Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Moh. Suaib Mappasila
Staf Ahli Komisi III DPR RI / Konsultan

Sekjen IKAFE (Ikatan Alumni Fak. Ekonomi dan Bisnis) Universitas Hasanuddin. Pemerhati masalah ekonomi, sosial dan hukum.

Memahami Peta Geopolitik dan Geoekonomi Indonesia di G20

Kompas.com - 13/09/2022, 16:31 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Dengan mengusung tema G-20 tahun ini, yaitu Recover Together, Recover Stronger untuk perbaikan ekonomi yang lebih sistematis dan kuat pasca-pandemi, ini saatnya menunjukkan secara nyata prinsip politik bebas aktif Indonesia.

Posisi strategis dan kepentingan nasional Indonesia

Indonesia telah menjadi anggota G-20 sejak forum intergovernmental itu dibentuk tahun 1999. Bagi Indonesia, klub ekslusif ini merupakan arena bergengsi tinggi di mana Indonesia dapat mencapai kepentingan-kepentingan nasionalnya.

Namun Indonesia juga memahami posisi unik dan tanggung jawab vitalnya untuk mewakili negara-negara berkembang.

Pertama, Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang karena pertumbuhan ekonominya tercatat cukup penting di antara negara-negara berkembang lainnya dimasukkan dalam kategori emerging economy. Sebagai emerging economy, Indonesia mendapat hak istimewa untuk duduk dalam klub tersebut.

Baca juga: Ini 5 Poin yang Dibahas dalam Pertemuan Pokja Ketenagakerjaan G20

Kedua, Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat setelah China, India, dan Amerika.

Ketiga, mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam dan karenanya dapat memainkan peran potensial untuk menjembatani perbedaan-perbedaan di antara peradaban dunia. Keanggotaan Indonesia dalam klub dapat membantu memperbaiki citra tentang perbedaan antara Barat dan Islam.

Keempat, Indonesia merupakan negara demokrasi baru yang dalam proses konsolidasi. Keanggotaan Indonesia dapat memberikan inspirasi ke negara-negara lain untuk mempromosikan demokrasi dan mempertahankan perumbuhan ekonomi tinggi.

Kelima, secara geografis Indonesia memiliki posisi yang signifikan. Indonesia merupakan satu-satunya anggota ASEAN yang menjadi anggota tetap G-20.

Tentu saja bisa ditambahkan bahwa Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang di masa lalu pernah terpuruk oleh krisis ekonomi yang dahsyat dan kini telah berhasil mengatasinya dengan relatif baik.

Keunikan itu diyakini menjadi alasan kuat dipilihnya Indonesia dalam G-20. Selain potensinya sebagai global buyer yang besar di dunia karena jumlah penduduknya yang besar, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil akan berdampak sistemik ke stabilitas pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan Asia Tenggara, dan lebih lanjut memberikan kontribusi stabilitas perekonomian di Asia dan dunia.

Keberhasilan Indonesia akan menjadi model yang menarik pula bagi penguatan sistem demokrasi liberal di dunia. Hal ini akan menginspirasikan suatu proses demokratisasi yang ideal yang ditopang oleh penguatan pertumbuhan ekonomi yang stabil.

Kehadiran Indonesia sebagai negara dengan mayoritas Muslim memberikan citra positif bagi G-20 terutama untuk menangkis persepsi negatif dari tesis clash of civilization (benturan peradaban) antara peradaban Barat dan Islam. G-20 adalah antitesis perbenturan peradaban yang menunjukkan bahwa Barat siap bekerjasama dengan negara-negara Muslim.

Dengan memiliki sejumlah keunikan itu, tugas Indonesia menjadi ganda. Selain memperjuangkan kepentingan nasional, Indonesia ‘diharapkan’ dapat memadukan kepentingan negara-negara berkembang secara umum dan kepentingan-kepentingan negara-negara di Asia Tenggara dan dunia Muslim secara khusus.

Pertanyaanya, mampukah Indonesia memperjuangkan kepentingan nasionalnya di tengah dinamika geopolitik dan geoekonomi yang bergerak sangat dinamis?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com