Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Tragedi Tanjung Priok 12 September 1984

Kompas.com - 12/09/2022, 13:31 WIB
Diva Lufiana Putri,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hari ini 38 tahun lalu, tepatnya 12 September 1984, terjadi kerusuhan di Tanjung Priok, Jakarta Utara atau dikenal dengan peristiwa Tanjung Priok.

Peristiwa kelam yang disebut sebagai Tragedi Tanjung Priok ini menjadi salah satu pelanggaran hak asasi manusia (HAM) berat pada masa Orde Baru.

Jumlah korban tewas akibat kerusuhan Tanjung Priok hingga kini belum dapat dipastikan.

Namun, dikutip dari Kompas.com, (13/9/2021), pemerintah menaksir korban tewas sebanyak 33 orang.

Bagaimana sejarah peristiwa Tanjung Priok 12 September 1984?

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Tragedi Tanjung Priok Renggut 24 Nyawa

Kronologi peristiwa Tanjung Priok 12 September 1984

Dilansir dari Kompas.com, (12/9/2021), pada 1980-an, upaya menerapkan Pancasila sebagai asas tunggal sedang gencar-gencarnya dilakukan pemerintah Orde Baru.

Namun, kebijakan ini menuai protes dari masyarakat.

Salah satu kelompok yang kerap memberi kritik adalah Petisi 50, yang menilai Soeharto mempolitisasi Pancasila.

Petisi 50 sendiri terdiri dari sejumlah tokoh seperti Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin, mantan Kapolri Jenderal Purn Hoegeng Imam Santoso, mantan Perdana Menteri Burhanuddin Harahap, dan eks pemimpin Masyumi Mohammad Nasir.

Masyarakat yang menolak melayangkan kritikan terhadap pemerintah melalui brosur dan spanduk.

Adapun demonstrasi penolakan terhadap Pancasila sebagai asas tunggal, bersumber pada aksi kekerasan dan penahanan terhadap empat warga, yakni Achmad Sahi, Syafwan Sulaeman, Syarifuddin Rambe, dan Muhammad Nur.

Keempatnya ditahan lantaran terlibat dalam aksi pembakaran sepeda motor Bintara Pembina Desa (Babinsa), Sersan Hermanu, pada 10 September 1984.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Mengenang Tragedi Tanjung Priok..

Awal mula kejadian

Pembakaran motor bermula dari Sersan Hermanu yang berniat menghapus brosur dan spanduk yang berisi kritik kepada pemerintah pada 7 September 1984.

Dikutip dari Kompas.id, Hermanu mendatangi mushala Assa'addah dan meminta masyarakat untuk mencopotnya.

Keesokan harinya, ia kembali datang dan masih menemukan brosur serta spanduk kritik terhadap pemerintah di dinding mushala.

Halaman Berikutnya
Halaman:

Terkini Lainnya

[POPULER TREN] Suplemen untuk Orang 40 Tahun | Duduk Perkara Sekuriti GBK Ribut dengan Fotografer

[POPULER TREN] Suplemen untuk Orang 40 Tahun | Duduk Perkara Sekuriti GBK Ribut dengan Fotografer

Tren
Tidak Lolos SNBT, Ini 5 PTN yang Masih Buka Jalur Mandiri Juni 2024

Tidak Lolos SNBT, Ini 5 PTN yang Masih Buka Jalur Mandiri Juni 2024

Tren
Bocoran Susunan Satgas Judi Online yang Dikomandoi Menko Polhukam, Ada Siapa Saja?

Bocoran Susunan Satgas Judi Online yang Dikomandoi Menko Polhukam, Ada Siapa Saja?

Tren
Seorang Dokter Temukan Potongan Jari Manusia di Dalam Es Krim 'Cone'

Seorang Dokter Temukan Potongan Jari Manusia di Dalam Es Krim "Cone"

Tren
4 Kader Gerindra yang Dapat Jatah Komisaris BUMN, Siapa Saja?

4 Kader Gerindra yang Dapat Jatah Komisaris BUMN, Siapa Saja?

Tren
Apakah Karyawan Swasta Dapat Libur Cuti Bersama Idul Adha? Berikut Aturannya

Apakah Karyawan Swasta Dapat Libur Cuti Bersama Idul Adha? Berikut Aturannya

Tren
7 Manfaat Memelihara Anjing, Salah Satunya Baik untuk Kesehatan Jantung

7 Manfaat Memelihara Anjing, Salah Satunya Baik untuk Kesehatan Jantung

Tren
Arab Saudi Uji Coba Taksi Terbang Tanpa Awak di Musim Haji 2024

Arab Saudi Uji Coba Taksi Terbang Tanpa Awak di Musim Haji 2024

Tren
Kapan Waktu yang Tepat Calon Karyawan Bertanya soal Gaji?

Kapan Waktu yang Tepat Calon Karyawan Bertanya soal Gaji?

Tren
Kapan Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 70? Berikut Jadwal, Cara Daftar, Syaratnya

Kapan Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 70? Berikut Jadwal, Cara Daftar, Syaratnya

Tren
Menko PMK Sebut Judi Online Bahaya, tapi Korbannya Akan Diberi Bansos

Menko PMK Sebut Judi Online Bahaya, tapi Korbannya Akan Diberi Bansos

Tren
KA Blambangan Ekspres dan Banyubiru Kini Gunakan Kereta Ekonomi New Generation, Cek Tarifnya

KA Blambangan Ekspres dan Banyubiru Kini Gunakan Kereta Ekonomi New Generation, Cek Tarifnya

Tren
Jemaah Haji Indonesia Berangkat ke Arafah untuk Wukuf, Ini Alur Perjalanannya

Jemaah Haji Indonesia Berangkat ke Arafah untuk Wukuf, Ini Alur Perjalanannya

Tren
Cara Mengubah Kalimat dengan Format Huruf Besar Menjadi Huruf Kecil di Google Docs

Cara Mengubah Kalimat dengan Format Huruf Besar Menjadi Huruf Kecil di Google Docs

Tren
Lolos SNBT 2024, Ini UKT Kedokteran UGM, Unair, Unpad, Undip, dan UNS

Lolos SNBT 2024, Ini UKT Kedokteran UGM, Unair, Unpad, Undip, dan UNS

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com