Namun, kekacauan berhasil diakhiri setelah Joko Tingkir menyingkirkan Arya Penangsang, keponakan Sultan Trenggono yang membunuh Sunan Prawoto, penerus tahta Kerajaan Demak.
Joko Tingkir pun secara otomatis menjadi pewaris tahta Kerajaan Demak dan memindahkan pusat kota kerajaan ke Pajang, yang terletak di perbatasan Kota Surakarta dan Kartasura.
Sejak saat itu, Kerajaan Demak sebagai kerajaan maritim pun dianggap runtuh dan dilanjutkan dengan Kerajaan Pajang.
Memerintah mulai 1568 M dengan gelar Sultan Hadiwijaya, Joko Tingkir berhasil mengantarkan Kerajaan Pajang menuju puncak kejayaan.
Pajang yang terletak di pedalaman pun sukses menjadi kerajaan agraris dengan pertanian sebagai tulang punggung perekonomian.
Bahkan, selama masa kepemimpinan Joko Tingkir, wilayah Kerajaan Pajang mencapai Madiun, Blora, dan Kediri.
Baca juga: Kerajaan Pajang: Pendiri, Raja-raja, Kemunduran, dan Peninggalan
Terdapat beberapa versi penyebab meninggalnya Joko Tingkir.
Salah satunya, Joko Tingkir dikabarkan sakit dan meninggal dunia usai pertempuran Pajang dengan Mataram Islam pada 1582 M.
Namun, dilansir dari Kompas.com (5/2/2022), ada yang menyebut bahwa Joko Tingkir mengundurkan diri dari tahta Kerajaan Pajang pada 1582 M.
Selepas turun tahta, Joko Tingkir menyepi di Dukuh Butuh, Plupuh, mengikuti jejak orang tuanya. Hari-harinya dihabiskan untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Saat meninggal, ia dimakamkan bersama orang tua dan istrinya di Makam Butuh, Desa Gedongan, Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen.
Hingga kini, makam Joko Tingkir masih dirawat dan pernah beberapa kali dilakukan pemugaran, terutama pada masa Pakubuwono X.
Baca juga: Perkembangan Kerajaan Pajang dan Mataram
(Sumber: Kompas.com/Verelladevanka Adryamarthanino | Editor: Widya Lestari Ningsih; Puspasari Setyaningrum)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.