang SMP Negeri 3 Surakarta).
Melalui Kongres Guru Indonesia, segala perbedaan antara organisasi guru sepakat dihapuskan.
Tepat pada hari terakhir kongres, 25 November 1945, semua guru di Indonesia juga sepakat bersatu dalam satu wadah, yakni PGRI.
Untuk mengenang jasa, perjuangan, dan bentuk penghormatan pada guru, pemerintah melalui Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994 menetapkan hari lahir PGRI sebagai Hari Guru Nasional.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.