Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Merindukan Keramahan

Kompas.com - 13/09/2022, 05:26 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

CARLO Rovelli merupakan satu di antara para penulis yang masih hidup yang saya kagumi maka saya cukup rakus melahap buku-buku beliau mulai dari Helgoland tentang pemikiran Heisenberg sampai ke Anaximander tentu saja tentang pemikiran Anaximander.

Buku terbaru mahakarya Carlo Rovelli kembali menggetar jagad perbukuan dengan judul cukup berkepanjangan, yaitu “There Are Places in the World Where Rules Are Less Important Than Kindness” masih ditambah sub judul “And Other Thoughts on Physics, Philosophy and the World”.

Dari judul dan sub judul berkepanjangan sudah terasa bahwa fisikawan kelahiran Italia ini memang mewarisi sukma Renaissance yang mewarasi sukma Al Hikmah yang belum membiarkan manusia terjebak di dalam perangkap spesialisasi.

Maka di dalam buku termutakhirnya Carlo Rovelli tidak menyia-nyiakan kesempatan mengembangkan daya pemikiran untuk merdeka ke luar dari menara gading spesialisasi.

Melalui esei-esei yang terkandung di dalam buku berjudul “There Are Places in the World Where Rules Are Less Important Than Kindness” dengan sub judul “And Other Thoughts on Physics, Philosophy and the World“, Rovelli membahas black holes sampai white holes, oktopus sampai fasisme, kosmologi Dante sampai tiga semesta Einstein, temuan arkeologis di Nataruk sampai revolusi agrikultur dan lain sebagainya.

Terkesan bahwa ilmuwan yang diangkat sebagai Profesor Kehormatan Universitas Normal, Beijing merangkap kepala grup quantum gravity Center For Theoretical Physics pada universitas Aix-Marseille, serta anggota Academy for the Philosophy of Science penerima anugerah Prix du Livre Haute Maurienne ini memiliki pasokan molekul dopamin berlimpah sehingga tidak bisa berhenti untuk belajar, belajar dan belajar kemudian menulis, menulis dan menulis selama hayat masih dikandung badan.

Sebagai pendiri Sanggar Pembelajaran Kemanusiaan yang sedang galau menghadapi kenyataan kemelut wabah kebencian sedang merajalela ke seluruh pelosok dunia termasuk Indonesia, sanubari saya tersentuh judul puitis buku terbaru Carlo Rovelli yang pasti memiliki alasan tersendiri untuk sengaja atau tidak sengaja mengedepankan perasaan nan sedang melangka di planet bumi masa kini akibat tertelan angkara murka kebengisan, yaitu “Kindness”, keramahan.

Terkesan bahwa lubuk sanubari terdalam di bawah permukaan kesadaran, Carlo Rovelli sedang gelisah merindukan keramahan yang dipersembahkan oleh sesama manusia kepada sesama manusia tak jauh beda dari yang syahdu didendangkan oleh John Lennon:

Imagine there's no heaven / It's easy if you try
No hell below us / Above us only sky
Imagine all the people / Living for today...
Imagine there's no countries / It isn’t hard to do
Nothing to kill or die for / And no religion, too
Imagine all the people / Living life in peace...
You may say I'm a dreamer / But I'm not the only one
I hope someday you'll join us / And the world will be as one

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com