Selain Ade Irma, ajudan Nasution, Kapten Czi. Pierre Andries Tendean juga tewas ditembak karena dikira Nasution.
Nasution sendiri berhasil menyelamatkan diri dengan memanjat tembok belakang.
Baca juga: 7 Pahlawan Revolusi yang Gugur dalam Peristiwa G30S PKI dan Proses Evakuasinya dari Lubang Buaya
Waktu fajar, seluruh pasukan G-30-S kembali ke Lubang Buaya. Wakil Komandan Satgas Pringgodani Mayor (Udara) Gatot Soekrisno merasa bingung saat para prajurit menurunkan empat orang yang terikat dan ditutup matanya, serta tiga mayat.
Padahal, rencana awalnya mereka akan dihadapkan kepada Presiden Soekarno.
"Saya segera menghubungi Mayor (Udara) Soejono, Komandan Satgas Pringgidani di Cenko I, minta petunjuk, bagaimana menangani kondisi baru yang menyimpang dari skenario awal tersebut," ujar Gatot.
Rentetan peristiwa itu kemudian berlanjut dengan pendudukan kantor berita Radio Republik Indonesia (RRI) oleh G-30-S.
Harian Kompas, 6 Oktober 1965 memberitakan, orang-orang yang terlibat dalam gerakan itu mengenakan baret dan sapu tangan hijau di sekeliling leher.
Mereka kemudian melakukan siaran gelap dan menyatakan membentuk Dewan Revolusi Indonesia. Kabinet Dwikora yang dibentuk Bung Karno juga dinyatakan demisioner oleh mereka.
Bukan hanya itu, mereka juga mengumumkan penangkapan sekelompok orang yang disebut Dewan Jenderal.
Mereka berdalih, langkah itu dilakukan untuk menyelamatkan Republik Indonesia dari apa yang mereka sebut Dewan Jenderal.
Dewan Jenderal, menurut mereka, merupakan gerakan subversif dan disponsori oleh CIA (Central Intelligence Agency) dan bermaksud menggulingkan pemerintahan Soekarno.
Namun, pendudukan RRI hanya bertahan kurang dari sehari. Pasalnya, sekitar pukul 19.00, pasukan RPKAD kembali mengambil alih RRI.
Beberapa orang berhasil tertangkap, tetapi ada pula yang kabur.
Selanjutnya, pada 1 Oktober 1965 pukul 21.00, RRI Jakarta kembali mengumandangkan suara resmi pemerintahan RI.
Mulai malam itu, Ibu Kota Jakarta sepenuhnya berada di tangan ABRI dan kelompok G-30-S pun menjadi buronan.
(Sumber: Kompas.com/Nibras Nada Nailufar, Ahmad Naufal Dzulfaroh | Editor: Heru Margianto, Sari Hardiyanto, Arum Sutrisni Putri)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.