Sumpah Pemuda yang diucapkan para pemuda dari berbagai organisasi kepemudaan pada tanggal 28 Oktober 1928 tersebut bukan hanya mampu menggerakkan para pemuda untuk menggapai kemerdekaan tetapi juga mengokohkan jatidiri bangsa Indonesia sebagai sebuah negara.
Sumpah Pemuda 1928 adalah rentetan jalannya sejarah panjang dari sebuah bangsa untuk ingin lepas dari cengkeraman kolonial. Dari babad perjuangan awal abad 20, bisa dirunut dari lahirnya organisasi pergerakan nasional pertama Budi Oetomo di tahun 1908.
Lahirnya Budi Oetomo memantik munculnya gairah membuat organisasi kepemudaan lokal seperti; Tri Koro Dharmo atau Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Celebes, Jong Ambon, dan lain-lain.
Dengan gagasan perjuangan yang berbeda-beda, beragam kelompok kepemudaan daerah memiliki tujuan yang sama yakni kemerdekaan bangsa. Lahirnya beragam organisasi tersebut juga menjadi cikal bakal berdirinya organisasi politik yang bertujuan memperjuangkan kemerdekaan melalui jalan politik.
Kongres Pemuda I yang diadakan di Jakarta, 30 April – 2 Mei 1926 sebagai cikal bakal dihelatnya Kongres Pemuda II berhasil menanamkam kesadaran kerja sama antar perhimpunan yang mulai tumbuh di mana-mana karena gairah ingin merdeka.
Peneguhan akan cita-cita persatuan Indonesia, terus membuncah sejak saat itu.
Harus diakui, semangat dan elan persatuan di kalangan anak muda kita sangat ini harus terus dirawat dan diruwat. Dampak globalisasi, hedonisme, hilangnya keteladanan, terkikisnya nilai-nilai kebinekaan ditambah tidak meratanya pendidikan, kemiskinan dan lain-lain menjadi “pekerjaan rumah” dari siapa pun yang peduli dengan rasa ke-Indonesia-an.
Begitu prihatin, hanya karena senggolan, sejumlah taruna saling baku pukul usai acara pelantikan terpadu perwira transportasi Kementerian Perhubungan di Monas, Jakarta, pada 25 Oktober 2022. Kejadian yang memalukan tersebut terjadi di kalangan pemuda yang dididik dengan baik di institusi pemerintah.
Korsa dan semangat taruna-taruni menjadi hilang hanya karena persoalan sepele (Kompas.com, 26/10/2022).
Baca juga: Sejarah Sumpah Pemuda dan Lahirnya Bahasa Indonesia
Mau adu nyali, cobalah datang ke Kendari, Sulawesi Tenggara. Setiap saat kita begitu khawatir dengan aksi pembusuran dari anak-anak muda yang “iseng” membidik secara random orang yang berlalu lalang di jalanan Kendari. Terakhir, Rian (28) warga Jatimekar, Kendari dibusur atau dipanah oleh remaja tanggung karena persoalan teguran.
Sejak Juli hingga Oktober 2022, kurang lebih 10 kasus pembusuran secara random terjadi di Kendari, seakan yang dipanah bukan sebagai sesama anak bangsa.
Tengoklah Papua dan Papua Barat, aksi-aksi kekerasan masih kerap terjadi. Perbedaan keriting rambut dan legamnya kulit seharusnya tidak menjadi pembeda. Merekalah adalah saudara-saudara sebangsa dan setanah air.
Saat mengunjungi Pos Lintas Batas Negara di Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat yang menjadi pintu masuk perbatasan Indonesia dengan Sarawak, Malaysia, pertengahan Oktober 2022 lalu, saya begitu bangga dengan prajurit-prajurit muda dari Batalyon Infanteri 645/Garda Tama Yudha. Begitu besar pengabdiannya mempertahankan setiap jengkal wilayah NKRI.
Mereka bertugas selama 12 bulan, mengamankan garis batas Temajuk hingga Guna Banir yang memanjang dari Kabupaten Sambas, Kabupaten Bengkayang hingga Kabupaten Sanggau.
Ketika saya melihat kiprah anak muda bernama Mauludin Wamoi asal Kaimana, Papua Barat yang menamatkan pendidikan di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim, Pekanbaru, Riau yang terus berkelana menyebarkan pemahaman literasi di kalangan muda di seantero negeri, saya masih berkeyakinan, semangat Sumpah Pemuda itu terus ada.